The Twenty-Fourth Run

1.6K 88 1
                                        

Sedan abu-abu milik Glenn memasuki sebuah kawasan hutan gugur yang berada di sebelah barat pusat kota Harapan. Berjarak sekitar 3 km dari Route 99, semuanya masih berjalan sesuai dengan rencana Glenn dan juga Bima. Tak ada apapun yang menghalangi perjalanan panjang mereka. Cukup panjang memang, Pelabuhan Yinyang terletak tepat di ujung pulau Indah. Beratus kilometer jauhnya dari tempatnya hidup. Banyak desa yang harus didlaluinya, termasuk Desa Kayu Alam.

Sepanjang perjalanan, Putra tertidur di kursi bagian belakang sedang Nial sekali kali menanggapi ocehan Glenn yang pada dasarnya mencoba untuk menyembunyikan kegelisahannya. Sekali kali Glenn akan mencuri curi kesempatan mengenggam tangan Nial, atau mengacak acak rambutnya sambil tetap fokus pada jalanan. Sedang Nial hanya menerima semua perlakuan dari kekasihnya tersebut dengan wajah merona dan tangan yang selalu menyentuh ponsel yang terpasang foto Koi sebagai lockscreen wallpaper-nya.


"Hei". Nial mengangkat kepalanya yang sedari tadi tak bisa berhenti melihat foto anaknya itu kepada Glenn. "Kau merindukan Koi?". Nial tak menjawab, tapi tatapannya seolah menjawab pertanyaan Glenn.


"Aku juga merindukannya" Glenn masih terfokus pada jalanan. "Kau tau? Ketika dirumah sakit, aku bercerita pada semua orang tentang betapa tampannya Koi dibanding bayi bayi yang pernah kulihat di ruang inkubator" sesekali dokter itu menoleh pada Nial. Tanpa ekspresi Nial menatap Glenn.


"Setiap jam makan siang" Glenn meraih jemari kekasihnya. "Aku selalu berfikir untuk mencoba menelfonmu. Hanya untuk sekedar memastikan apa kau aman, apa kau baik baik saja, karena orang yang aku cintai tak boleh sakit" Glenn menggerak gerakkan jempolnya pada kulit tangan Nial. "Tapi aku tahu, kekasihku pasti sedang sibuk membesarkan anak kita. Dan aku tahu kau letih karena itu. Aku mau menjadi kekasih yang bisa menyamankanmu, meski suatu saat aku takkan bisa lagi bersamamu" Sambil mengangkat tangan Nial yang berada dalam genggamannya, Nial berkaca kaca bahkan sampai saat Glenn melambatkan laju kendaraannya hanya untuk mencium tangan Nial yang ada dalam genggamannya.


"Jika aku mati, apa kau masih akan tetap mencintaiku?"


**


Dengan geram Keith berkali kali mengumpat mendengarkan kabar Eric telah disandera oleh Glenn. Ia menyebut semua sumpah serapah dan tak henti henti menghentak hentakkan kakinya. Kening bekernyit. Rencananya takkan berjalan begitu mulus kali ini, pikirnya.


"Mr. Keith" Paul yang duduk di belakangnya dengan sigap memutarkan arah laptopnya lalu memperlihat isi layar kepada Keith.


"What the fuck are you showing at me?!" Sedikit membentak, politisi itu tetap memutar kepalanya menghadap Paul. "Don't tell me shits unless you know where those motherfucker are!"


"Aku tahu" Paul mulai menjelaskan isi dari monitornya. "Lihat ini, titik merah adalah GPS Eric yang sedang berada di sebelah barat daya kota Harapan. Tepat beberapa meter sesudah Route 88"


"Maksudmu?"


"Maksud saya, Eric telah disandera dan dibawa kesana"


Bola mata Keith memperhatikan tepat lekat ke monitor.


CAN'TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang