CHAPTER 23

9.2K 768 146
                                    

Menyesal, merasa kehilangan, dan menanti nya. Berandai andai ia menemui sosok itu kembali. Akan ia rengkuh bahwa ia telah menyesal akan cinta yang diberikan tulus untuk dirinya. Andai, itu terjadi namun hingga sekarang ia tak menemui sosok itu.

.
.
.
.
.
.

Hamparan ilalang bergoyang seraya mengikuti kemana arah angin. Seperti menari-nari di padang yang luas ini. Kenyamanan, ketenangan begitu terasa damai disekitar.

Sinar mentari mengusik tidur seseorang dibawah pohon nan rindang ini. Seorang pemuda yang tertidur beralaskan rerumputan hijau.

" chanyeol-ah irona " 

Sebuah suara membangunkan pemuda ini dari acara mari tidur ditengah suasana tenang.

" sebentar lah baek "

" aishhhh cepatlah kau tau aku terus menunggu kapan kau sadar "

" eohhh "

Sebentar seperti ada yang mengganjal pada seseorang yang tengah mengajak ia bicara. tangan kanan yang berada tepat menutupi kedua mata bulat itu perlahan terangkat. Mata nya mengerjap saat sinar matahari yang menjadi pertama ia lihat tepat mengenai korena mata nya.

" akhirnya kau bangun juga "

Namja mungil yang berada di sisi samping kanan pemuda itu tersenyum manis hingga mata sipitnya membentuk eyesmile membuat siapapun gemas akan hal itu.

Namja jangkung itu berusaha duduk dengan gusar sembari menatap objek didepannya dengan wajah yang sulit dipercaya.

bagaimana bisa ia berada disini. Bukan kah ia pergi meninggalkan ku dan keluarga ku. Bagaimana ia tersenyum saat kemarin ku lihat wajahnya tersirat akan kekecewaan terhadap ku. Bagaimana bisa ia menunggu ku saat kemarin ia bilang lelah untuk mencintai ku. Wajah itu, memang sehari tanpa melihatnya membuat ku sedikit gundah. Pikir namja jangkung itu sembari menatap pemuda mungil yang kini sedang duduk bersila disamping nya, memainkan ilalang yang ia cabut dari akarnya.

" mengapa kau melihat ku seperti itu? Apa ada yang salah dari penampilan ku? " merasa ditatap dengan intens oleh namja jangkung disampingnya, namja mungil itu meraba wajah nya dan sedikit membenarkan letak pakaian yang sedikit berantakan.

" yakkk! Chanyeolie jangan menatap ku seperti itu. Berbicaralah sesuatu kepada ku "

Namja mungil itu mengerucutkan bibirnya kesal karena tak ada tanda-tanda dari chanyeol yang ingin mengatakan sesuatu padanya. Namun perlahan tangan panjang milik chanyeol bergerak dan terangkat menyentuh pipi mulus itu. Matanya tidak pernah putus dari kontak pandangan objek di sampingnya.

" mianhae " lirih chanyeol.

" eohh? Apa yang kau katakan "

" mianhae baekhyun "

Baekhyun, ya benar namja mungil itu adalah baekhyun istri dari seorang park chanyeol yang saat ini sedang mengelus pipi lembut bak seorang bayi milik baekhyun. Mata sipit baekhyun mengerjap beberapa kali saat ia merasa sentuhan dari suami nya yang terasa nyaman sekali. Tercetak jelas dari raut wajah nya yang sedikit tidak mengerti dengan apa yang dimaksud chanyeol.

" kau berkata apa? Kenapa kau harus meminta maaf padaku? "

" maafkan, maafkan aku untuk kemarin malam aku salah dengan pikiran ku yang terlalu buntu untuk berfikir lebih jauh dan tidak hanya mementingkan ego ku. Maafkan aku yang membuat dirimu kecewa. Maafkan aku yang menyakiti hati mu selama ini. "

Chanyeol memeluk baekhyun itu kedalam dekapannya. Tangan nya mengusap belaian rambut halus baekhyun. Wajah nya pun ia benamkan di ceruk leher baekhyun.
Sedangkan baekhyun namja mungil itu hanya terpaku diam, dengan tatapan kosong yang kini tidak di ketahui oleh chanyeol sendiri.

i hope you!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang