[PART 21] EXTRA PART

480 47 0
                                    

Qilin pulang setelah satu minggu dirawat dirumah sakit. Memastikan ibunya merobek surat gugatan cerai dihadapannya sembari menikmati segelas cokelat panas dan Tianxin disisinya berkali-kali membungkuk minta maaf pada kedua mertuanya atas sikap Qilin yang benar-benar menyebalkan.

Qilin juga memastikan orang-orang bayarannya menemukan pelaku penusukan itu sebelum polisi. Menambahkan daftar dakwaan pada Li Xiaofeng dengan dalang dari percobaan pembunuhan yang dilakukan atas dirinya. Berbincang banyak dengan ayah mertuanya. Meminta banyak hal dari Junkai dan saudara-saudaranya yang lain. Qilin benar-benar memanfaatkan keadaan dengan baik.

"Kemarilah..." Ia melambai pada Tianxin. "Peluk aku."

Istrinya mencibir. Tapi wanita cantik itu tetap melangkah kesisi tempat tidur dan memeluk Qilin. Qilin tersenyum. Menepuk-nepuk pundak Tianxin seraya mengeratkan pelukannya.

"Junkai menyarankanku untuk tidak berhenti. Dia bilang padaku supaya aku mengurangi jadwal, tapi jangan berhenti. Hidupku memang menjadi milik keluargaku setelah aku menikah, tapi sebelum itu ada banyak orang yang mendukung dan mendoakanku hingga aku sampai dititik ini. Bagaimana menurutmu?"

Tianxin memainkan jemarinya dikancing kemeja Qilin. "Aku setuju dengan Junkai ge. Kau tahu, selama perpisahan kita, aku banyak menonton videomu secara online. Dari yang paling lama hingga yang terbaru. Aku membaca banyak komentar positif untukmu." Ia mendongak untuk menatap Qilin. "Akan sangat tidak adil jika kau pergi meninggalkan mereka yang menyayangimu."

Senyum Qilin kembali merekah. "Kau tahu? Aku merasa beruntung. Semua yang mulanya kuanggap sebagai kesialan ternyata adalah keberuntunganku. Ini bukan salah paman Li, juga bukan salahmu. Semua yang terjadi pada kita adalah apa yang disebut takdir oleh orang banyak."

"Aku mencintaimu."

Bisik keduanya bersamaan. Kemudian mereka tertawa. Qilin mengecup kening Tianxin.

"Ini seperti mimpi."

"Hm...." Tianxin menggambar pola acak didada Qilin. "Iya. Tapi serius. Dulu aku tidak tahu kau itu artis."

Qilin cemberut. "Aku akan membelikanmu televisi yang paling besar."

Tianxin tertawa. "Sekarang aku sudah tahu. Lagipula, artis atau bukan, itu tidak penting. Kau suamiku. Selamanya aku hanya akan mengingat itu."

Qilin menggigit pelan bibir Tianxin. "Seringkali kau membuatku gemas."

"Sengaja." Tianxin menjulurkan lidahnya untuk mengejek Qilin.

"Kalau begini aku jadi ingin membuatkan Jishu seorang adik."

"Eh lukamu-"

Ucapan Tianxin tertahan karena Qilin dengan terlalu bersemangat mendorongnya keatas kasur.

"Aaw...." Qilin mengaduh.

Tianxin tertawa puas. "Aku sudah bilang, Huang Qilin...."

***

"Terakhir kali aku datang ke pesta, tidak lama setelahnya kau terkapar dan dilarikan ke rumah sakit, Huang Qilin," keluh Ziyi.

Qianxi melancarkan sebuah jitakan cukup keras ke kepala pria itu. "Maksudmu setelah pesta ini aku yang akan dilarikan ke rumah sakit uh?" Katanya tak terima.

Chengxin tertawa, menikmati ekspresi kesakitan Ziyi. "Makanya... Kalau bicara jangan didepan tuan rumah."

Qilin hanya geleng-geleng kepala melihat mereka. Qianxi masih terus berusaha menjitak Ziyi sekali lagi. Didekat meja hidangan, Junkai terlihat sedang sibuk mengatasi beberapa perempuan yang berusaha menggodanya.

Semua ini terlalu indah. Aku bahagia.

Pandangannya menemukan Tianxin yang tengah menggendong Jishu kesana kemari. Berkenalan dengan kolega yang juga menghadiri jamuan makan malam keluarga Yi.

Terima kasih, Li Tianxin. Terima kasih karena telah datang ke hidupku. Terima kasih, Tuhan.... Karena telah memberikan satu bidadarimu untukku.

2. I'LL CATCH YOU [HUANG QILIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang