The First Run

3.6K 231 2
                                    

"Apa kau sudah makan , Nial?"


Aku menolehkan kepala dari arah layar komputer ke sumber suara. Oh , itu kak Bima. Anak Pak Tohar si empunya warnet. Aku sudah menganggapnya seperti kakakku sendiri. Meski selama ini aku nyaris bisa menghitung berapa kali aku menjawab sapaannya ataupun panggilannya dengan suaraku sendiri.


Ia menatapku dan sesaat kemudian mangut-mangut. Sesaat kemudian kak Bima meletakkan sebuah kantong dimeja tempatku beroperasi siang ini . "Makanlah , aku baru saja pulang kerja . Kau kelihatan sangat letih"


Aku mengangguk . Aku tak sanggup menolak tawaran kak Bima . Kak Bima orangnya tuh ditakuti ama semua user di warnet . Mulai dari anak-anak SD hingga preman dilingkungan warnet ini . Mereka selalu menuruti semua kehendak kak Bima . Dulu waktu aku melamar kerja disini , kak Bima sempat menyuruhku untuk mempraktekkan demo menginstall game online karena ia yang dulunya adalah pendahuluku di warnet ini sama sekali tak mengerti bagaimana cara menginstall game-game tersebut. Aku menurut saja , ketika ia menyodorkanku makanan . Aku tak menyentuh itu sama sekali . Selain karena aku masih kenyang , aku juga harus fokus dengan pekerjaan . Ia sempat menawariku lagi beberapa kali tapi aku tetap tidak mengindahkannya . Hingga ia tiba tiba ngamuk dan memukul meja dan spontan membuatku terkejut dan terperenjat .


It's a nightmare . Aku nggak mau lagi merasakan itu . Aku takut .


Aku membuka kantong itu dan menemukan beberapa takoyaki didalamnya . Pasti saat ini Restoran tempat kak Bima kerja sedang mengadakan event yang berhubungan tentang jepang .


"Gimana?"


Aku masih mengunyah takoyaki tersebut. Kak Bima memperhatikanku dengan antusias . Ia seperti berbinar binar menunggu pendapatku . "


"Aku sendiri yang membuatnya". Benar dugaanku, pasti dia sendiri yang membuatkannya untukku.


Kenapa aku harus memberikan pendapatku lagi jika setiap hari ia memasakkanku dan membawakanku makanan yang setara dengan makanan didalam hotel bintang 5? I mean , semua enak. Aku bingung harus mengucapkan kata yang berbeda dari kata yang kuucapkan minggu lalu tentang makanan yang dibawanya.


" Sepertinya takoyaki itu enak sekali ya" katanya yang langsung kuikuti tentang anggukan . Ia lalu juga mengambil satu takoyaki dan memakannya .


"Nial..."


Aku kembali menoleh pada kak Bima .


"Tadi aku menggosongkan sebuah Ikan Panggang" ceritanya . Ya ampun , aku yakin kepala kokinya akan sangat marah hingga ubun ubun jika mengetahui itu .


"Ya , Taka-Sensei belum mengetahui itu. Aidil membantuku membuang ikan gosong itu" .


Wah? Aidil baik sekali . Aku tak bisa membayangkan jika seandainya kepala koki itu emosi . Aku pernah sekali diajak kak Bima untuk makan malam bersamanya di restoran itu tepat pada saat jam kerjanya berakhir pada jam 10 malam. Malam itu kak Bima meyakinkanku , hanya ada aku dan dia didalam restoran ini. Aku hanya menurut saja. Dan lalu kak Bima menghidupkan lilin yang diposisikan ditengah tengah meja . Ia mengambil meja yang berada tepat di dinding kaca . Kak Bima tahu kalau aku benar benar menyukai pemandangan kota Harapan pada malam hari . Maka ia memilih tempat itu untukku . Aku disuruhnya menunggu sementara ia memasakkan eksperimen Lasagnanya .

CAN'TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang