Sepuluh

70 7 0
                                    

"Kita mau kemana?" tanyaku sambil memakai sabuk pengaman. "Nggak tahu," jawab kakak. "Kemana, ma?" tanyaku. "Nggak tahu, papa," jawab mama. "Kemana, pa?" tanyaku lagi. "Nggak tahu, papa bosen aja di rumah," jawab papa. "Masa kita mau muter-muter aja?" tanyaku. "Ya gapapa, hari ini kita keliling Bandung sampai ke pelosoknya, sampai ke ujung-ujung perbatasannya," jawab papa.

Begitulah rencananya. Diputuskan begitu saja sebelum sarapan. Hari ini, hari Sabtu, kami akan jalan-jalan naik mobil keliling Bandung.

"Mau belanja?" tanya papa kepada mama. "Nanti aja di Riau," jawab mama. Maksudnya di jalan Riau. Papa pun menambah kecepatan, melewati kawasan pertokoan di jalan Ir. H. Djuanda yang belum dipadati turis karena memang belum buka, masih jam enam lewat lima belas. Jadi sebenarnya papa nggak perlu nanya ke mama, mau belanja nggak. Soalnya tokonya memang belum buka.

"Kita sarapan di Saparua aja ya," usul papa. "Iya," jawabku. Hanya aku yang jawab. Tapi papa menganggap semua orang setuju. Jadi papa mengarahkan mobil ke arah Saparua.

"Jangan lupa ya pa, habis dari saparua balik lagi ke Riau," papa mengangguk cepat. Papa menambah kecepatan soalnya jalan masih kosong.

Aku memasang ear phones dan menyalakan lagu secara acak. Aku pun mengaktifkan mode shuffle. Aku melihat keluar jendela lagi. Aku melihat langit, pohon, kucing di pinggir jalan, tempat sampah, dan lain-lain sambil bernyanyi kecil.

Nggak sadar, ternyata kami sudah sampai di Saparua. Papa memutari lapangan dan memarkir mobil di parkiran lapangan. Bahaya guys, parkir di pinggir jalan mah, bisi digembok polisi.

Kami keluar dari mobil dan berjalan ke tempat tukang dim sum. Kami selalu makan dim sum kalau sarapan di sini. Aku duduk di kursi yang menghadap ke lapangan. Kakak duduk dihadapanku. Kepalanya menempel di atas meja jadi aku bisa melihat melewatinya.

Hanya ada lima orang yang ada di trek. Dua diantaranya sedang meluruskan kaki dipinggir trek. Aku melihat jam. Setengah tujuh. Pantesan kosong.

Aku mengamati orang-orang yang lari. Kelihatannya mereka nggak kenal satu sama lain. Dan kelihatannya mereka semua atletis. Bukan atletis yang sixpack atau semacamnya. Tapi atletis yang kuat ikutan marathon.

"Aku pengen lari," celetukku. "Ade lari dulu ya, ma, pa," ucapku sambil berdiri dari kursi. Mama kelihatan bingung. Yah wajar sih. Aku bukan tipe orang yang senang olahraga. Apa lagi lari.

"Nggak kagok de?" tanya mama sambil menunjuk celanaku. Aku memandang pakaianku. Aku memakai blus dan denim capris. Dan sneakers. Cuma sneakers yang cocok dipakai lari. Tapi aku tetap pergi ke trek. Entah kenapa.

Aku menghentakkan kaki lalu meregangkan otot-otot kakiku dan tanganku juga. Setelah itu, aku mulai berlari pelan diiringi lagu Don't Stop-nya 5 Seconds of Summer yang hampir selesai. Walau pun ketukannya nggak sesuai dengan langkahku sama sekali.

Nggak lama, lagunya ganti. Sekarang Roll 'Em Up - Alli Simpson feat Jack & Jack. Lebih sesuai dengan langkahku. Aku berlari sambil bersenandung. Menyanyikan lirik yang cheesy banget.

Tanpa sadar, aku sudah melewati dua putaran. Aku menambah kecepatan saat bagian JackJack dimulai. Sekarang aku berlari cepat, melewati sepasang cewek dan cowok yang berjalan pelan, melewati cewek dengan legging, dan melewati cowok yang memakai celana selutut. Tapi cowok itu menyamai ritmeku. Tapi kami nggak saling bicara. Mungkin dia nggak suka bicara dengan orang asing. Tapi, yang pasti, dia nggak mau disusul orang. Mungkin.

The Boy I MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang