Chapter 17

537 19 8
                                    

"Sssshhh, aw" gumam ali, ia memegang kepalanya karena pusing. Sedikit berdiam sejenak menetralkan pusingnya.

Setelah sedikit mereda, ali berusaha untuk duduk bersandar pada kepala ranjang.
Matanya melihat sekeliling sembari ia terus berpikir mengingat kejadian sebelumnya.

Matanya berhenti pada sosok wanita yang masih tidur secara damai disebelahnya. Ia meneliti seluruh wajah wanitanya.

Pucat dan penuh luka memar

Itulah kalimat yang terlintas di pikirannya. Ia sedikit bergeser mendekatkan badannya kepada wanitanya.

Menyentuh tangan wanitanya kemudian mengecup tangannya.

***

Merasa terusik karena ada yang menyentuh tangannya, prillypun tersadar. Pengaruh obat bius sudah hilang sepenuhnya, ia terlonjak kaget dan seketika kepalanya berdenyut. Secara reflek prilly menarik tangannya untuk memegangi kepalanya.

Sedangkan disisi lain, ali juga kaget karena tangan yang tadinya berada di genggamannya terlepas. Ia menoleh memperhatikan prilly yang memegang kepalanya, dahi prilly berkerut seperti menahan sakit. Tanpa sadar, ali memeluk prilly erat dan kembali menitikkan air mata. Entah, rasanya ali seperti sangat merindukan pelukan dari prilly. Prilly menyadari bahwa ali memeluknya karena nyaman yang dirasakan begitu menyeruak hingga keseluruh tubuhnya. Prilly tak berniat melepaskan ataupun membalas, ia hanya diam menikmati hangatnya badan ali.

"Aww, shh" seru prilly didalam pelukan ali. Bukan karena ali yang mendadak memeluknya melainkan karena perutnya yang sakit karena lapar.

Ali melepaskan pelukannya seraya khawatir.
"Maaf, apa aku memelukmu terlalu erat? Apa ada yang sakit? "tanya ali memegang kedua tangan prilly erat.

Prilly POV

"Maaf, apa aku memelukmu terlalu erat? Apa ada yang sakit? " dialah aliku, aliku yang selalu saja mengkhawatirkanku.

Bodohnya aku yang pernah berpikir untuk melepaskannya, kali ini aku tidak akan melepaskannya

Kugelengkan kepalaku sembari tersenyum tipis, uhh rasanya untuk tersenyum lebar sudut bibirku terasa ngilu.

Kutatap aliku, tersirat kesedihan dimatanya. Kenapa? Apa aku berbuat kesalahan? Kenapa rasanya dia menatapku sendu. Sedangkan tadi tidak.

Kurasakan sepertinya dia akan beranjak sedikit menjauh.

Dan..

Benar...

Sekarang dia memunggungiku.

"Maaf" ucapnya.

Apa apaan? Harusnya aku yang minta maaf bukan dia.

Aku berusaha untuk duduk lalu memeluknya dari belakang.

Andai kamu tau aliku.. Aku merindukan pelukanmu. Aku tau aku banyak salah tapi maafkan aku.
"Maaf"ucapku
"Kumohon, tolong ambilkan surat cerai itu dari dalam lemari itu" tambahku sembari melepaskan satu tanganku lalu menunjuk lemari yang berada didepan ali, kurasakan tubuhnya menegang.

Tidak, jangan berpikiran seperti itu dulu sayang. Tidaaak, aku tidak ingin menceraikanmu, aku sadar. Aku tak mau kalau aliku, milikku sampai direbut orang lain.

Kurasakan dia melepaskan sebelah tanganku yang masih memeluknya. Wajahnya terlihat pasrah sembari berjalan perlahan menuju lemari yang kutunjuk.

***

Setelah dia mendapatkan apa yang aku mau dia kembali berjalan menuju tempat semula dia berada. Aku menyadari bahwa selain membawa surat cerai dia juga membawa bulpen. Ketika ali hendak menandatangani surat tersebut aku segera menahannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 25, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Playboy Vs PlaygirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang