Empat || Mengikhlaskan

43.7K 2.4K 73
                                    

Tepat Adzan magrib, seorang gadis berjilbab biru membuka pintu rumahnya sambil mengucapkan salam. Rahman dan Rinda membalas salam itu dengan berbarengan.

"Diantar siapa lagi Yas?" tanya Rahman.

"Pak Zidan Yah." jawab Yasmin tersenyum.

"Mukanya kok seneng gitu? Habis diapain sama dia?" tanya Rinda selidik.

Yasmin terkaget, kemudian ia salah tingkah didepan kedua orang tuanya.

"Tidak kok Bu, Yasmin biasa saja. Dan Pak Zidan tidak ngapa-ngapain," ucap Yasmin terlihat gugup.

Rahman tersenyum, ia melihat sekali ada guratan bahagia dari wajah putrinya tersebut. Yasmin pun pamit untuk kekamarnya. Tapi sebelum Yasmin beranjak pergi, ia mendengar Ayahnya berbicara.

"Kalau dia laki-laki baik dan sholeh, dia akan datang menemui Ayah dan langsung menghitbahmu. Bukan mengajakmu berpacaran tidak jelas," ucap Rahman.

Yasmin tersenyum malu mendengarnya, "Aduh, Ayah ini. Lagian siapa yang pacaran tidak jelas." ucap Yasmin.

"Loh..loh.. lagian Ayah kan bilang kalau. Atau jangan-jangan kamu memang pacaran dengan dia ya?" tanya Rahman selidik.

Tawa Yasmin membuncah. "Tidak Ayah, Yasmin selalu ingat akan Nasehat Ayah. 'Laki-laki yg baik dan sholeh tidak akan mengajak seorang perempuan untuk berpacaran. Jika Laki-laki itu serius, ia akan memantapkan hatinya dan akan datang langsung menemui orang tua perempuannya untuk meminta restu menjadikannya pedamping hidupnya.' Yasmin kan ingin memiliki Imam yg menuntun Yasmin menuju Surga dan keridhoan Allah. " Yasmin kembali mengulang Nasehat Ayahnya.

Hatinya sedikit bergetar mendengar ucapannya sediri. Tapi Yasmin membenarkan Nasehat Ayahnya itu, bagaimana pun laki-laki yang baik akan memuliakan perempuan yang masih belum halal untuk Negara dan Agamanya.

Rahman tersenyum mendengar ucapan Yasmin, ternyata putrinya ini masih mengingat setiap Nasehat yang ia berikan.

"Kalau begitu Yasmin kekamar dulu ya, Bu, Yah." ucap Yasmin beranjak menaiki tangga menuju kamarnya. Dibawah, Rahman hanya tersenyum.

Setelah menutup pintu kamarnya, Yasmin tak bisa menahan senyumnya. Ia merebahkan tubuhnya di tempat tidur . Menatap langit-langit kamarnya. Tak sengaja, pikirannya teringat perkataan Zidan yang membuat Jantungnya tiba-tiba berdebar itu.

Yasmin pun segera beristigfar, "Astagfirullah, tidak baik memikirkan hal seperti itu," gumamnya sendiri sambil mengusap wajahnya dan beranjak melepas jilbabnya.

Setelah itu, Yasmin mengambil handuk dan berjalan masuk kamar mandi.

**

Ditempat lain.

Sehabis mengantar pulang Yasmin tadi, Senyum dibibir Zidan terus tercetak. Ia tak percaya apa yang baru saja ia lakukan. Menyampaikan perasaannya pada perempuan yg baru dikenalnya beberapa hari lalu. Terlebih Yasmin seperti memberi harapan kepada Zidan.

Saat itu juga, Zidan memberitahu Arga. Jari-jemarinya lincah mengetikan sesuatu dilayar ponselnya.

Arga! Gue udah bilang tentang perasaan gue. Dan sepertinya dia ngasih gue peluang! Yes, doain gue Ga!

Ia pun menekan tombol send. Setelah mengirim pesan tersebut, Zidan menaruh ponselnya dijok sebelanya.

Tak lama, ponselnya bergetar. Dengan segera ia mengambilnya. Membaca balasan dari Arga. Ia tersenyum membaca pesan Arga. Kemudian, Zidan melajukan kembali mobilnya.

Setengah jam kemudian mobil Zidan melenggang masuk kedalam garasi rumahnya. Dengan senyum yg masih tercetak dibibirnya, Zidan membuka pintu serta mengucapkan salam.

Rahasia Takdir ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang