~Tak ada kata terlambat, jika itu terlewat artinya ada yang lebih baik setelahnya. Atau itu sebagai pelajaran agar kita tak mengulaginya lagi~
***
Hari ini adalah hari yang sangat ditunggu oleh keluargaku ataupun keluarga Dhika.
Pasti kalian tahulah ini hari apa? Gak usah dijelasin kan?
Aku dan Dhika telah berjanji untuk mencoba semuanya, meski belum ada cinta.
Kata orang bijak cinta datang karena terbiasa. Siapa tahu itu berlaku buat aku, siapa tahu.
Aku sedang berada di ruang rias, rasanya ada yang aneh dengan jantungku, aku tegang, sepertinya aku tegang.
"Ya ampun Kenny lo cakep banget," teriak seseorang yang entah sejak kapan sudah berada di ruang riasku.
"Apaan si Mon, biasa aja, lo juga cantik." Meski begitu, pipiku tetap memanas.
"Cie cie cie, Dhika bisa klepek-klepek ni," ucapnya dengan seringai yang menurutku menyebalkan.
"Emang kata lo Dhika ikan klepek-klepek."
Hari ini acaranya sederhana, hanya tukar cincin saja, lagi pula acara ini hanya dihadiri sama keluarga dan sahabat-sahabat aku ataupun Dhika, ya pastinya sahabat ortu kita juga ada si.
"Gue yakin si Tiarap, ama Riana bakal struk kalo tahu lo ama Dhika tunangan," ucap Monna kemudian tertawa.
"Gue kan baru tunangan, belom tentu gue ama dia bakal nikah, bisa aja nantinya ternyata dia bukan jodoh gue," ucapku.
"Ya tapi biasanya itu kalo tunangan pasti nikah," eyelnya.
"Presepsi darimana itu?"
"Ya kan biasanya gitu, lagi emang lo ama Dhika gak ada apa sedikit gitu rasa cinta?" Tanyanya.
Aku hanya mengedikkan bahuku.
"Gue gak tahu," ucapku kemudian.
"Tu lo aja gak tahu udah mikir yang enggak-enggak."
"Gue bukan mikir yang enggak-enggak, tapi gue gak mau berharap." Benerkan jangan pernah berharap kalo kita gak tahu akhirnya gimana, yang ada sakit hati.
"Serah lo aja deh Ken," pasrahnya.
Aku dan Monna mengehentikan aktivitas kami saat kami mendengar seseorang mengetuk pintu.
"Mon bukain gih," suruhku. Monna mengangguk kemudian berjalan mendekati pintu.
"Eh kak Jessen, ada apa ya kak?" Tanya Monna dengan suara yang dibuat-buat.
Aku masih bisa mendengar suara mereka karena mereka berbicara dengan suara yang kencang.
"Suruh Kenny keluar, acaranya udah mau mulai." Aku tahu pasti itu kak Jessen yang ngomong.
"Ken, keluar yuk acaranya mau mulai," ajak Monna.
"Aduh kok gue deg-degkan ya Mon," aku memegang jari-jariku, mengurangi rasa gugupku.
"Udahlah lo cantik kok," puji Monna.
***
Aku dan Dhika kini tengah berada di panggung, aku heran ama pembawa acaranya, kok acara tukar cincinnya gak dimulai-mulai ya? Gak tahu pegel apa...
"Baik kita mulai acara tukar cincinnya," ucap pembawa acara itu. Akhirnya...
Dhika menautkan cincin di jari manisku. Begitipun juga aku.
"Lo cantik hari ini," bisiknya.
Aku dapat merasakan pipiku memanas sekarang. Oh ayolah Ken baru dibilang cantik aja udah baper.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE'S LIKE RAINBOW✔
Genç Kurgu~"senyummu indah, seindah pelangi yang muncul di kala hujan reda"~ Kenny Aurora Hermansyah dan Farhandhika Lionar, dua insan yang memiliki pemikiran, sifat, yang berbanding terbalik. Saat mereka mulai mengenal lebih dalam, banyak hal yang tak pernah...