Dua

171 17 0
                                    




2023

Di luar sangat panas sampai-sampai kamu bisa melihat udara. Apalagi yang membuatnya terasa lebih buruk?

1. Kemacetan

2. Penyiar radio yang genit

"Suaranya iih! Suka banget!!" ujar salah satu penyiar. Penelepon tertawa dengan suaranya yang dalam. "He he he he," gitu. "Nyanyi dong, pasti suaranya bagus!" ucap penyiar yang lain. Aku mendengus.

Stasiun radio ini payah. Lagunya sih lumayan ya, tapi penyiarnya nggak. Harusnya mereka udah dipecat. Atau mereka jangan dibolehin ngomong.

Aku mencari stasiun radio lain. Tapi nggak ada yang bagus. Aku mendengus lagi. Ada apa sih, hari ini kok lagunya nggak ada yang bagus?!!!!!!!

Akhirnya kembali lagi ke stasiun radio yang tadi lagi. Untungnya sesi telepon sudah selesai.

"Sekarang kita mau play lagu yang udah kalian request ya," ucap penyiar yang tadi nyuruh si penelepon nyanyi. "Ini ada yang nge-request lagu yang udah lamaaaa banget," pasti lagunya kesukaan mama. Atau malah nenek?

"Tapi lagunya enak didenger sih," mereka pun membicarkan lagu tersebut. Sampai akhirnya, "ini dia, Salah Tingkah dari RAN," lagu ini ternyata. Nggak jadul-jadul amat ah! Emang sih, rilisnya sekitar sebelas atau dua belas tahun lalu. Tapi kan tetep aja lebih baru daripada lagu kesukaan nenek!

"Ku tak percaya, sekejap saja, ku mabuk.. asmaraaaa," nyanyiku. Aku masih hafal lagu jadul ini. Lagu kesukaanku waktu SD.

"Bibirku membeku...," dan setelah itu, bibirku benar-benar membeku. Aku nggak bisa bilang apa-apa melihat ini. Bus DAMRI yang biru dan besar nyaris menabrak mobilku. Entah aku harus meneriaki sopirnya atau bersyukur karena aku nggak ketabrak.

Tapi rasanya aku nggak harus meneriaki sopirnya. Karena hampir menabrakku, bus itu mengingatkanku akan suatu hal yang melibatkan aku, bus DAMRI, dan seseorang. Aku tersenyum.

Waktu itu. Waktu SMA. Masa-masa yang paling indah...

The Boy I MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang