Part 2

27.8K 1K 17
                                    

Author POV

Disinilah mereka berada sekarang, didalam sebuah restaurant mewah dengan gaya modern tapi masih terlihat kesan sederhananya. Dindingnya yang berwarna hitam dan coklat , disetiap mejanya terdapat kain berwarna putih sebagai taplak mejanya, diatas terdapat banyak lampu yang bergantung dan didepan sana juga terdapat sebuah meja besar yang diatasnya di isi oleh beberapa vas bunga. Mereka yang berada didalam pun dimanjakan dengan alunan biola di dalam restaurant ini, sangat indah. Mereka seakan merasakan sedang dipertunjukan musik orkestra.

Rakha dan Sania duduk dimeja terujung dekat dengan jendela. Mereka sedang melahap makanannya masing-masing. Mata Rakha sesekali menatap Sania yang sepertinya tidak begitu napsu makan, ia melihat Sania yang hanya melahapnya sedikit demi sedikit dan terkadang hanya memainkannya.

" Sania, kau kenapa tidak memakannya? Apa tidak enak? " Rakha menggenggam tanggan Sania, Sania hanya tersenyum.

" benarkah tidak enak? Akan aku laporkan pada pihak restaurant ini " Rakha ingin bangkit dari duduknya tapi Sania segera menahannya.

" Tidak sayang, hanya saja napsu makanku tiba-tiba menghilang. Duduklah kembali " Rakha pun menduduki dirinya kembali dikursi.

" lalu kenapa kau tidak memakannya dengan lahap? " Rakha mengeratkan genggamannya pada tangan Sania.

" Perutku terasa mual "

" Kalau begitu kita pulang saja ya, biar aku yang mengantarmu ke apartment "

" Tidak usah biar aku pulang dengan Pak Budi, aku tak mau mengganggu pekerjaanmu "

Rakha mengelus punggung tangan Sania dan mengecupnya " Tidak, aku akan mengantarmu. Nanti aku akan menyuruh Pak Budi agar tidak menunggumu dikantor " Rakha mengambil dompetnya dan mengambil beberapa uang lalu meletakkannya diatas meja.

" Ayo, kau harus segera istirahat. Aku tak mau kau sakit " Rakha meraih tangan Sania dan menuntunnya keluar restaurant.

***

Sania berdiri dibalkon kamar dengan tangannya yang memegang sisi pagar. Ia menatap indah langit Jakarta malam ini, tidak seperti biasanya. Suasana malam ini cukup indah, langit gelap diatas sana dihiasi oleh banyak bintang dan bulan bersinar dengan terang serta lampu-lampu dibawah sana menambahkan kesan indahnya.

Angin menghembus begitu kencang, membuat rambutnya yang terurai terkadang menutupi wajahnya. Ia merapatkan sedikit blazer yang ia kenakan, karna anginnya membuat ia merasa dingin. Perlahan Sania memejamkan matanya, merasakan suasana malam ini.

Tanpa Sania ketahui bahwa ada sosok pria yang sedang menatapnya dari belakang sebari tersenyum – Rakha , ya pria itu adalah Rakha. Perlahan Rakha melangkahkan kakinya mendekati Sania, tangannya melingkar erat di pinggang Sania. Perut Sania yang sudah mulai membesar membuat Rakha sedikit sulit saat melingkarkan tangannya di pinggang Sania. Rakha menempelkan dagunya tepat dibahu Sania dan mengecup pipi Sania singkat.

" sedang apa istriku yang cantik ini? " Rakha berbisik tepat ditelinga Sania, membuat Sania terkekeh.

" aku sedang menikmati udara malam ini " ucap Sania yang masih memejamkan matanya.

" Angin malam ga bagus untuk wanita yang sedang hamil " ujar Rakha, dan Sania tidak memperdulikan ucapannya.

" Sania " panggil Rakha lembut dan Sania merdeham membalas panggilan Rakha.

" Aku baru pulang kerja, kau tidak berniat menyapaku. Bahkan aku hanya diberikan punggungmu yang seksi ini " ujar Rakha memelas.

Sania pun langsung membalikan tubuhnya menghadap Rakha yang berdiri dibelakangnya tadi. Ia menatap Rakha seperti mengkoreksi, mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tidak jauh berbeda. Rakha selalu pulang dengan tampilan seperti ini. Dasi yang ia longgarkan, 2 kancing teratas kemejanya ia buka, lengan kemejanya yang ia gulung hingga sikut, rambutnya yang sudah tidak tertata, dan jas yang ia gunakan ia genggam ditangannya. Sungguh itu sangat mempesona. Membuat Sania seakan merasakan jatuh cinta 2x saat melihat Rakha seperti itu.

Because Our SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang