[Part 18A] REMEMBER US

381 48 13
                                    

Haiii...... Ini aku bagi 2 (18B belum selesai). Karena sebagian part revisi aku kok gak kesimpen -_- Udah ngetik semangat banget eh gak kesave. Sakitnya tuh dijempooool 😂 Seperti biasa... Jangan naro ekspektasi terlalu tinggi ya.... Typo harap maklum ini gak diedit lagi. Jera aku takut gak kesave lagi 😂  Mulmednya play aja yak....

Qilin tahu betul bahwa ia membohongi dirinya sendiri jika berkata tak merindukan Tianxin sama sekali. Jishu sering menangis karena membutuhkan ibunya akan tetapi Qilin menangis lebih sering daripada Jishu, didalam hatinya. Ia menangisi rasa perih yang muncul saat menyadari tidak ada Tianxin disisinya saat ia bangun dipagi hari. Tak ada Tianxin yang menemaninya menikmati sarapan. Tidak ada lagi kening selain kening Jishu yang dikecupnya ketika ia akan pergi ke kantor. Tidak ada lagi tubuh istrinya yang selalu ia peluk kala tidur.

Tapi Qilin terluka, pedih, sakit, kecewa. Dan juga marah. Ia marah pada keadaan. Ia marah pada Tianxin. Terlebih lagi, ia marah pada dirinya sendiri. Tapi Qilin bisa apa? Tianxin sudah pergi. Dan dirinya... Tidak berniat mengejar wanita itu.

"Foto yang ini lucu.... Aku suka."

Kalimat itu terngiang ditelinganya saat ia tanpa sengaja melihat majalah yang memajang foto mereka berdua sebagai cover. Didalamnya juga ada hasil interview terkait pernikahan mereka.

"Huang Qilin! Makan dulu aku bilang! Pekerjaan bisa menunggu, kesehatanmu lebih penting!"

Qilin merindukan omelan itu. Kalimat yang hampir sama selalu diucapkan oleh istrinya jika ia pergi ke kantor tanpa berniat menyentuh sarapannya. Qilin sengaja. Ia ingin wanita itu menemaninya makan. Meski tanpa begitu Tianxin memang selalu menemaninya makan pagi.

"Aku suka matamu. Bagus."

Bahkan satu kalimat sederhana bisa membuat Qilin merasa bahagia. Segampang itu. Sesimple itu.

"Bajumu aku siapkan diatas tempat tidur."

Ya.... Ia ingat. Beberapa minggu ini tidak ada lagi yang menyiapkan semua perlengkapannya. Ia sadar, wanita itu sudah masuk ke hidupnya begitu dalam. Bahkan dihatinya juga. Tapi ia tetap marah. Dan kemarahan itu berhasil menekan keinginannya untuk mencari Tianxin.

Untuk apa? Pikir Qilin. Dia tidak mencintaiku. Hanya aku yang jatuh cinta begitu dalam kepadanya.

Wanita itu tidak pernah mencintainya. Wanita itu memanfaatkannya. Mengincarnya sejak awal. Pantas Qilin merasa ia pernah bertemu dengan Tianxin. Pertemuan pertama mereka dihalte bus itu ternyata settingan. Qilin mencebik. Seperti drama saja. Bahkan pertemuan selanjutnya juga tampaknya sudah diatur oleh wanita itu.

Sialan dia.

Bahkan saat Ziyi yang selalu bisa mempengaruhi pikiran orang bicara dengan nada tenang padanya, Qilin tetap pada pendirian awalnya. Dia tidak akan mencari dan menyusul Tianxin.

Biar saja. Biar perasaan ini hilang tak berbekas. Kalau aku melihatnya, bukan tidak mungkin aku akan terjebak lagi pada tipu muslihatnya. Aku akan lupa bahwa dia hanya berpura-pura perhatian padaku.

Waktu itu, Ziyi hanya geleng-geleng kepala dan berkata, "Jangan sampai kau menyesal, dage. Penyesalan selalu datang diakhir. Kalau diawal namanya uang panjar."

Sialan memang Ziyi. Dia menyamakan perasaan Qilin dengan uang muka. Memangnya dia pikir ini kredit? Ah sudahlah.... Qilin lelah karena setiap sudut rumahnya mengingatkan ia pada Tianxin. Kantornya juga. Tapi dirinya tidak tega memerintahkan orang lain untuk membuang semua foto wanita itu. Ia akhirnya kabur ke apartemen. Tetapi tetap saja, perempuan itu terus membayanginya dalam pikiran.

2. I'LL CATCH YOU [HUANG QILIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang