LLR - Part 24

87 13 14
                                    

~Mengapa untuk bersama dengan orang yang kita sayang itu sangat sulit~

***

Kenny terus menangis dalam dekapan Monna. Jam pelajaran pertama sudah dimulai lima menit yang lalu, tapi Monna dan Kenny masih berada di kamar mandi.

"Ken, udah dong nangisnya," ucap Monna yang masih terus mengelus rambut Kenny.

"Gue sayang sama dia Mon," ucapan Kenny terpotong karena sesegukan yang dia alami. "Tapi kenapa buat bisa bersama sama dia itu susah." Air mata Kenny mulai tak bisa keluar karena terlalu lama menangis.

Monna melepas pelukannya. "Lo berantem sama Dhika?"

Kenny memandang sahabatnya teduh. "Gue gak tahu Mon," ucapnya kemudian kembali memeluk sahabatnya.

"Ken, udah dong nangisnya. Lo gak sayang air mata lo." Monna mengelus punggung Kenny. "Cowok tu jangan ditangisin sampe segitunya."

"Gue--" Kenny mengeratkan pelukannya. "Udah jahat sama dia Mon." Monna melepas pelukannya kemudian memegang pundak sahabatnya.

"Gue gak tahu apa yang terjadi sama lo dan Dhika, tapi gue gak suka kalo lo bilang. Lo itu jahat."

Kenny menunduk, ia mengigit bibir bawahnya menahan isakannya. "Gue nyuruh dia buat jauhin gue."

Alis Monna bertautan mendengar tuturan Kenny. "Kenapa?"

Kenny mendongak. "Gue gak bisa jelasin ke lo." Kemudian kembali terisak.

"Gue gak bisa ngasih saran ke lo kalo lo gak cerita Ken." Monna menatap Kenny tulus.

"Lo bisa janji kan sama gue?"

"Janji apa?"

Kenny menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya perlahan. "Kalo gue cerita ke lo, lo gak bakal bilang ke siapapun." Kenny mengulurkan jari kelingkingnya.

Monna menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Kenny. "Gue janji."

Kenny menatap mata sahabatnya kemudian meneguhkan hatinya untuk percaya bahwa sahabatnya akan memegang janjinya.

Kenny menarik nafas. Pelan namun pasti, bibir ranum Kenny mulai menceritakan satu demi satu kejadian yang membuatnya harus menjauhi Dhika.

"MIRANDA KENA LEU---." Kenny membekap bibir Monna.

"Jangan kenceng-kenceng ngomongnya," ucap Kenny kemudian melepas bekapannya. "Gue mohon jangan ceritain ini ke siapapun."

Monna tersenyum. "Gue gak bakal ceritain ini ke siapapun," ucap Monna yang langsung memeluk Kenny secara tiba-tiba membuat Kenny nyaris terjatuh. "Gue salut sama lo."

Kenny menghela nafas pelan. "Gue gak tahu keputusan yang gue ambil bener apa salah."

"Lo itu gak jahat Ken. Kalo lo jahat, lo gak mungkin ngerelain kebahagiaan lo buat orang lain." Monna melepas pelukannya kemudian seulas senyum terbit di bibirnya.

"Ken, gak banyak orang di dunia ini yang mau ngerelain kebahagiaannya buat orang lain. Justru ke banyakan orang itu ngehancurin kebahagiaan orang lain agar dia bahagia." Monna memegang pundak Kenny. "Suatu saat kebaikan lo ini bakal dibales kok sama yang di atas."

"Tapi dia benci gue Mon." Kenny menjilat bibir bawahnya.

"Gue yakin, pada saatnya nanti dia gak bakal benci sama lo." Monna menepuk pundak Kenny. "Udah gak usah nangis. Kita mending masuk kelas, udah telat ni kita. Hari ini kan ujian praktek bahasa indonesia." Kenny membelalak mendengar ucapan Monna.

"Demi apa hari ini UPRAK bahasa?"

"Gue tahu pasti lo belom ngapalin." Monna memutar bola matanya. Kenny hanya membalasnya dengan cengiran.

LOVE'S LIKE RAINBOW✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang