The Seventh Run

2.1K 179 13
                                        

Lucu sekali . Aku menggendongnya . Pipinya begitu cabi . Bibirnya melengkung indah seperti sedang tersenyum . Aku tak percaya sedang menggendong seorang malaikat sekarang .


Lihat! Dia menggerak gerakkan bibirnya! Ah lucu sekali . Apa begini perasaan semua orang tua di dunia? Tiba tiba aku sebelah tangan Glenn merangkulku kedalam pelukannya dan satu tangannya lagi membelai kepala bayi itu .


"Dia tampan yah"

Aku setuju . Apapun kata yang berarti indah yang ditujukan pada anakku ini . Aku setuju . Eh , anakku?


"Kau tampak benar benar bahagia , Nial"

Sejelas itukah? Benar . Aku memang bahagia saat ini . Glenn tiba tiba merogoh sakunya dan mengeluarkan ponsel . "Aku akan mengabadikan momen ini . Say cheese!" Klik! Dan sebuah foto tersimpan di dalam ponselnya .


"Lihat . Kau tersenyum disini" Glenn meliatkan hasilnya padaku . Pandanganku bukan tertuju pada diriku atau Glenn . Tapi bayi ini .


"Aku akan memanggilnya Phillips Rialen"


Enak saja!Aku yang harusnya memberi nama . Aku menggeleng dan melotot pada Glenn .


"Kau tidak suka?" aku mengangguk . Tentu saja! Phillips dan Rialen terdengar sangat keren untuk nama seorang anak lelaki . Tapi sangat aneh jika dicampurkan .


"Koi"


"Excuse me?" sambung Glenn


"A.. aku akan memberinya nama Koi" Ya . Aku pikir nama itu tepat untuknya . Glenn menatapku lagi dengan tatapan meneduhkannya itu .


"Koi . Nama yang bagus" Ia kembali mengeratkan pelukannya padaku . Dan terus memperhatikan , Koi .


Tangan koi meraba raba badanku . "Lihatlah ia lucu jika bergerak" kata Glenn . Gerakannya semakin aktif hingga .


"AAAAAH!!" Aku terpekik .


Ia menggigit dadaku .

-------


"Kau yakin tak mau membawa kaset kaset Cinta Henny ini?" tanya kak Bima mengangkat sebuah kotak yang berisikan koleksi kaset Cinta Henny-ku .

Aku mengangguk . Aku sadar bahwa setelah Koi pulang kerumah besok , aku tak akan punya banyak waktu lagi untuk beristirahat dan menonton ulang Cinta Henny . Aku akan disibukkan dengan anakku itu . Eh , anakku lagi? Rasanya masih mustahil .


"Baiklah . Kau pergi saja dulu keatas mobil . Biar aku yang mengangkat yang kursi goyangmu ini"


Aku melakukan perintah kak Bima dan segera turun menuju mobil pick-up yang membantuku untuk memindahkan barang barang . Diikuti oleh kak Bima dibelakangku .

Setelah siap , kami kemudian melaju menuju rumah .


"Ehm.. Nial?" kak Bima masih fokus pada jalanan . Ia terlihat sedikit kikuk .

CAN'TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang