~kita gak tahu kemana kita akan menjatuhkan hati kita, dan jika kita jatuh cinta kita akan tetap memaafkannya sekalipun ia telah menyakiti kita, itulah sebabnya cinta itu buta~
***
Seperti yang sudah ditetapkan sebelumnya, aku sekarang satu kelompok sama Dhika.
Sebenernya si aku beruntung bisa satu kelompok sama dia, karena apa? Karena aku bisa mengandalkan kecerdasannya.
Coba kalo aku gak sama dia, mungkin aku sekarang clengak clenguk gak jelas di tempat ini.
Tugasnya si gampang, gampang bagi yang pinter bagi yang kayak aku mah? Boro boro.
"Ni lo analisis data ini." Dhika menyerahkanku kertas yang sejujurnya aku tak mengerti apa isinya itu.
"Lo serius Dhik?"
"Seriuslah, emang kenapa? Gak bisa?" Dhika menaikkan satu alisnya.
Aku mengetuk-ngetukkan jariku ke daguku.
Aku menatap Dhika ragu kemudian mengurlurkan tanganku untuk mengambil kertas itu. "Ngg.. ya udah sini." Aku mengambil kertas itu.
Selama waktu yang tak bisa ku hitung aku hanya meratapi kertas-kertas yang berada di tanganku. Membolak-balik kertas itu. Membaca berulang ulang kali isi yang tertulis.
Namun nihil aku tetap tak mengerti apa yang harus aku lakukan!!
"Ngg...Dhik."
"Hmm"
"Ini diapain ya Dhik? Gue gak ngerti." Aku menggigit bibir bawahku.
Dhika menatapku lama, membuatku risih. Dan tanpa kusangka tangannya bergerak mengacak-ngacak rambutku lembut.
Heran gue ama dia, dikit-dikit baik, dikit-dikit ngeselin, moodnya kok bisa gitu ya?
"Lo lucu!" Aku mematung mendengar perkataan Dhika. Tumben bilang lucu biasanya bilang 'lo bego banget si Ken' atau 'lo tu bisanya apa si kayak gini aja gak bisa'.
***
Aku dan Dhika kini berada di alun-alun kota Jogja. Tapi bukan untuk jalan-jalan, melainkan untuk menganalisis keadaan sosial di alun-alun kota Jogja. Sebenernya si aku berutung bisa satu kelompok sama Dhika, secara dia pinter. Lah kalo aku dipasanginnya sama Hadi kalo gak si Paijo? Jangan harap itu tugas bakal kelar. Tersentuh tangan aja gak mungkin. Hahaha aku udah ngomong ini dua kali ya? Maklum saking pinternya Dhika.
"Emm, Dhik kita mau ngapain lagi?"
"Nyebar kuesioner."
"Emm... kuesioner itu apa ya Dhik." Maklum aku kan gak tahu.
"Lo gak tahu?" Aku hanya menggeleng.
"kuesioner itu angket. Nah kalo kita mau nyari data itu bisa pake cara nyebar kuesioner atau angket, terus data yang dihasilkan itu namanya data primer." Aku hanya mengangguk seolah mengerti.
"Tapi emang orang mau jawab?"
"emm, itukan tinggal jawab setuju apa enggak setuju doang. Jadi gampang."
"Oh gitu to. Coba ulangan matematika kayak gini, nilai gue pasti cepek." Dhika tertawa medengar pernyataanku yang mungkin kelewat bodoh.
"Kenny-Kenny, benci banget si sama matematika."
"Ih lo banyangin aja ya. Gue udah capek-capek ngapal rumus, ngerjain soal di buku, tapi giliran gue ngerjain soal ulangan masa lebih susah ama contoh yang di buku. Kan ngeselin. Ujung-ujungnya nilainya gak lebih dari lima."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE'S LIKE RAINBOW✔
Teen Fiction~"senyummu indah, seindah pelangi yang muncul di kala hujan reda"~ Kenny Aurora Hermansyah dan Farhandhika Lionar, dua insan yang memiliki pemikiran, sifat, yang berbanding terbalik. Saat mereka mulai mengenal lebih dalam, banyak hal yang tak pernah...