Prolog

7.3K 386 4
                                    

Author POV

06:45
Anak - anak perempuan berseragam itu memangku dagunya. Bersabar akan kedatangan seseorang yang mereka nantikan kehadirannya.  Mereka berjajar rapi membuat sebuah pagar didepan parkiran sekolah bertuliskan 'SMA Cakradara'.

"Ah ko pangeran Kim belum dateng juga?  dia biasanya dateng jam segini,kan?"  tanya seorang gadis berwajah oval dan berambut coklat tua sebahu. 

"Bentar lagi juga dateng. Tunggu aja sih, gausah resah gitu," ujar seorang temannya yang duduk disamping gadis itu.

Dua gadis itu juga anak perempuan lainnya langsung bangkit, ketika mobil Ferrari 458 speciale berwarna merah terparkir manis dihadapan mereka. Mobil itu langsung dikerubungi oleh para gadis yang sedari tadi lumutan menunggu seseorang yang mereka sebut 'Pangeran Kim'  itu. Sang empunya mobil kewalahan hingga tak dapat keluar dari dalam mobil mewahnya.  Melihat 'Pangeran Kim' kesulitan keluar dari mobilnya, seseorang memberi aba-aba agar memberikan ruang untuk idola mereka. Akhirnya 'Pangeran Kim' dapat melenggang leluasa dari kerumunan fans yang antusias sepagi ini menunggu kedatangannya.

'Pangeran Kim'  membuka kacamata hitam yang ia kenakan dari rumah. Katanya agar terlihat keren, padahal tanpa kacamata hitam itupun ia sudah jauh terlihat keren. Itu menurut salah satu dari gadis yang mengaguminya, hehe.

"Ah pangeran Kim, hari ini ganteng banget"
"Oh lihat rambutnya hari ini sangat keren"
"Kenapa dia wangi sekali?"
"Oh lihat senyumnya sangat manis."

Marvel hanya bisa tersenyum ramah. Dia tidak mengganti mukanya hari ini. Dia tidak mengganti gaya rambutnya hari ini. Bahkan dia tidak mengganti parfum dan tidak menempelkan pemanis apapun di bibirnya. Dia bergaya seperti hari - hari sebelumnya. Tapi kenapa gadis-gadis ini tidak bosan memujanya bak dewa paling tampan di kahyangan dan juga seperti Arjuna dalam tokoh pewayangan.

Marvel memang tampan. Tubuhnya tinggi menjulang mencapai 187 cm, bermata sipit seperti kucing, berahang runcing, berkulit tan eksotis, dan ketika seseorang pertama kali melihatnya maka bibir orang itu akan dengan spontan berucap "tampan".

Semua perempuan di SMA Cakradara mengaguminya bahkan para pria pun iri melihat kesempurnaannya. Tidak hanya wajahnya yang berstandar tinggi. Tapi otaknya yang cukup encer untuk meraup beberapa penghargaan olimpiade dalam mata pelajaran eksak. Juga badan atletisnya sudah membawa pulang piala kejuaraan dalam bidang basket dan sepak bola.

Semenjak 2 tahun dia bersekolah di Cakradara, hanya satu orang yang tidak pernah tersenyum melihatnya. Perempuan mungil berkucir kuda yang baru saja datang dengan ransel hitam yang menempel erat di punggungnya juga jam tangan yang selalu melingkar di tangan kanannya setiap hari.

Gadis mungil itu melengos pergi ke arah yang berlawanan ketika ia melihat Marvel. Seperti itulah yang ia lakukan. Menjauh ketika tahu Marvel ada disana. Menghindar jika Marvel mendekatinya. Dan itu membuat Marvel semakin penasaran dengan sosok Keizi. Marvel selalu tertawa ketika mengingat nama gadis itu. Namanya itu terlalu unik jika dipakai untuk perempuan.

Marvel hanya bisa memandanginya dari jauh. Ketika dia membaca buku di perpus, ketika dia memakan bekal makan siangnya di atap sekolah atau ketika dia sedang memainkan biola putih yang sering ia bawa kesekolah di taman belakang.

Marvel merasa seperti seorang pengecut. Mengikuti Keizi kemana pun seperti seorang stalker. Namun hanya itu yang bisa Marvel lakukan. Jika ia mendekati Keizi, maka dengan cepat gadis itu lari darinya. Marvel orang yang tidak bisa jika ada yang membencinya. Dia ingin semua orang menyukainya, mengaguminya. Dia ingin berteman dengan siapapun itu.

Dia tidak akan menyerah. Dengan cara apapun, dia akan bisa dekat dengan Keizi.

﹏﹏﹏

Handsome PhobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang