LLR - Part 3

270 69 31
                                    

~jangan pernah menilai atau melihat sesuatu dari covernya saja, karena cover terkadang tak sesuai dengan isinya~

***

Malas rasanya aku melangkahkan kakiku masuk ke kelas. Sumveh, aku rasa Dhika itu punya kelainan jiwa.

Semalem dia ngendarain mobil dengan kecepatan tinggi, woi jalan raya woi bukan arena balap. Untung saja aku sama dia gak meninggal di situ, alhasil semalem aku menderita pusing hebat dan mual mual seketika. Sampe sekarang juga masih pusing.

"Eh ada Kennybal." Pagi pagi udah ada yang nyari ribut aja si sama gue.

"Lo masih idup kan Ken, hahahah," jelek lo nenek lampir

"Eh tiarap, tiara sarap, ini masih masih pagi ya. Gue gak mau berantem sama lo pagi-pagi, ih gak level!"

"Ah mami, masa anak mami yang cantik gini dibilang sarap sama Kennybal." Ngadu sama emak ceritanya.

Manja!!

"Kamu tu ya berani beraninya ngatain anak saya sarap. Gak ada sopan santunya," bu ngaca bu anak ibu aja manggil saya Kennybal.
Anak sama emak sama aja.

"Kamu tu ya kalo dibilangin sama orang tua itu jangan diem aja," ngapain amat gue nangepin ni emak-emak nyentrit, hih alergi gue.

"Maaf bu ada apa ini?" Tanya seseorang yang dari suaranya saja aku bisa menebaknya.

"Ini lo, masa anak ini ngatain anak saya sarap. Gak sopan." Emang anak ibu sopan, hah?!

"Maaf bu anak ini biar saya yang urus."

"Kenny ikut bapak." Pak Frans menarikku paksa.

***

Lagi, entah ini keberapa kalinya aku masuk ruangan ini. Sudah jadi rutinitas bagi aku keluar masuk ruang bk, kalo enggak karena telat ada aja masalahnya.

Dan entah sudah berapa lama guru dihadapanku ini mengoceh bak burung beo. Mending burung beo malah.

"Ya ampun Kenny, ibu itu capek ngurusin kamu, apa si salah kami sampai kamu selalu bikin onar." Tadi pak Frans menyerahkanku kepada bu Ani. Katanya dia ada urusan dan tidak bisa menanganiku, jadilah bu Ani yang menanganiku.

"Ibu gak salah kok, tadi tu Tiara duluan bu yang mulai bukan saya." Oh tuhan aku sudah tidak tahan jika harus berhadapan dengan guru yang satu ini.

"Ibu mau kamu bersihin semua wc siswi putri di sekolah ini," always bu-bu kenapa harus selalu bersihin wc.

Dan dalam sekejap aku sudah terdampar di wc putri sekolahku yang berada di lantai satu.

"Heh lo, mangkanya jangan main main ama gue. Enak aja cewe secakep gue lo bilang Tiarap, ada elo kali ya sarap," ucap wanita itu. Tak lain dan tak bukan adalah Tiara. Tiara datang bersama gerombolam curut yang selalu mengikutimya kemanapun dia pergi.

Aku menggubris omongan Tiara. Malas rasanya aku berdepat dengannya.

"Ups." Tiara menjatuhkan ember yang berisi air kotor bekas pellan. Membuat lantai yang tadi sudah ku bersihkan kembali kotor.

LOVE'S LIKE RAINBOW✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang