[Part 17] KESAKITAN YANG SAMA

342 40 15
                                    

Hai haiiii..... Karena kawan2 setia berkomentar dan mengingat aku lama banget gak update, aku bonusin deh part 17 disiniiiii.... yeheeee!! Terima kasih tetap setia membaca dan kasih voment meskipun kurasa ceritaku biasa banget. :') Kadang aku minder mau update soalnya ngerasa, ih kok partnya biasa aja ya.... Hiks.... Maafkan aku yang sangat jauh dari kesempurnaan. I love you guys..... Selamat membaca dan dengerin lagunya yak. :*

Jika boleh meminta, Qilin tidak ingin kisah hidupnya berjalan seperti ini. Tapi hidup seseorang memang tidak pernah selalu indah, bukan?

Ia berbalik dengan cepat. Mengabaikan suara tangisan Tianxin yang tertangkap oleh indera pendengarannya. Dia ingin kembali, memeluk wanita itu, menghapus airmatanya, mengatakan semuanya baik-baik saja. Tapi ia tidak bisa. Qilin terlalu kecewa, terlalu sakit hati. Amat sangat marah pada keadaan dan juga dirinya sendiri.

Sekeping hatinya masih menginginkan Tianxin. Tapi kemarahan yang mendominasi sebagian besarnya membuat Qilin tak mampu menatap wajah wanita itu berlama-lama. Ia tidak akan sanggup untuk menahan dirinya agar tidak berteriak bahwa ia begitu mencintai wanita itu. Saking cintanya sampai-sampai apa yang dilakukan Tianxin menyakitinya sedalam ini. Ia tidak ingin wanita itu besar kepala. Merasa menang karena cinta sepihak yang dirasakan Qilin dan memanfaatkannya.

Sejak kapan hatinya jatuh begitu dalam? Qilin tidak bisa menjawab. Yang jelas ia terluka. Dan penyebab luka itu harus enyah dari hadapannya. Untuk sesaat ia merasa seperti anak kecil yang keinginannya tidak terpenuhi. Tapi ia enggan disamakan dengan anak kecil. Mereka akan menangis meraung-raung, dirinya tidak. Ia tidak ingin menangis karena wanita itu.

***

Tianxin mengangkat koper kecilnya, berusaha tidak menimbulkan suara. Langkahnya berhenti didepan pintu kamar Jishu namun urung masuk karena Qilin tengah berdiri kaku memandangi bayi menggemaskan yang tidur dengan tenang tanpa tahu bahwa kedua orangtuanya baru saja berpisah.

Mama pergi, sayang. Baik-baik dengan papa ya....

Ia melanjutkan langkahnya diiringi airmata yang mengalir deras.

Aku pergi, Huang Qilin. Maaf...

***

"Tuan.... Tuan...."

Ketukan keras dipintu kamar membangunkan Qilin. Kepalanya terasa pusing dan ia memaksakan untuk bangkit lalu mendapati wajah panik bibi Jung didepan pintu.

"Ada apa?"

"Tuan muda Jishu terus menangis dan tampaknya kelaparan. Tapi.... Tapi.... Saya tidak menemukan nyonya dimanapun, tuan."

Ekspresi Qilin mengeras. "Berikan dia susu formula."

"Tapi.... Nyonya hanya memberikan ASI untuk tuan muda Jishu."

Shit!

Suara tangisan bayi semakin keras. Qilin mengepalkan tangannya, berusaha berpikir.

"Tuan.... Apa yang harus saya lakukan? Anak sekecil itu belum bisa minum sembarang susu formula."

"...."

"Tuan?"

"Cari apa saja untuk menghentikan tangisnya dan biarkan aku berpikir!" Bentak Qilin. Sesaat kemudian ia menyesali sikapnya saat melihat bibi Jung tergopoh-gopoh pergi. Qilin melangkah cepat menuju tempat tidur, meraih ponselnya dan menyentuh ikon panggil dinomor Qianxi.

"Wei?"

"Dage."

"Ya?"

Qilin meremas rambutnya dengan gerakan acak. "Aku butuh bantuan."

2. I'LL CATCH YOU [HUANG QILIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang