⓯15

15.9K 969 10
                                    

Typo~

Maaf lama nggak upload readers

~***~

Siluet hitam dengan di ikuti dentingan dan suara bertabrakan begitu ketara di langit.

Pedesaan Mesir di sekitar lokasi terkena dampak bangkitnya pasukan anjing terkutuk Anubis. Meteor berjatuhan, pusaran angin yang panas, kalajengking berdatangan, dan hama penyakit yang menyerang penduduk

Klan keluarga Sallen yang di percayai secara turun temurun untuk menjaga bangkitnya pasukan. Hanya bisa berharap Romero sesegera mungkin menyelesaikannya, beberapa waktu yang lalu dia telah menyerukan tujuan dan alasan

Satu-satunya yang bisa mereka lakukan saat ini mengevakuasi warga jauh dari perang

Kedua sosok hitam melayang di langit terengah-engah. Tubuh terpotong mereka meneteskan cairan hitam

Lucien memandang Romero dengan sengit 'ini harus di akhiri'

Romero menyipitkan mata saat partikel-partikel mulai membentuk di tangan kanan Lucien. Partikel itu membentuk sebuah pecahan batu

"Itu... jadi begitu, Paladin itu memberimu batu itu" gumam Romero. Lucien menyeringai "Benar. Siapa yang sangka seorang Paladin akan jatuh untuk iblis sepertimu. Bahkan setelah ribuan tahun. Menedihkan"

Lucien mengangkat batu itu tinggi "Aku akan mengakiri semua ini dengan kekuatan pada batu ini. Batu Air Mata Naga"

Dia menusuk batu ke dadanya. Ledakan atmosfer kekuatan sangan besar, teriakan Lucien terdengar keras. Ekspresi Romero menjadi serius



Mata maroon Strive terbuka perlahan. Angin dari lorong masuk menuip rambut gagaknya, angin terasa berat dan panas "Oi, kalian merasakannya?" mereka memandang Strive kemudian lorong gelap yang dia amati

"Aku tidak mersakan apapun" Jawab Aray "Tidak. Anginnya terasa berat, itu membawa aura kuat dan gelap" kata Leo

"Ini terasa aneh. Dan aku yakin ini bukan dari kekuatan Tuan Romero" kata Eliot. Strive mendesah "Tidak. Sudahlah, berharap saja mereka akan baik-baik saja"

"Kita juga" Aray merengek sambil menunjuk jijik pada ribuan kalajengking yang keluar dari mulut Raja Scorpion "Sial, Eliot kau bisa membakar mereka dengan kartu sihirmu lagi?" tanya Strive. Eliot menggeleng "Kartu serang membutuhkan stamina dari tubuhku dan memakan waktu untuk pengisian pengguanaan kembali"

"HA! Lalu apa yang akan kita lakukan?" teriak Aray. Strive menggertakan gigi, dia menarik nafas dalam-dalam untuk tenang dalam situasi. Dia ingat pelatihan kekuatannya dengan ayahnya, saat dia 112 atau dalam manusia 12 tahun

"Strive, aku akan mengajarkan menggunakan kekuatan stamina dalam" Romero memandang Strive dengan wajah serius "Stamina dalam?"

Dia mengganguk "Latihan Fisik adalah latihan dasar kau untuk membangun Stamina dalam atau kekuatan dalam tubuh"

"Contohnya saat kau bertarung dari tangan ke tangan. Menggunakan senjata, atau berlari cepat itu hanyalah kekuatan fisik. Dan kekuatan dalam adalah kekuatan yang tersimpan di dalam tubuh, namun kekuatan ini hanya bisa kau gunakan di waktu penting saja, kerena ini menguras tenaga"

Strive menggangguk pemahaman "Jadi apa kekuatan dalamku ayah?" Romero menyeringai "Itu kita akan berlatih"

Membuka matanya, dia menggambill nafas dalam-dalam. Dan menyemburkan api dari mulutnya. Leo dan yang lainnya membeku pada apa yang di lakukan Strive

Eliot melihat Strive menutup satu matanya dengan wajah berkeringat 'Itu batasnya' dia mengambil kartu biru muda dengan gambar angin "Wind Magic"

Kartu mengeluarkan angin kencang dan membuat api semakin besar. Raja Scorpio menjerit dan mundur, dia hangus beserta serangganya

Strive terngengah dan jatuh "Oi, kau tidak apa?" Leo menghampirinya "yah...hanya, lelah"

"Bodoh, jika itu memakan banyak tenaga sebaiknya simpan saja. Kita tidak yakin kapan pertarungan akan menjadi serius"

"Kau benar. Maaf"

Leo mendesah "Aku harap Claire juga aman" gumamanya



Kabut hitam di sekitar Lucien terhapus. Mengungkapkan wujudnya setengah naga, dengan sisik mengkilap, taring mencuat keluar, mata kuning, dan dengan dua tandung meruncing kebelakang

"Batu itu mengubah seseorang menjadi monster. Itu bukan gayaku"

"Cih. Siapa yang peduli gaya saat ini Romero, saat ini yang harus di pedulikan adalah siapa yang lemah dan siapa yang kuat!"

Dia menerjang Romero. Pukulannya berhasil diblokir namun Romero terdorong jauh 'Sial, dia kuat'

Tidak menunggu lama. Lucien dengan cepat menyerang kembali Romero, kali ini dia merobek satu sayapnya

"Ugh!" Dia meringis menggertakan gigi menahan sakit

"HAHAHA! BAGAIMANA RASANYA ROME! INI BELUM SELESAI"

Lucien menendang Romero hingga dia jatug ke tanah menciptakan kawah besar. Lucien melayang turun perlahan ke bawah, dia mengejek Romero yang kacau dengan darah di wajahnya

"Kau tadi bertanya tentang darah bukan. Kau baru saja mendapatkan yang kau inginkan Rome" Dia meledak dalam tawa keras

Romero tertatih bangun dengan terengah rambutnya menutupi matanya. Sayapnya akan sembuh 100 tahun lagi, jika dia masih hidup

Tawa Lucien berhenti saat Romero menunjuknya dengan jari telunjuk kanannya. Dia mengeryit tapi tetap hati-hati, sinar biru kecil muncul di jari terunjukan dan kemudian membesar seukuran telur

Mata Lucien melebar terkejut "APA!"

Dan sinar itu menembak dengan mengembang lebar menuju Lucien



Alestis berkeliaran di villa. Dia ingin pergi ke ruangan pribadi Romero, pria pujaannya. Meski di sayangkan dia harus mati untuk menebus semua sakit hatinya

Dia tahu cepat atau lambat Lucien akan menggunakan batu itu. Perubahan suhu dan cuaca menunjukannya

Menyusup secara diam-diam ke ruang yang di jaga ketat bahkan dengan sihir. Ruangan pribadi Romero adalah objek hitam dengan wallpaper putih

Penuh dengan buku ekspedisi, peta besar tergantung di dinding. Dan ada itu, foto keluarga

Wajah bahagia Romero yang nampaknya tidak tua-tua. Isteri vampirnya yang anggun dengan gaun era Victoria. Strive yang masih begitu polos dan kecil

Alestis menyeringai, dia mengambil pisau di bawah gaun pembantunya. Saat dia bersiap melempar ada tangan kasar menghentikannya

"Kau tidak pernah jera Alestis" suara pria halus rendah namun berahaya memperingatkannya

"Hn, Cadis. Aku pikir kau begitu setia untuk mengikuti kemanapun tuanmu berada"

"Perintah adalah yang pertama. Dia memintaku ini dan aku hanya menuruti..."

Mata Cadis berkilat berbahaya "...Kau Istri penghianat"

~***~

Pendek dulu ya reader saya belum dapat ide matang penuh

Dan mungkin harus nunggu lama lagi. soalnya sekolah bener-bener mau mulai

Sayonara~

The Best To Be My MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang