Part 14

18.6K 1.1K 3
                                    

Maaf typo, selamat membaca ya, jangan bosan membaca ceritaku.

*****

Lily pov

Aku panik.

Aku panik ketika tahu Kyle sudah tahu semua tentang diriku yang sebenarnya. Tahu aku panik Kyle langsung memegang wajahku, medongakkan sedikit hingga tatapan mata kami saling bertemu.

"Aku mencintaimu, Lily, sangat mencintaimu. Aku menerima apapun keadaanmu, meskipun kamu hanya half yang tak bisa berubah wujud. Aku mencintaimu setulus hati." Ucapnya tulus.

Aku terharu sekali, Kyle mencintaiku dengan tulus. Air mataku sampai mengalir. "Kyle, aku juga mencintaimu, sangat sangat mencintaimu."

Entah dorongan dari mana, aku dengan berani mencium Kyle. Kyle hanya diam, saat aku ingin melepas ciumanku, Kyle memegang tengkukku, bibirnya denga rakus melahap bibirku. Lidahnya membelai bibirku dan menekannya. Aku menyabutnya dengan membuka bibirku, lidahnya langsung menyelinap membelai dan menaklukkanku.

Egh...aku mengerang nikmat. Entah bagaimana aku sudah ternaring di sofa dengan Kyle berada di atas ku. Aku bisa merasakan hasrat Kyle. Ciuman Kyle turun ke rahang lalu meluncur ke leher. Tangannya sudah berada di payudaraku meremas pelan dan tanpa sadar aku melengkungkan tubuhku pada Kyle.

"Ohhh...Kyle..." desahku sambil menyebut namanya.

Kyle langsung bangkit dan menarikku duduk di sampingnya. Kepalaku tertunduk, pipiku memanas. Pasti pipiku merah sekali. Kyle manghela nafas. Tangannya menarik pinggangku dan kepalanya bersandar di bahuku.

"Sayang, kalau kamu tidak memanggil namaku tadi, pasti kita akan keblabasan. Sangat disayangkan aku sudah berjanji akan menandai dan mating denganmu jika kita sudah menikah." Jelasnya dengan suara agak serak.

"Janji pada siapa?" Tanyaku lirih masih dengan kepala menunduk. Aku masih merasakan pipiku yang panas.

"Pada keluargamu, sayang." Jawabnya lembut.

"Oh." Hanya itu yang bisa ku jawab, otakku masih belum beerfungsi benar akibat ciuman tadi.

"Pagi tadi aku sudah berbicara dengan orangtuamu. Aku me- "

"Mengenai orangtuaku, di mana mereka sekarang? Rumah sepi sekali." Aku memotong ucapan Kyle saat sadar sejak tadi aku belum b ertemu orang tuaku.

"Mereka sengaja keluar karena ingin memberi kesempatan kita untuk berbicara pribadi"

"Memang apa yang perlu kita bicarakan?"

"Mengenai pernikahan kita, sayang."

"APA? Pernikahan?" ucapku keras.

Aku kaget. Aku langsung duduk dengan tegak, Kylepun ikut menegakkan duduknya. Kami duduk saling berhadapan. Kini Kyle terlihat serius.

"Sayang, aku sudah meminta restu orangtuamu tadi pagi untuk menikahimu sesegera mungkin. Dan aku putuskan besok kita akan menikah, orangtuamu sudah setuju. Aku sudah menyiapkan semua." Jelas Kyle.

Aku bertambah kaget.

BESOK!

Kyle akan menikah denganku besok!

Oh, ini tidak bisa, itu terlalu cepat. Aku baru saja panik tentang penerimaan Kyle terhadap diriku. Kini Kyle sudah merencanakan pernikahan untuk besok.

Tidak! Tidak! Tidak!

Bukannya aku menolak menikah dengan Kyle, tapi besok itu terlalu cepat. Aku butuh persiapan.

"Tidak, Kyle. Aku tidak mau menikah bes- "

"APA? Kamu tidak mau menikah denganku." Kyle mengucapkan pernyataan itu dengan nada tak percaya memotong ucapanku yang belum aku selesaikan.

Stone CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang