Dua Puluh Dua || Rasa dalam Kebahagiaan

42.1K 1.9K 88
                                    

Meninggalkan tanah air dan tentunya istri tencinta, menjadi ujian tersendiri bagi Zidan. Sudah hampir seminggu ini lelaki itu jarang berkomunikasi secara Full karena hampir seminggu ini jadwalnya benar-benar padat untuk pekerjaan.

Bahkan untuk sekedar memegang ponsel untuk memberi kabar saja tidak ada waktu. Alhasil, lelaki itu harus menahan kerinduannya pada sang istri.

Zidan melirik jam tangannya sekilas, sudah memasuki waktu istirahat. Ia segera meraih ponselnya dan mendial nomor Yasmin. Setelah lama menunggu panggilan itu, akhirnya diangkat oleh Mami.

Awalnya Zidan aneh kenapa mami yang angkat, pikiran buruk langsung merajalela di kepalanya. Tapi ternyata bukan, Yasmin tidak mengangkat panggilannya karena sedang tiduran.

Ketika mendengar suara Yasmin, rindu itu benar-benar menyeruak. Rasanya ingin sekali mendekap tubuh istrinya dengan erat. Zidan saja sempat tercengang mendengar isakan dari istri cantiknya itu.

Semakin saja lelaki itu ingin cepat pulang. Jika saja ia tidak ingat dengan pekerjaan yang masih menunggunya, sekarang juga Zidan akan memesan penerbangan dan langsung meluncur ke tanah air.

* * *

Empat hari berlalu, hari ini Yasmin sudah di perbolehkan pulang oleh dokter. Ditemani Mami mertuanya, Yasmin merapikan barang-barang untuk di bawa pulang.

Rencanya mereka akan di jemput oleh Arga. Berhubung lelaki itu pulang lebih cepat karena di suruh Zidan. Sebenarnya Yasmin kecewa, ia berharap kalau suaminya itu pulang dan akan menjemputnya.

Tapi setelah ia tahu jika pekerjaan Zidan masih belum selesai, akhirnya ia pun mengerti. Baru saja Yasmin akan menghubungi Arga, lelaki itu sudah muncul di balik pintu. Arga masuk sambil berucap salam.

"Sudah siap Yas?" tanya Arga.

"Sudah mas," jawabnya.

Yasmin meraih tasnya, "Biar saya aja yang bawa."

Yasmin menyerahkan tasnya kemudian berjalan berbarengan. "Maaf saya baru bisa jenguk kamu sekarang. Kamu tau sendiri kan sejak kamu koma dan Pak Zidan tidak mengurusi pekerjaannya saya yang jadi penggantinya."

"Yas ngerti kok mas. Tidak apa-apa, lagian ada juga kok rekan kantor yang menjenguk Yas."

"Ummi sama Sekar juga titip maaf belum bisa jenguk kamu. Soalnya Ummi lagi sakit juga."

"Astagfirullah, Yas titip salam sama titip maaf buat Ummi sama Sekar juga ya. Maaf kalau Yas belum sempet jenguk Ummi."

"Iya, tidak apa-apa nanti saya sampaikan."

Yasmin mengangguk, "Oh iya, Mas Zidan memang pulang kapan, mas?" tanya Yasmin.

"Saya kurang tau, tapi kalau tidak ada kendala sore ini pulang."

Yasmin mengangguk, "Kangen ya?" canda Arga membuat Yasmin merona.

Arga hanya bisa tersenyum tipis melihat ekspresi yang di tunjukan Yasmin. Sepertinya perasaan itu tidak seharusnya ia simpan selama ini.

Seharusnya sejak dulu ia sudah mulai mengubur perasaan ini dalam-dalam. Mengikhlaskan dan membiarkan gadis yang sempat berada di hatinya itu untuk bahagia bersama lelaki lain.

* * *

Malam harinya Zidan baru tiba di Bandara Husein Sastranegara. Ia menarik kopernya ke arah Arga yang sudah menunggu untuk menjemputnya.

Perjalanan yang melelahkan untuk Zidan, membuat lelaki itu ingin cepat sampai rumah dan segera beristirahat. Zidan menyerahkan kopernya pada Arga dan berjalan duluan.

Rahasia Takdir ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang