Untrue

71.2K 7.8K 355
                                    

Aku menarik napas lega.

Akhirnya selesai. Tak ada lagi rumus-rumus matematika dan fisika. Aku hampir saja melempar buku-buku catatanku.

Kusandarkan kepalaku di meja, menatap kosong handphoneku. Kukedipkan kedua mataku, rasanya aku hampir menangis karena fokus belajar berjam-jam.

Aku duduk tegak, menggeleng-gelengkan kepalaku. Berusaha menyadarkan diri.

Setelah sadar sepenuhnya, aku memasukkan barang-barangku kedalam tas, lalu berdiri dan berjalan ke meja Ara yang berada di sebelah.

Aku menggeleng saat melihat Ara yang sedang tertidur dimejanya.

Yah. Bagaimanapun, ini sudah hampir jam 11 malam.

Dan kami telah berada disini sejak sore.

Meskipun sekarang sedang libur, kami para senior sedang belajar mati-matian karena ujian akhir sekaligus ujian masuk perguruan tinggi akan dimulai kurang lebih satu bulan lagi.

Aku berjalan ke meja Ara. Lalu aku mendorong bahunya.

Setelah beberapa menit, ia terbangun.

Ara mengangkat kepalanya dan menoleh kearahku perlahan setelah mengusap matanya.

"Hm, sudah jam berapa ini?" Tanya Ara dengan mata sayup.

"Hampir jam 12, kau tidak mau pulang?" Tanyaku dengan malas.

Ara duduk dengan tegak, mengusap kedua matanya lagi, "Ani, aku belum selesai. Tadi aku ketiduran.."

Aku mengernyit, "Besok saja, sudah malam"

"Kau pulanglah duluan.. Aku tidak akan pulang sendiri nanti, aku akan menelpon supirku, jadi tidak usah khawatir." Saran Ara sembari meraih tanganku dengan tatapan meyakinkan.

Aku mendesah, "Geurae. Aku pulang kalau begitu"

Ara mengangguk, "Annyeong!"

Kugoyangkan tangan kananku untuk mengisyaratkan selamat tinggal, lalu berjalan keluar.

Kakiku melangkah mengikuti trotoar, menuju halte. Setibanya disana, aku duduk di kursi halte yang kosong tersebut.

Bus-bus berhenti, namun tidak satupun bus yang berjalur kearah rumahku.

Kubuka layar handphoneku dan mendapati angka 00:16 disana.

Aku menunggu lebih lama lagi.

Dan lebih lama lagi.

Aku hanya menatap orang-orang yang naik-turun bus seperti orang bodoh.

Kutarik napas panjang, lalu menyandarkan diri pada dinding kaca.

Aku melirik kebelakang dan melihat gambar BTS tergambar jelas pada dinding kaca tersebut. Gambar mereka terlihat jelas karena disinari lampu yang berasal dari dalam dinding kaca itu sendiri.

Lalu aku menyalakan handphoneku dan mencari kontak seseorang.

Saat aku memencet tombol call, aku meminta maaf dalam hati.

Maaf karena benar-benar menggunakanmu sebagai supir, Kim Taehyung.

Setidaknya untuk malam ini saja.

Namun, nomor Taehyung tidak dapat dihubungi.

Aku menatap layar handphoneku, lalu mendecak.

Hah, bukannya Taehyung pernah mengatakan bahwa dia 'one call away'?

Aku membentuk garis tipis pada bibirku.

That Day.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang