Extra Part III

40.9K 1.9K 145
                                    

Saya cepetin yaa updatenya ..

Maafkan...

Happy Reading

[==#==]

Yasmin membuka pintu rumah dengan lemas. Wanita itu merebahkan tubuhnya di sofa. Matanya bengkak karena menangis akibat menyesali perbuatannya. Beruntung, putri cantiknya sedang tidak bersamanya. Yasmin akan kebingungan jika Bunga sudah bertanya tentang Bundanya. Dan Yasmin tidak ingin membohongi Bunga hanya untuk menutupi permasalahannya.

Matanya yang terasa berat membuatnya sedikit mengantuk. Perlahan, mata wanita itu pun menutup. Deru nafasnya mulai teratur. Yasmin tertidur.

Matahari sudah terbenam, adzan maghrib sudah berkumandang membuat Yasmin terusik. Wanita itu mengerjapkan matanya memperhatikan keadaan rumahnya dalam keadaan gelap. Yasmin beranjak kemudian menyalakan beberapa lampu. Badannya terasa sakit ketika di gerakan, alhasil ia berjalan dengan tertatih.

Sudah selesai membersihkan tubuhnya, Yasmin beranjak ke ruang tengah. Menunggu suaminya yang sampai saat ini masih belum juga pulang. Ketika Yasmin berniat menghubungi lelaki itu, mobil Zidan sudah keburu memasuki halaman. Yasmin mengurungkan niatnya lalu membuka pintu.
Dari arah mobil, Zidan menggendong Bunga yang tertidur. Yasmin yang melihat Bunga tidur langsung menghampiri suaminya, berniat mengambil alih pekerjaan suaminya itu.

"Nggak usah, nanti tidurnya takut nggak nyaman lagi," tolak Zidan secara halus kemudian berlalu.

Ditempatnya Yasmin hanya menghela napas. Kemudian beranjak mengikuti suaminya yang masuk kamar Bunga. Merebahkan putri kecilnya pada tempat tidur. Yasmin duduk disebelahnya lalu membelai wajah Bunga.

Yasmin mendongkak, ketika ingin memanggil suaminya, Zidan malah berbalik meninggalkan Yasmin, lagi. Sudah dua kali dalam sehari Zidan meninggalkannya. Dan itu membuat Yasmin sesak, ingin menangis.

Setelah ditahan agar tidak menangis, Yasmin mengecup kening Bunga lalu bangkit menutup pintu. Berdiri di depan pintu kamarnya, ia sedikit ragu membukanya. Tapi demi masalahnya selesai, ia harus menerima resikonya.

Ketika pintu kamar dibuka, harum sabun mandi Zidan menusuk penciuman Yasmin. Wanita itu melangkahkan kakinya menghampiri Zidan yang duduk di sofa sambil menatap Laptop. Yasmin memberanikan diri duduk disebelah Zidan.

"Mas," tidak menjawab.

"Mas Zidan lihat aku," Zidan tak menoleh, ia berpura-pura sibuk dengan kerjaannya.

Yasmin menghembuskan napasnya perlahan, "Mas, sekarang aku nggak peduli kalau kamu mau lihat aku atau nggak. Yang penting kamu dengerin aku aja."

Mata Yasmin mulai berkaca-kaca melihat tidak ada respon yang ditunjukan Zidan. "Aku tau aku salah karena nggak jelasin siapa Fahmi. Aku minta maaf, aku juga nhgak izin dulu mau ngobrol sama dia. Tapi Fahmi itu temen kuliah aku, kita cuman ngobrolin sebatas temen nggak lebih. Tadi siang, niat aku mau ngenalin dia sama kamu tapi kamunya keburu marah dan salah paham."

Zidan tetap tidak memberikan respon, membuat Yasmin menghela napas. Mungkin penjelasannya sudah tidak berarti.

"Mas dengerin aku kan? sekarang maafin aku nggak?" tanya Yasmin berharap.

Jujur saja, Zidan mendengarkan semua yang di ucapkan Yasmin. Penjelasan itu membuatnya menyesal karena sudah ber suudzan pada istrinya sendiri.

Ingin sekali Zidan menarik istrinya kedalam pelukannya, mengusap punggungnya supaya wanita itu tidak menangis lagi. Tapi, Zidan tidak bisa melakukan itu. Ia gengsi karena malu.

Rahasia Takdir ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang