[PART 19] BOLEHKAH KUSEBUT KITA?

402 39 9
                                    

Holaaaaa epribadeeehhh.... Emsori yaaa kalo luamaaa banget updatenya. Semoga part ini gak mengecewakan. 😥 Mulmed sambil diplay yak supaya berasa. 😂

Qilin masih melotot kaget. Melihat sosok yang ia rindukan adalah satu dari sekian keajaiban dunia didalam daftarnya. Tapi kenapa harus hari ini? Kenapa harus sekarang? Ia menahan dirinya untuk tidak bersuara. Tapi reaksi otaknya berkhianat. "Li Tianxin, kenapa kau ada disini?"

Tak diduga, wanita itu mengabaikan Qilin, membuka laptop dan menyalakannya. "Boleh saya hubungkan dengan proyektor?" Tanyanya.

Sepersekian detik kemudian baru salah satu dari mereka berdiri membantu Tianxin dengan kabel proyektor dan juga laptopnya. Qilin menahan napas tatkala ia melihat ibunya melangkah melewati ruangan melalui pintu yang belum sepenuhnya tertutup. Wanita yang melahirkannya itu hanya meliriknya sekilas namun lirikan tajamnya menyiratkan banyak hal.

Qilin tak bisa fokus. Setiap kalimat yang keluar dari sepasang bibir merah muda Tianxin mewujud bagai deretan abjad acak yang membuatnya semakin pusing. Hingga tanpa ia sadari, wanita itu sudah selesai bicara. Memberikan jawaban, sanggahan, bahkan penjelasan lebih panjang yang hanya terdengar bagai dengungan ditelinganya. Qilin benar-benar pusing. Tahu-tahu semua selesai begitu saja. Dewan direksi menyalami dan menepuk pundak Qilin seolah tak tahu ia sedang mengalami lost orientation.

Jadi? Ini semua sudah selesai? Benarkah?

Ia menatap Tianxin. Perempuan itu terlihat tenang, tapi ia tidak tersenyum sama sekali.

***

"Kau benar-benar pria bodoh! Gila! Kau pergi begitu saja setelah dia membantumu? Apa kau sudah bosan hidup?" Cercaan Chengxin menyambut Qilin.

Ia hanya mendengus. Tak berniat menjawab. Dan ya, dia tak punya jawaban. Qilin menyesali sikapnya yang justru pergi terburu-buru tanpa sempat menyapa Tianxin atau bahkan mengucapkan terima kasih. Tapi ia bingung. Ia tak tahu harus berbuat apa setelah sekian minggu tak bertemu wanita itu. Terlebih mengingat bagaimana ia meminta wanita itu pergi dari rumahnya.

Qilin tahu ia terlalu kejam. Terlalu gegabah. Benar kata Qianxi dan Naliang, seharusnya ia percaya pada Tianxin. Pada istrinya. Tapi ia justru melakukan hal yang sebaliknya. Seharusnya ia mempercayai wanita itu dan memberinya kesempatan. Penyesalan selalu datang di akhir, bukan? Ia mengusap wajahnya. Seperti kali ini. Seharusnya tadi Qilin memeluk Tianxin, meminta maaf, mengucapkan terima kasih, memintanya agar kembali. Tapi, apakah wanita itu mau kembali? Apakah semudah itu? Atau... Qilin hanya akan menyakitinya lagi jika ia kembali? Qilin seakan menjadi orang yang tak tahu malu jika ia memintanya.

***

"Kuperhatikan kau sangat jarang berada dirumah sebulan terakhir."

"Kenapa memangnya?" Liying melewati suaminya begitu saja.

"Kau tidak lagi memperhatikan keperluanku dan sibuk sendiri."

Liying berbalik, menghunuskan tatapan tajam ke arah Xiumin. "Lalu kenapa? Toh kau tidak pernah suka."

"Aku..."

"Ayolah." Liying mendengus. "Jangan bersikap seperti anak kecil yang kehilangan mainannya. Selama ini kau tidak pernah peduli. Kau dan anak-anakmu yang mewarisi sifatmu itu, semua sama. Kupikir ada atau tidaknya aku dirumah tidak merubah apapun. Lagipula menantuku lebih membutuhkanku sekarang. Dia mengingatkanku pada diriku dulu."

"Liying..."

Liying tak mempedulikan panggilan itu, ia kembali melangkah.

"Kau tidak akan memintanya melupakan Qilin, kan?" Pertanyaan itu membuat langkah Liying terhenti.

2. I'LL CATCH YOU [HUANG QILIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang