hohoho, itu mulmednya Andreas ya....
~terkadang kita tak perlu mengetahui segalanya, tapi cukup memahaminya saja~
***
Aku sangat kesal dengan perlakuan Dhika kemarin, bisa bisanya ia meninggalkanku dan lebih memilih mantannya. Terlebih lagi ia juga menyalahiku karena aku pulang dengan Andre.
Eit... Aku bukannya cemburu hanya saja aku tak suka sikapnya yang selalu memperlakukanku seenaknya saja. Baru jadi calon tunangan udah gitu gimana kalo jadi tunangan. Bisa bisa aku digantung di pohon toge lagi.
Aku menuruni anak tangga untuk sarapan pagi bersama keluargaku.
"Pagi, ma, pagi pa, pagi kak," sapaku pada mama, papa dan kakakku.
"Eh, itu si Dhika, gak kamu sapa?" Tanya mamaku. Aku memutar bola mataku malas.
"Biasalah ma, kalo anak muda lagi ada masalah mah gitu, maennya diem dieman," ledek kakakku.
Aku menatap tajam kakaku kemudian mengambil sendok yang ada di meja. "Apa si lho kak." Aku melempar kakakku dengan sendok.
Namun dia berhasil menghindar. "Gak kena wee." Dia menjulurkan lidahnya membuatku berdecak sebal.
"Kenny, kamu tu jangan galak galak." Aku menarik nafasku. Jadi kena omel kan gue. Batinku.
"Tu kasihan si Dhika pengen kamu sapa dari tadi," ujar mamaku. Mau dari mana mak mak dia malah seneng kalo gak Kenny sapa. Ingin rasanya aku mengatakan itu tapi aku lebih memilih mengurungkan niat itu.
"Pagi Dhik." Dan dengan sangat terpaksa akhirnya aku menyapanya.
"Pagi kenny sayang." Aku mendongak menatapnya heran. Rasanya aku ingin muntah mendengar panggilannya yang alay itu. Sejak kapan ni orang berubah jadi alay.
Aku memilih duduk bersebrangan dengan Dhika, dan memilih untuk tidak menatapnya karena sejujurnya aku masih marah.
"Kenny makannya cepetan entar kamu telat kasian kan Dhika kalo ampe telat." Dhika aja terus ma, anak mama kan Dhika bukan Kenny!
"Tahu lu dek," timpal kakak ku.
"Ya udah, kalo takut telat berangkat duluan aja, lagi Kenny juga gak minta dijemput kan," ketusku. Napsu makanku mendadak hilang.
"Gak papa kok tante, kak Jessen," ujarnya sok manis!
"Ya udah ayo berangkat, ntar lo telat lagi." Aku beranjak dari kursiku dengan perasaan sebal.
"Ma, pa, aku berangkat dulu ya, kak, Kenny berangkat dulu ya." Aku tersenyum. "Oh ya kakak, jangan lupa cari pacar jangan sampe kakak pacaran sama dokumen," ucapku yang dihadiahi plototan. Tangan kakaku bergerak seperti mencari-cari sesuatu. Aku segera keluar sebelum aku terkena lemparan barang.
"Lo masih marah ama gue," tanyanya saat aku dan dia sudah berada di garasi rumahku. udah tahu nanya lagi!
Aku lebih memilih masuk ke dalam mobilnya ketimbang menjawab pertanyaannya yang menurutku gak penting-penting amat.
"Kok lo diem si?" Masalah buat lo kalo gue diem!
"Udah apa jalan aja, ntar telat." Dhika menurutiku tanpa protes terlebih dahulu.
Masa bodo aku jahat sama dia, dia duluan yang jahat ama aku, siapa suruh ninggal!!
***
"Ken, sorry kalo gue kemaren kelewatan."
"Iya iya! Udah apa jangan ikutin gue mulu." Aku mendengus kesal. Gak liat apa dari tadi kita dilirik adek kelas mana sambil senyum-senyum lagi. Dasar pada gak jelas!
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE'S LIKE RAINBOW✔
Fiksi Remaja~"senyummu indah, seindah pelangi yang muncul di kala hujan reda"~ Kenny Aurora Hermansyah dan Farhandhika Lionar, dua insan yang memiliki pemikiran, sifat, yang berbanding terbalik. Saat mereka mulai mengenal lebih dalam, banyak hal yang tak pernah...