Karena dia, aku harus pergi dan rela kembali lagi.
-Sania Aretha Abyasa.
***
Hello ini cerita pertama gua di wattpad. Mohon dimaklumkan ya kalo feelnya kurang dapet. Masih tahap belajar soalnya. Happy Reading guys^^
Andaresta230
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah mengalami pertengkaran dengan Sania, aku memutuskan untuk pergi dari Apartment. Tidak selamanya. Hanya untuk beberapa hari kedepan , menghilangkan beban pikiran yang terjadi padaku sekarang.
Aku mengendarai mobil tanpa adanya arah, entah kemana tujuanku sekarang. Mengendarainya hampir diatas kecepatan rata-rata. Tidak peduli akan mobil-mobil lain yang terkadang mengelakson, bermaksud menyuruhku untuk merendahkan kecepatan.
Pikiranku benar-benar kacau sekarang. Mulai dari urusan kantor hingga kelakuan Sania tadi sore di Kedai. Aku masih tidak menyangka, akan perbuatan Sania seperti itu. Dengan mudahnya ia berpelukan dengan pria lain, pria yang sama sekali tidak ku kenal. Jika pria itu adalah sepupunya atau kerabat jauhnya, aku tidak apa. Tapi pria tadi, aku sama sekali tidak mengenali wajahnya. Pria itu tidak nampak saat resepsi pernikahanku dan Sania beberapa bulan yang lalu.
Saat ini mobilku terhenti, tepat disebuah tempat yang selalu ramai setiap malam. Tempat biasanya, saat orang-orang diluar sana yang sedang dilibatkan banyak masalah atau membutuhkan penyegaran pasti mereka akan pergi ke sini. Sebuah club malam yang terkenal elit, kini berada dihadapanku.
Disekitar mobilku, sudah banyak terdapat mobil-mobil mewah yang harganya tak kalah dengan harga mobil yang ku kendarai sekarang. Aku meyakini, pasti disana sudah banyak kalangan-kalangan atas yang menghabiskan waktunya didalam sana.
Tubuhku masih terdiam dibalik stir mobil, hanya menatap plang nama club itu. Entah aku harus turun atau tidak. mengingat kalau dulu aku sudah berjanji untuk tidak pernah datang lagi ketempat ini. Aku berjanji setelah mengenal Sania, dia sudah bisa merubah kehidupanku yang awalnya sangat amat buruk hingga sekarang seperti ini.
Sejenak pikiranku kembali menerawang tentang kejadian tadi sore di Kedai, yang mengakibatkan aku dan Sania bertengkar.
Sore ini, pekerjaanku masih sangat menumpuk. Tapi mengingat kalau Sania meyuruhku pulang lebih awal, akhirnya aku memutuskan untuk menundanya. Tidak semua yang tertunda, ada beberapa yang ku serahkan kepada Windy – seketarisku.
Sewaktu siang hari, Sania mengirimku sebuah pesan. Aku berfikir, untuk mengingat jam berapa pesan itu masuk diponsel ku. Dan sudah lebih dari 3 jam pesan itu masuk, pertanda kalau Sania sudah hampir sampai di Jakarta.
Ujung-ujung jemariku mengetik sebuah pesan kepada Sania. bermaksud menyuruhnya untuk tidak langsung pulang ke Rumah. Aku ingin menyuruhnya untuk mampir di sebuah Kedai Kopi langgananku di daerah Thamrin.
Ujung bibirku tertarik, menghasilkan seutas senyum saat melihat paper bag berwarna merah muda diatas meja kerjaku. Mengingat kalau Sania akan mengajakku makan malam yang spesial, pada akhirnya aku membelikannya kamera polaroid untuknya. Beberapa minggu yang lalu, Sania sempat bilang padaku kalau Kamera polaroid dia yang lama rusak, karena terbanting akibat ulahnya sendiri. Dia meminta untuk membelikannya yang baru, tapi aku menundanya. Bukan berarti pelit, aku hanya mencari waktu yang tepat untuk memberikannya.