[Part 12] NOT A HAPPY ENDING YET

404 40 24
                                    

Ini bukan ending yaaaa sayang2kuuu... Daan... typo harap dimaklumi. Hihihi...

Tianxin mendiamkan Qilin berhari-hari. Pria itu benar-benar membuat hatinya merasa sakit setiap kali menerima sikap manisnya. Kalau istilah zaman sekarang itu PHP. Pemberi Harapan Palsu. Tianxin sudah bahagia saat pria itu memutuskan untuk memulai sesuatu yang baik diantara mereka tapi ia malah temu kangen dengan mantannya. Lalu kemudian ia mengisyaratkan bahwa dirinya mulai tertarik pada Tianxin tapi ia malah memimpikan mantannya. Hati mana yang akan tahan? Coba tunjukkan.

Tianxin merasa sangat pusing hari ini. Nafsu makannya turun drastis dan dia merasa badannya meriang. Ah! Menyebalkan! Samar-samar Tianxin mendengar suara Qilin di ruang tengah.

"Mana Tianxin?"

"Nyonya sedang tidak enak badan, tuan. Nyonya beberapa kali muntah sejak tadi pagi." Bibi Jung yang menjawab.

"Kenapa tidak meneleponku?" Nada suara itu meninggi. Bunyi langkah mendekat ke arahnya.

Tianxin sudah memejamkan mata karena rasa pusing yang melandanya tanpa ampun. Samar dilihatnya raut khawatir Qilin.

"Kau baik-baik saja?"

Tenggorokan Tianxin rasanya tercekat. Dia menggeleng lemah.

"Aku akan telepon dokter."

"J... jangan."

"Kau sakit." Tangan Qilin sudah meraba kening Tianxin. "Panasmu tinggi. Aku bawa kau ke kamar." Tanpa menunggu jawaban pria itu sudah mengangkatnya dari sofa panjang menuju lantai atas.

Bibi Jung sudah membukakan pintu kamar untuk Qilin. Pria itu mengangguk untuk mengucapkan terima kasih. "Tolong telepon dokter Smith."

"Baik, tuan."

Qilin masuk. Dalam bopongannya, Tianxin bergerak gelisah. Bulir keringat membasahi kening dan juga sebagian anak rambutnya. Pria itu membaringkan Tianxin di kasur dan menyeka keringat istrinya.

"Sabar, ya.... Dokter akan segera datang." Qilin memindahkan kursi meja rias ke sisi tempat tidur. "Apa kau ingin makan sesuatu?" Tianxin menggeleng. "Kau butuh beberapa pijatan kecil?" Lagi, Tianxin menggeleng. Qilin menarik napas. "Tidurlah, aku akan membangunkanmu begitu dokter tiba."

***

Qilin mengamati dokter Smith yang tengah memeriksa Tianxin. Tangan pria paruh baya itu memindahkan stetoskop lebih rendah. Qilin menahan tangannya. Dokter Smith mengernyit.

"Apa harus begitu?"

"Hah?"

"Itu...." Pandangan Qilin turun ke tangan dokter Smith. Pria tua itu tertawa menyadari apa yang ada dalam pikiran Qilin.

"Huang Qilin, aku tidak bisa mendengar detak jantung istrimu jika kau menghalangiku begini. Mm... Mungkin kau bisa membawa Tianxin ke dokter wanita saja."

Qilin mendesah, melepaskan pegangannya dari tangan dokter Smith. "Itu akan lama...." Gumamnya.

Dokter Smith tersenyum geli. "Kau ini.... Jika aku dokter seusiamu, wajar kau bersikap begitu. Tapi ini? Aku ini seusia ayahmu dan kau masih cemburu?" Dokter Smith menyikut perut Qilin pelan. "Posesif, eh?" Godanya.

Qilin berdehem. Ia melangkah mundur. "Lanjutkan saja." Apa-apaan itu tadi? Untung wanita ini sedang tidur. Akan besar kepala dia jika mendengar kalimat dokter Smith yang sama sekali tidak benar. Ia tertegun. Atau benar? Ah! Qilin menggeleng. Tidak! Tidak! Tidak! Qilin merasa ia cukup sadar untuk memahami bahwa perasaannya selama ini hanya semata-mata karena merasa bertanggung-jawab pada Tianxin. Dan juga karena dia entah kenapa sangat menggoda. Oh kutuklah aku, Dewa! Qilin berusaha mengusir segala pikiran kotor didalam otaknya.

2. I'LL CATCH YOU [HUANG QILIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang