Part 18

13.9K 513 21
                                    


Menunggu. Hal yang paling sangat membosankan, apalagi jika tidak ada kepastian. Tapi untuk kali ini sebuah kepastian berpihak pada Sania, membuatnya tidak begitu sebal menunggu. Wajah terlihat sangat bahagia, menunggu untuk menyambut kedatangan Darlita Ermina – Mama Rakha, yang tentu saja sudah jadi mamanya juga.

Empat puluh menit sudah berlalu. Tidak ada kabar lagi dari Rakha. Terakhir ia hanya menyampaikan sebuah pesan singkat kalau dirinya sudah menuju ke Apartment usai menjemput Mamanya di Bandara Soekarno Hatta.

Tidak ada acara penyambutan yang cukup meriah, hanya sekedar menyiapkan beberapa macam cake dan juga buah. Karena sebelumnya, Darlita menyampaikan pesan kepada Sania untuk tidak memasak hari ini, jadi Sania tidak perlu repot-repot.

Tangan dengan lembut mengusap perut yang sudah membesar. Sebentar lagi, anak yang sekarang berada di dalam rahimnya akan lahir, merasakan kehidupan di Dunia. Dunia yang sangat keras. Tapi Sania sudah berjanji, akan melindungi anaknya dalam segala macam rintangan nanti.

Bel berbunyi, Wajahnya sangat sumringah. Saat yang dinanti-nantikan akhirnya tiba. Dengan cepat Sania melangkah mendekat, membukakan pintu untuk Darlita dan Rakha.

" Mama .. " pekiknya, dan langsung berhambur kepelukan Darlita.

Darlita menyambut hangat pelukan Sania. " Sania. Akhirnya mama bisa datang kemari. "

Rakha terdiam, menyaksikan sebuah drama yang dilakoni Darlita dan Sania. Ia merasa Sania lupa akan kehadirannya saat ini. Rakha berdehem sebari berdecak pinggang. Membuat Darlita dan Sania saling melepaskan pelukannya, menatap Rakha seakan mengejek.

" Suami baru pulang, lho. Nggak ada niat untuk nyambut juga? " ujar Rakha, tanpa menatap Sania. Matanya sibuk menatap hal-hal lain yang ada disekitarnya.

" Bosen nyambut kamu terus. Tanpa disambut juga tetap akan pulang kemari. Karena hati tau kemana dia harus kembali. "

" Sudah-sudah. Mama nggak disuruh masuk, nih? "

Sania lupa, ia malah melantarkan Mertuanya di depan pintu. " Eh, iya, ayo Mah masuk. " Ia menarik pelan pergelangan tangan Darlita, menyeretnya agar masuk ke dalam.

Rakha lagi-lagi menghela napasnya, Sania benar-benar tidak memperdulikannya saat ini. Mereka selalu saja asyik sendiri, apalagi jika sudah berhubungan dengan fashion.

Ia melangkah masuk, tak lupa menutup pintu. Mengikuti kemana Darlita dan Sania berada. Baru beberapa saat bertemu, keduanya sudah sangat bahagia, melepaskan kerinduan satu sama lain. Darlita yang sejak tadi memperlihatkan sejumlah majalah tentang fashion 2016 yang dibawanya dari Singapura.

Fashion memang sudah melekat pada setiap jiwa wanita. Dan itu sudah menjadi bagian hidup pada diri Darlita dan Sania. Sania lebih menyukai mengenakan fashion yang ia buat sendiri, dibandingkan membeli di luar. Dengan alasan irit. Berbanding terbalik dengan Darlita yang lebih menyukai fashion keluaran terbaru yang baru dirilis di Luar Negeri. Ia bahkan sampai rela terbang dari Singapura ke Inggris demi mendapatkan gaun rancangan Alexander McQueen.

" Jadi, kamu berniat untuk melahirkan dengan cara apa, Sania? " tanya Darlita, usai membicarakan soal fashion.

Sania menatap Rakha yang baru saja selesai berganti pakaian, duduk di sampingnya. " Aku kayaknya lebih milih lewat jalan caesar, mah. " sahut Rakha, dan Darlita sedikit bingung. " Enggak tega aja ngeliat Sania yang berjuang sendiri nanti. Apalagi Sania punya hemophobia. Tapi semua keputusan final ada di Sania. " Rakha mengusap lembut punggung Sania.

Because Our SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang