Part 4

18K 1.5K 14
                                    

Ada revisi sedikit di bab 2, tadinya nama packnya StoneMoon Pack aku ganti dengan DarkMoon Pack. Maaf akalau tulaisanku Typo.

*****

Kyle pov

Sialan!

"AAAKKKKKHHHHH!!!"

PRANGGG

Aku mengamuk, melempar semua barang yang ada di dekatku. Kini kamar suiteku seperti kapal pecah. Mateku tidak ditemukan sama sekali. Langsung kusuruh Bryan informasi tentangnya. Baru lima menit Bryan sudah mendapat data tentang mateku. Wow! cepat sekali.

"Ini belum lengkap karena yang penting kita mendapat alamat apartemen dan tempat kerjanya." Jelas Bryan sambil menyodorkan sebuah map.

"Pantas cepat, biasanya sampai setengah jam. Ayo ikut aku, kita baca di mobil saja. Gib bereskan kamarku." Perintahku.

Datanya hanya berisi informasi yang singkat, seperti alamat, ttl, nama orang tua, saudara, hobi, pokoknya data umum saja. Aku tidak mau membuang waktu. Kami menuju apartemenya di S. Flower Street. Amanda bekerja di majalah fashion sebagai editor.

Setengah jam kemudian kami sudah sampai, aku langsung menuju lift di ikuti Bryan. Amanda sayang, setelah ini aku akan langsung menyeretmu ke London. Membawa ke packku. Mungkin aku akan langsung menandainya. Supaya tidak kabur lagi.

"Aku setuju. Langsung tandai dia, Kyle." Roxy menyahutkan persetujuan.

Ting!!!

Denting lift terdengar, aku menutup linkku dengan Roxy, lalu keluar. Mencari no. apartemen Amanda. Ketemu, aku memencet bel. Aku menghirup udara mencoba menemukan aromanya. Tapi lagi-lagi aku tak mencium aromanya. Ini memang aromanya tidak ada atau penciumanku yang salah?

Tapi tak mungkin penciumanku salah, kan?

"Bryan apa kau mencium aromanya? Aku tidak menciumnya." Tanyaku.

Bryan menghirup udara. Bahkan mendekat ke pintu. "Tidak. Aku juga tidak mencium aromanya."

"Sialan! Ayo kita ke tampat kerjanya saja." Usulku.

"Suruh Sam mengawasi apartemen ini. Siapa tahu dia sedang keluar beli sesuatu." Ucapnya.

Tanpa menjawab aku langsung melink Sam. Kami turun ke lobby, menuju mobil. Mobil berjalan menuju kantor majalah fashion di Venice Blvd. Kebetulan sekali majalah ini yaitu Mr. Dalton termasuk salah satu partner bisnisku. Dia akan membatalkan semua janji, jika tahu aku datang.

Kami sampai, aku langsung menuju resepsionis. Mengatakan namaku dan meminta betemu Mr. Dalton. Tak perlu lama sepuluh menit kemudian aku dan Bryan sudah duduk di kantor Mr. Dalton.

"Mr. Dalton, tujuan saya kesini untuk bertemu dengan editor anda, ms. Harris. Apakah hari ini dia masuk? Dan suruh Ms. Harris langsung kemari" ucapku tanpa basa-basi.

"Baiklah, tunggu sebentar." Ujarnya.

Mr. Dalton menghubungi seketarisnya. Tak lama pintu diketuk dari luar. Mr. Dalton membuka pintu dan masuklah seorang wanita muda dengan usia sekitar akhir tiga puluhan.

"Ms. Harris, ada yang ingin bertemu denga anda." Kata Mr. Dalton.

Apa tidak salah?

Wanita itu bernama Ms. Harris?

"Apakah anda yang ingin bertemu dengan saya, sir." Ucap wanita tersebut.

"Aku ingin bertemu Amanda Harris, bukan anda miss." Kataku tegas.

"Saya Amanda harris, sir." Katanya tegas.

Astaga!! Apalagi ini?

Memang ada berapa orang yang menyandang nama Amanda Harris di kantor ini?

Stone CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang