Part 15 end

19.9K 1.1K 7
                                    

Maaf typo, selamat membaca.

*****

Lily pov

Aku penasaran.

Kira-kira lagu apa yang akan dimainkan dan dinyanyikan Kyle?

Kyle duduk di depan piano siap-siap untuk memencet tuts. Aku tahu banget nada ini, Kyle memainkan lagu favoritku. Kyle baru memencet beberapa tuts saja, aku sudah mengenali lagunya. Aku langsung meletakkan biola di pundakku, menggesek biola, mengiringi lantunan suara piano Kyle. Irama musik terdengar dan Kyle mulai bernyanyi.

What would I do without your smart mouth

Drawing me in, you kicking me out

Got my head spinning, no kidding, I can't pinyou down

Kyle bernyanyi sambil menatapku dengan pancaran mata yang lembut, akupun membalas tatapannya dengan pancaran yang sama. Suaranya Kyle mengalun indah di kesunyian malam.

What's going on in that beautiful mind

I'm on your magical mystery ride

And I'm so dizzy, don't know what hit me, but I'll be alright

My head's underwater

But I'm breathing fine

You're crazy and I'm out of my mind

Cause all of me

Loves all of you

Love your curves and all your edges

All your perfect imperfections

Give your all to me

I'll give my all to you

You're my end and my beginning

Even when I lose I'm winning

Cause I give you all of me

And you give me all of you

(John Legend – All of Me)

Kami masih saling bertatapan, meski sudah selesai. Kyle beranjak dari duduknya, mengambil biola dari tanganku dan meletakkannya di atas piano tanpa mengalihkan pandangannya ke arah lain, hanya padaku. Tatapannya begitu menghinoptisku hingga tanpa sadar Kyle wajah mandekat padsaku dan mencium bibirku lembut.

Pikiranku terasa kosong, ciumannya begitu lembut penuh perasaan. Akupun menyambutnya, membuka mulutku saat lidah Kyle yang lihai membelai bibirku. Tanganku sudah mengalung di lehernya, meremas rambutnya, Kylepun merespon dengan menarik pingangku lebih dekat padanya. Kami sama- sama mengerang, saat lidah kami saling berbelit.

KLOTEK

KLOTEK

Suara itu menyadarkan kami. Suara piano yang di lempari batu kecil. Kamipun melepas ciuman. Aku malu sekali, kami beciuman di tempat umum.

"Kelihatannya kita harus pergi. Siapa sih yang melempari piano itu?" Kyle menggerutu.

Kyle menggenggam tanganku, menuntun kami kembali meneruskan jalan menelusuri pinggir pantai. Semakin lama pantai semakin gelap hanya disinari cahaya bulan dan bintang. Kyle terus berjalan menggandeng tanganku.

"Kyle apa tidak sebaiknya kita kembali saja. Di sini semakin gelap, tak ada lampu."

"Tenang saja, sayang. Sebentar lagi juga akan terang."

Stone CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang