Part 5

16.2K 604 1
                                    

Sania POV

Aku kini sedang berada didalam sebuah toko yang menjual pakaian dalam wanita. Aku masuk hanya sendiri, tidak ditemani Rakha. Tadi, Rakha meminta untuk menemaniku di dalam tapi aku menolaknya dengan alasan...- ya kalian tau kan gimana otaknya pria. Setelah mengalami debat beberapa menit akhirnya Rakha menyerah dan mengalah padaku. Jadi, aku menyuruh Rakha menunggu di cafe yang tak jauh dari toko ini.

Aku memilih beberapa 'pakaian dalam' yang kuperlukan. Aku sudah berada didalam sini sejak setengah jam yang lalu, setelah merasa apa yang dipilih sudah cukup aku berjalan menuju kasir dan mengantri untuk membayar.

" anda sangat cantik " ucap kasir yang berada tepat dihadapanku.

" ah, tidak. Kau juga cantik " ucapku pada wanita dihadapanku. Sungguh, aku tidak terlalu suka dipuji-puji seperti ini.

Wanita yang berprofesi sebagai kasir itu tersenyum dan menyerahkan paper bag kearahku. Dengan sigap aku mengambilnya dan menyerahkan beberapa lembar uang kepadanya.

" tidak, anda jauh lebih cantik. Jangan lupa berkunjung kemari lagi " ujar wanita itu, dan aku hanya membalasnya dengan anggukan.

Langkahku perlahan melangkah keluar dari toko ini. Aku berjalan menunduk, mencoba mencari ponsel yang sedari tadi bergetar di dalam tasku dan membuat risih. Beberapa kali aku menyenggol pundak orang-orang yang berlalulalang berlawanan arah denganku tapi aku tak peduli. Aku hanya mengucapkan kata 'maaf' pada siapa pun yang tadi kusenggol dan berharap orang yang ku senggol tadi tidak memarahiku. Dan tiba-tiba -

Brukkk!

Aku merasa ada seseorang yang menyenggol pundak kiri ku kencang. Aku yakin kini bukan diriku yang berulah tapi orang itu yang menyenggol pundakku. Aku meringis tertahan, dan paper bag yang kupegang jatuh dari genggamanku. Tangan kananku memegang pundak kiriku yang terasa sakit.

Siapa orang yang menyenggolku? - Pikirku. Dengan cepat aku melirik orang yang berada tak jauh dari diriku. Wanita. Apa mungkin wanita itu yang menyenggolku? wanita itu melangkah sangat cepat, seperti sedang buru-buru. Sekilas aku melihat wanita itu sedang berbicara dengan seseorang disebrang sana dengan ponselnya yang menempel pada telinganya.

Rakha POV

Aku berada disebuah cafe untuk menunggu Sania, duduk di kursi yang berada tepat disamping kaca, sengaja aku memilih duduk disini agar bisa memantau Sania yang berada disana. Sudah setengah jam aku menunggu, tapi Sania tak kunjung datang. Tadi aku meminta untuk menemaninya tapi ia menolak. Aku sangat tidak suka penolakan, sungguh. Tapi setelah berdebat dengan Sania aku akhirnya menyerah. Sania memang selalu menang soal masalah berdebat denganku.

Aku sudah menghubungi Sania beberapa kali. Tapi tidak dijawab. Cemas - itu yang aku rasakan sekarang. Aku menaruh beberapa lembar uang diatas meja dan segera keluar dari cafe ini untuk menemui Sania. Aku masih mencoba menghubunginya, berharap Sania mengangkatnya.

    Mataku tak sengaja menatap wanita yang baru saja keluar dari dari toko tersebut. Sania. Kulangkahkan kakiku mendekati Sania, tapi langkahku sontak terhenti saat melihat seorang wanita yang menyenggol pundak Istiku. Mataku menyipit, mencoba melihat lebih jelas siapa wanita itu. Tapi nihil, rambut wanita itu menutupi wajahnya dan membuatku tak bisa melihat wajahnya.

    Lupakan wanita itu. Aku kembali melihat Sania yang sedang memegang pundaknya, wajahnya pun terlihat menahan sakit. Segera kupercepat langkahku kearah Sania. Tanganku meraih paper bag yang tergeletak dilantai.

" apa sakit? " tanyaku pada Sania yang masih meringis.

" ah, iya. Tapi tidak begitu " jawabnya, dengan ekspresi yang kalau dilihat mengisyarakat kalau dia benar-benar baik.

Because Our SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang