Chapter 1

1.5K 61 1
                                    

Prilly Pov

" Prilly..... prilly. Dengerin aku dong? Aku bisa jelasin semuanya padamu " Danu menarik tanganku, haha lucu sekali wajahnya. Hampir saja aku ingin tertawa terbahak bahak didepannya. Oh danu maafkan aku, haha

" Apa? Apa lagi sih danu? Apa yang ingin kamu jelasin lagi? Semua udah jelas, semua bisa kulihat dengan mata kepalaku sendiri. Maaf danu tapi aku udah nggak bisa denganmu, sebaiknya kita Putus " aku berlari meninggalkannya dengan berderai air mata buatanku.

" Tapi prill, aku bisa jelasin. Semuanya cuma salah paham " masih bisa kudengar teriakannya tapi tak kupedulikan lagi

Gotcha, haha. Apa peduliku? Danu... Danu bodoh sekali dirimu. Yes, rencanaku berhasil.. Huhu... Maafkan aku danu hahaha...

Setelah cukup jauh aku meninggalkan tempat itu, aku langsung tertawa puas. Sudah keberapa kali ya aku seperti ini,

1 2 3 4 ah gak tau pusing, yang pasti ini udah puluhan kali.
Pasti kalian mengira aku jahat. Uh sehajat itukah diriku? Nooo, aku seperti ini karena al,

Lo tau al, gue seperti ini gara gara lo brengsek!! Hatiku berucap.

Jika ada yang bertanya "Sampai kapan aku seperti ini" Pasti kujawab " Sampai hatiku puas, dan satu lagi sampai semua egoku terbalaskan "

Namun jika ada yang bertanya lagi " Mengapa aku tidak langsung membalaskan dendam ini kepada al? Mengapa harus orang lain yang menjadi korban? Tidakkah aku mempunyai belas kasihan? "
Ini jawabannya
" Karena aku... Aku.. Karena aku masih mencintai al. Aku tidak ingin menyakitinya, maka dari itu aku menyakiti orang lain. Tentu punya, aku punya belas kasihan, bahkan aku sendiri tidak tau sampai kapan hatiku ini akan selalu dipenuhi amarah, aku tak tau sampai kapan hatiku ini akan menjadi devil, aku sendiri tak tau? " aku menangis, aku menangis mengingat semua kenangan pahit itu.

Ya, begitu menyedihkan akhir cintaku. Kenapa? Kenapa semua ini harus terjadi padaku? Kenapa?

Aku kembali menangis bertepatan dengan turunnya hujan yang semakin deras. Biarkan hujan ini menyamarkan tangisanku, bahkan hujan pun sepertinya tak ingin orang lain melihatku menangis

Mengapa? Apa salahku? Apa artinya hujan ini? Bahkan disaat aku menginginkan seseorang datang untuk menghapus air mataku kau pun tak memperbolehkannya? Apakah engkau mentakdirkan hidupku seperti ini? Apa kau tidak ingin melihat hambamu senang?
Aku merutuki diriku sendiri. Menangis sejadi jadinya.

***

Flashback On

" Assalamu'alaikum al. Sayang kamu dimana? " aku memasuki rumah al setelah mendapat persetujuan dari satpam penjaga rumahnya.

Sepertinya papa dan mamanya al sedang pergi keluar kota. Batinku

Seperti biasa aku langsung menuju ke kamar al, aku sering kesini jika hari libur seperti ini. Dan seperti biasa, mama dan papa al pasti sedang tidak ada dirumah. Kata al, jika kerumahku kamu langsung ke kamarku ya sayang..

Awalnya aku menolak karena menurutku itu tidak sopan tetapi al memaksaku dengan alasan mamanya yang menyuruhnya.
Akhirnya aku pun menurutinya.
Sesampainya di depan kamar al, aku lihat pintunya ditutup, tidak seperti biasanya al menutup pintu. Sepertinya pintunya juga dikunci, apa al pergi? Tapi tidak mungkin.

" Aaall, ssshhh " astaga apa benar apa yang aku dengar?
Aku memperjelas pendengaranku, aku menempelkan telingaku pada celah celah pintu al
" Aahh aall, ssshh " astaga ternyata benar, tak terasa air mataku menetes. Aku mengepalkan kedua tanganku, aku harus tau wanita yang sekarang sedang bercinta dengan al.

Aku berlari dengan sedikit meredam langkah kakiku, semoga tidak ada yang mendengarnya. Aku meminta kunci duplikat kamarnya al. Setelah mendapatkannya, aku segera kembali ke kamar al.
Membuka pintunya dengan kunci duplikat dan ya aku berhasil membuka pintunya.

Pintu itu pun segera kubuka dan aku segera masuk kedalamnya, sepertinya al dan wanita itu kaget karena aku membuka pintu secara kasar dan tunggu. Aku membekap mulutku tak percaya, aku melihat al sedang bercinta dengan sahabatku sendiri.
" Devi " air mataku saat itu juga langsung tumpah dengan derasnya.
Devi memungut bajunya lalu berlari kedalam kamar mandi sedangkan al, al masih diam mematung ditempatnya.

" Prill " akhirnya al pun bersuara. Ya tuhan aku berharap pada saat itu semua hanyalah mimpi. Tapi ternyata tidak, ketika aku menampar pipiku sendiri aku sadar bahwa yang kulihat itu bukanlah mimpi.
" Sayang maafin aku, aku bisa jelasin "

Aku tertawa remeh, aku sungguh tidak menyangka sahabatku sendiri menikungku dari belakang, yang kusesalkan adalah caranya. Kenapa harus dengan cara kotor seperti ini?
" Cih sayang lo bilang, gue gak salah kan al? Apa yang mau lo jelasin. Apa? " aku berteriak sembari melangkah mundur.

Aku melihat devi keluar dari kamar mandi, masih berani dia menampakkan wajahnya. Apa dia tidak malu, kulihat dia menangis.
" Prill, maafin aku prill "
Ckck maaf dia bilang, lo kira gue apaan? Seenak jidat lo berkata maaf.
" Jelasin sama aku dev, apa aku harus memaafkan perbuatanmu, dasar wanita Jalang, kau sadar apa yang kau perbuat, kau sadar kan dev " aku mengusap air mataku secara kasar.

Kulihat Devi kaget ketika aku menyebutnya wanita jalang. Ada sebersit kemarahan yang terpancar dimatanya.
" Apa? Lo mau marah, silahkan. Tapi sebelum itu aku tegaskan padamu, aku bertanya padamu.
APA LO PANTAS NGELAKUIN HAL MENJIJIKKAN SEPERTI INI DIBELAKANG GUE DEV. DAN APA GUE SALAH MENILAI DIRIMU, inget dev lo itu apa sih? Lo gue anggep sahabat bahkan lebih dari itu. Tapi APA YANG LO LAKUIN, ini balasan lo padaku " aku menunjuk wajahnya yang sekarang menunduk, mungkin karena malu.

" Gue gak nyangka lo bisa sehina ini. Makasih dev, mulai sekarang persahabatan kita berakhir dan lo " aku menunjuk wajah al
" Dasar pria brengsek " aku menampar pipinya
" SEKARANG KITA PUTUS "

Setelah berkata seperti itu aku langsung berbalik dan berlari keluar dari kamar terkutuk itu dengan berderai air mata.

Aku sudah tak perduli dengan teriakan pembantu al, yang aku pikir saat ini adalah aku ingin sendiri.

Aku berlari kearah jalanan dan berhenti disebuah danau buatan, aku duduk bersandar pada sebatang pohon besar. Aku terus menangis, mungkin pada saat itu tuhan sedang mengerti kesedihanku karena tiba tiba hujan turun dengan derasnya.
Aku berteriak meluapkan segala kekesalanku
Dasar cowok brengsek, cowok bajingan lo
Aku memukul pohon tersebut, aku tak peduli walaupun tanganku tergores dengan kulit kayu tersebut sehingga menimbulkan beberapa luka.

Aku menangis sampai hujan berhenti, aku merasakan kepalaku yang sangat pusing dan tubuhku yang sudah sangat dingin. Aku mengambil handphone dalam tasku namun handphoneku rusak karena basah. Aku membuang handphone tersebut kedalam kolam.

Aku mencoba berdiri namun beberapa meter berjalan, kepalaku kembali berdenyut bahkan ini lebih parah dari yang sebelumnya, perlahan pandanganku mengabur sampai semuanya telah berubah menjadi gelap.

***

Aku tersadar ketika merasa ada seseorang yang mengompres kepalaku. Aku memijat kepalaku pelan mencoba memperjelas penglihatanku, ternyata bunda. Tapi tunggu, bukannya tadi aku pingsan. Kok sekarang aku ada disini.
" Bunda, siapa yang bawa illy pulang " aku bertanya pada bunda

" Nak ali sayang yang membawamu " aku mencerna perkataan bunda.
Ali? Siapa dia?

Aku melihat seorang laki laki sedang tersenyum, namun senyumannya kuartikan sebagai senyuman tebar pesona, disaat itu juga aku merasa bahwa semua laki laki sama, aku benci melihat laki laki kecuali adik dan ayahku. Aku menyuruh bunda mengusir laki laki didepanku.
" Bunda usir orang ini, usir bunda. Illy nggak mau lihat orang ini, illy nggak mau lihat laki laki. Illy benci sama laki laki, semua laki laki brengsek, bajingan. Sekarang usir dia bunda " aku kembali menangis, aku membuang wajah kearah lain.

" Nak ali maaf ya sepertinya prilly tidak senang melihatmu, sepertinya dia lagi sedih. Bunda minta maaf ya nak ali atas perlakuan putri bunda " kata bunda yang masih bisa kudengar walau samar samar.

" Iya tante ali ngerti " Cih sok manis, dasar brengsek. Aku kembali menangis menutupi wajahku dengan guling. Aku tidak ingin diganggu sekarang. Aku ingin istirahat.

Flashback Off

***

Tbc
Semoga suka sama ceritaku yang ini ya readers.
Salam sayang :*

Playboy Vs PlaygirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang