Malam ini, waktu sudah menunjukan tepat pada angka 8. Biasanya saat ini Sania sedang menyiapkan makan malam untukku, atau mungkin ia sudah terlalap lebih dulu. Dengan gerakkan perlahan, tangannku menekan beberapa digit angka disebuah monitor. Disaat aku ingin menekan angka terakhir, seseorang menyentuh punggungku, membuat pergerakanku terhenti. Tidak ingin memakan waktu lama, aku memutar badan untuk menghandap sosok tersebut.
Seorang wanita yang memakai kemeja putih serta rok span berwarna hitam kini duduk disebrang kursiku. Wanita yang beberapa hari ini aku percayakan untuk mengawasi Sania. Ia bilang ada hal penting yang harus dibicarakan, maka dari itu aku mengajaknya untuk berbicara di Cafetaria yang berada di lantai pertama Apartment ini. Tidak ada hal lain, aku hanya ingin bicara lebih santai saja.
" Jadi, hal apa yang ingin kamu bicarakan, Fiona? " ucapku terus terang, karena wanita itu tak kunjung membuka suaranya.
" Begini Pak, tadi siang sekitar pukul 3, Ibu Sania keluar dari Apartment dengan seorang wanita dan membawa sebuah koper ..., " Fiona menghelangkan nafas pendek, " maaf saya tidak bisa mencegahnya. Dari tadi siang, saya sudah menghubungin Pak Rakha tapi selalu tidak aktif " suaranya terdengar merasa bersalah.
Jawaban yang diberikan Fiona berhasil membuatku terkejut, cemas, dan tidak percaya. Sania pergi bersama siapa dan kemana dia? – Pikiranku sudah tidak karuan, takut terjadi suatu hal yang buruk menimpa Sania dan bayi di kandungannya.
" Kamu jangan bercanda, Fiona. Mungkin kamu salah liat " ujarku berusaha mengelak.
Fiona merogoh isi tasnya, mencari sesuatu di dalam. Sebuah ponsel telah berada digenggamannya, tangannya sibuk menyentuh touchscreen diponsel tersebut. Aku hanya berdecak sebal, dalam kondisi seperti ini dia masih sempatnya memainkan ponsel.
" Ini, tadi saya sempat foto mereka berdua, " Fiona menyerahkan ponselnya , mataku terbelekak kaget saat melihat foto tersebut, " saya yakin ini Bu Sania, dan wanita yang berada disampingnya itu yang sudah membawa dia pergi dari sini "
Ponsel miliknya segera ku kembalikan, tubuhku masih menegang serta tatapan yang bila dilihat tidak dapat terbaca.
' Ini bahaya, aku belum siap jika harus kehilangan Sania ' pikirku panik
Tanpa pikir panjang, segera aku meninggalkan Cafetaria ini dan tidak mempedulikan Fiona, lagi. Ini bisa jadi kabar buruk. Aku tidak sanggup jika harus kehilangannya sekarang. Masih banyak impian yang ingin ku gapai bersamanya. Dan tak rela, jika anakku nanti tidak mengetahui ayahnya. Demi mempersingkat waktu, mobil yang ku kendarai melesat membelah jalanan Ibu Kota yang untungnya sudah tidak begitu padat.
***
Author POV
Saat ini, Dewi Fortuna sedang berpihak pada Rakha. Ia berhasil menempuh Jarak antara Jakarta-Bandung hanya dalam kurun waktu 2 jam. Tidak ada kendala apapun. Jalanan yang lumayan lenggang serta cuaca yang sangat mendukung, membuat jarak pandang pengemudi tidak terganggu.
Detik ini juga, kakinya sudah berpijak tepat di halaman sebuah bangunan yang tak asing lagi baginya. Rumah yang selama ini menjadi saksi atas perjuangan cintanya kepada Sania.
Malam semakin larut, tapi Rakha masih tetap tidak bergeming. Tatapannya menuju pintu utama rumah ini. Rumah ini yang tak lain adalah tempat Sania diperbesarkan. Tubuhnya hanya terbujur kaku, tidak ada pergerakan sedikit pun. Rakha masih terdiam, mencoba menyiapkan mental yang kuat jika Reno – Ayah Sania- , mencecarnya dengan berbagai makian.
Pasalnya, dulu sewaktu Rakha masih menjalani masa pendekatan kepada Sania, Reno selalu menghalanginya dengan berbagai cara, yang hasilnya membuat Rakha geram. Mulai dari membenarkan atap rumah, mencuci mobil, bahkan Rakha pernah disuruh membersihkan selokan yang tertumpuk oleh beraneka macam sampah.Tapi, itu semua tidak masalah bagi Rakha. Yang utama baginya adalah Restu dari Reno.

KAMU SEDANG MEMBACA
Because Our Son
RomanceKarena dia, aku harus pergi dan rela kembali lagi. -Sania Aretha Abyasa. *** Hello ini cerita pertama gua di wattpad. Mohon dimaklumkan ya kalo feelnya kurang dapet. Masih tahap belajar soalnya. Happy Reading guys^^ Andaresta230