Part 5

18.2K 1.5K 30
                                    

Maaf jika typo. Selamat membaca, semoga suka.

*****

Lily pov

Aku suka otakku.

Sangat suka.

Otakku selalu jenius. Selalu menyimpan rencana-rencana yang jitu.

Setelah Kyle pergi, aku menuju kamar mandi. Keluar memakai bajuku lagi, lalu sarapan. Ketika waktu menunjukkan pukul delapan aku menyalakan TV agak keras. Ruangan ini memang kedap suara tapi tetap terdengar oleh pendengaran werewolf. Kecuali memakai kedap suara untuk para makhluk supranatural baru tak akan terdengar.

Aku membuka balkon dengan hati-hati. Melihat suasana sekitar, kelihatannya semua sibuk dengan urusan masing-masing. Aku mencari tempat yang sepi, melopat ke sana. Handphoneku sengaja aku tinggalkan karena aku tahu pasti sudah di utak-atik oleh Kyle. Aku pulang ke apartemen menggunakan taxi.

Sampai di apartemen aku langsung mengganti baju. Menarik koper yang terisi pakaian, menyambar tas kecil berisi semua ID-ku. Aku menghubungi Robby menggunakan handphone pribadi yang aku khususkan untuk rekan-rakan SS. Aku meminta betemu dengannya karena membutuhkan bantuan. Kami bertemu di Grand Ave Street.

"Hai Rob." Sapaku padanya.

"Kenapa kau membawa koper segala?" Tanyanya.

"Bisa tidak kita pergi dari sini dulu, aku jelaskan dalam perjalanan." Ucapku.

Kami masuk mobilnya.

"Aku butuh bantuan." Kataku padanya.

"Bantuan apa? Kalau bisa akan kubantu, aku punya hutang budi banyak sekali padamu."

Aku memang sering menyelamatkannya ketika dalam kondisi berbahaya. Mungkin kalau dia bukan partnerku pasti dia sudah meninggal dalam tugas.

"Carikan aku penerbangan secepatnya hari ini ke Honululu, Hawai. Dan tutupi jejakku hari ini." Jelasku.

"Kenapa harus menutup jejak segala?" tanyanya.

"Masalah pribadi, karena itu aku harus segara kaluar dari sini."

"Apakah dia orang hebat hingga harus menutupi jejakmu?"

"Mungkin."

"Bagaimana kalau sampai dia tahu."

"Tenang saja, di Honolulu ada rekan yang bisa di mintai tolong."

"Baiklah akan kucarikan dulu tiketmu."

Robby mulai menelpon seseorang. Semoga saja dapat. Kalau tidak aku bisa kemana saja asal keluar dari sini dan jejakku tertutupi untuk sementara waktu. Aku tahu Kyle punya kekuasaan, dilihat dari nama belakangnya yang seperti tidak asing.

"Bagaimana?" tanyaku setelah Robby selesai menelpon.

"Ada tapi sekitar jam dua belas lebih lima menit." Jawabnya.

"Bagus. Sudah kau pesankan?"

"Sudah, tinggal ambil aja. Seperti biasa saat kita terbang dapat tugas."

"Terima kasih. Bisakah sekarang kau antar aku ke bandara?"

"Baiklah, tapi ini masih dua jam lagi."

"Tidak apa-apa, lagian kau harus cepat kembali ke markas, hapus jejakku dan juga tolong palsukan dataku. Jika nanti ada yang mencari dataku tolong persulit juga."

"Baik, ada lagi yang kau perlukan?"

"Oh, ini. Berikan kunci ini pada tetangga apartemenku sebelah kiri, namanya Amanda Harris. Tapi berikan seminggu lagi, aku akan menghubunginya sendiri nanti."

Stone CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang