Part 15

11.5K 459 18
                                    

    Cukup lama Rakha dan Sania berada di Bandung. Mereka yang semula menjadwalkan kembali ke Jakarta pukul 12 siang, harus terundur menjadi pukul 3 sore. Karena adanya sedikit perdebatan antara Rakha dengan Reno.

Rakha yang tadinya ingin izin untuk membawa Sania kembali ke Jakarta dengannya harus tertahan karena Reno yang tidak menyetujuinya. Reno berkata, ia tidak ingin Sania disakiti lagi oleh orang yang sama. Rakha dengan segenap jiwanya berusaha meyakini Reno, kalau ia tidak akan menyakiti Sania lagi.

Sania tidak bisa berbuat apa-apa pada saat itu, Ia terpaksa menunggu di dalam Kamar karena Reno tiba-tiba mengunci pintunya dari luar. Ia hanya bisa terdiam, mendengar samar-samar suara yang ada diluar sana. Rakha yang terus berusaha meyakinkan Reno, Reno yang selalu mengelak ucapan Rakha, serta suara Nina yang ikut meyakini Reno.

Entah apa yang terjadi diluar sana, hingga pada akhirnya Reno mengizinkan Rakha untuk membawa Sania kembali ke Jakarta. Sania tidak begitu peduli akan hal itu, saat ini yang ia inginkan hanya bersama Rakha.

" Rakha, " Sania memecah keheningan yang terjadi di mobil saat ini.

" Ada apa? " jawab Rakha, dengan tatapan yang masih terfokus pada jalan.

" Selama kamu nggak ada di Apartment.., " Sania terdiam beberapa detik. " Kamu dimana? "

Rakha refleks menoleh pada Sania, dan memperlambat laju mobilnya. " Aku mengurus pekerjaan di Kantor " tandasnya singkat, dan kembali terfokus untuk mengemudi.

" Tidak, maksudku kau tidur dimana? "

" Aku bermalam di Kantor, sayang. Kalau kamu nggak percaya, coba tanya satpam di Kantorku. "

" Hanya sendiri? " kali ini Sania hanya bisa menatap wajah Rakha dari samping. Cukup lama Rakha menjawab pertanyaannya.

" Ya, aku sendiri . " Rakha memberhentikan mobilnya tepat didepan sebuah restaurant yang menyediakan makanan jepang. " Ayo, kita makan dulu sebelum kembali ke Apartment. "

Rakha yang semula ingin membuka pintu mobil, kini tertahan. Ia melihat Sania yang masih terdiam, menatap lurus kedepan. Sepertinya ia tidak menyadari kalau Rakha sudah menghentikan laju mobilnya.

Diraihnya pergelangan tangan Sania, dan mengecupnya lembut. Membuat Sania langsung mengerjapkan matanya dan menoleh kepada Rakha.

" Ada apa? Kau terlihat bingung daritadi. Bicara padaku. " sebelah alis Rakha terangkat, bermaksud menyuruh Sania untuk segera bercerita.

" Hmm, waktu itu .. , " sania terdiam selama beberapa detik, ditatapnya mata Rakha dalam. " Waktu itu, aku menelfon mu malam hari. Dan itu diangkat, " matanya berbinar.

Rakha masih terdiam, mencoba mencerna ucapan Sania. Tersirat mimik kebingungan di wajahnya. Ia sejenak berfikir. Seingatnya, ia tidak pernah mengangkat satu pun panggilan masuk dari Sania. Tapi barusan, Sania berkata ada yang mengangkat. Siapa?

" Apa? Siapa yang mengangkat? "

Sania tertunduk, raut wajahnya terlihat murung sekarang. " Seorang wanita. Siapa dia? Kau tidak pergi ke Club malam, kan? " Sania menyelidiki manik mata Rakha.

Rakha sempat terkejut selama beberapa detik. Pada kenyataannya, ia sama sekali tidak pergi ketempat itu. Semalaman ia hanya merenung di Ruang Pribadinya. Dan itu hanya seorang diri. Lantas siapa wanita itu?

" Tidak, aku tidak pergi kesana. Tapi, siapa yang mengangkat telfonmu? Sedangkan aku, hanya seorang diri di Kantor. Ya walaupun di depan ada Satpam. " bahunya terangkat, seakan ia mengacuhkan soal wanita yang mengangkat ponselnya.

" Lalu siapa wanita itu? " sorot matanya masih menatap Rakha, bingung.

" Sudahlah, tidak usah dipikirkan lagi. Mungkin saja, kau hanya ilusi. " Rakha tersenyum tenang kepada Sania, jemarinya mengacak gemas puncak rambut wanita itu. " Ayo, kita makan disana sebentar. "

Because Our SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang