HURT

43 6 0
                                    

"Key-Keysha" ucap Devan dengan terbata-bata dengan tatapan tidak percaya kearahku.

Aku hanya membalas dengan senyum tipis sambil mencoba menepis tangannya yang masih memegang daguku. Aku fikir dia tidak mengenaliku sama sekali mengingat dulu bagaimana sikapnya terhadapku.

Aku membenarkan gaunku yang sekarang terlihat sangat berantakan yang sudah sobek di beberapa bagian padahal baru tadi siang aku membelinya dengan harga yang cukup menguras tabunganku tapi sekarang bentuknya sudah sangat memprihatinkan serta merapikan sedikit rambutku yang tampaknya sekarang sudah ikut sama berantakannya dengan penampilanku.
Aku meremas tanganku mencoba bersikap biasa saja di depan Devan untuk menutupi kegugupan luar biasa yang menyerangku saat ini serta jantungku yang sedari tadi terus berdegup kencang. Ada kecanggungan luar biasa yang membatasi kami sekarang, entahlah apa Devan juga merasakannya ataupun tidak, yang jelas aku merasa sangat canggung bertemu dengannya sekarang, pembicaraan terakhir kami di telepon waktu itu masih saja terus terngiang di fikiranku. Yang ada di fikiranku saat ini adalah Aku tidak mau mempermalukan diriku lagi, dan tidak akan pernah membiarkan harga diriku di injak-injak oleh laki-laki di depanku ini sama seperti dulu.

Aku menatapnya yang masih saja terus diam dari tadi, ia seakan mengunci rapat mulutnya dan matanya masih  menatapku dengan tatapan kosong yang sulit ku artikan, mungkin tatapannya saat ini sesuai dengan suasana hatinya saat ini juga, entahlah aku sendiri juga tidak tahu.

Setelah cukup lama dengan posisi sekarang dan tidak ada satupun dari kami yang membuka suara, akupun langsung membalikkan badanku berniat untuk pergi. Pergi menjauhinya mungkin pilihan tang sangat tepat sekarang, berada sedikit lebih lama lagi di dekat Devan sangat tidak baik untuk jantungku, mengingat daritadi jantungku berpacu sangat kencang dan mungkin sangking kencangnya Devan bisa mendengarnya. Mungkin.

Saat mencoba untuk membalikkan badanku untuk menjauhinya Devan langsung membuka suaranya. Suara yang selama ini sangat aku rindukan.
Poor you again and again, Keysha!!

"Tunggu" Ucap Devan dengan nada yang sangat pelan.

Aku pun menghentikan langkahku tanpa berniat untuk menatap kearahnya lagi. Aku mencoba menahan gejolak yang ada di hatiku sekarang, aku tidak ingin mempermalukan diriku sendiri dan membiarkannya menyakitiku seperti dulu lagi.

Ia pun langsung membalikkan tubuhku berhadapan dengannya, sedangkan aku hanya bisa menunduk menghindari eye contact dengan Devan.

Devan menghembuskan nafasnya berat. "Keysha, lo apa kabar?" Tanya Devan dengan nada dingin kearahku. Aku tau dia hanya sedang mencoba berbasa-basi kepadaku. "Maafin sikap gue kalo pernah nyakitin lo dulu ya".

"Baik" jawabku pelan. "Gausah di bahas lagi Dev, gue juga udah lupa" lanjutku lagi.
Lupa? Haha, bohong kalau aku bilang lupa! Aku masih terus mengingat bagaimana perlakuan Devan kepadaku dulu, bagaimana sikap dinginnya kepadaku. Tapi aku tidak mungkin mengatakan semua kepadanya. Bagaimana sakit hatiku saat ia menjatuhkan harapanku, bagaimana ia menolak saat aku ingin berteman dengannya seakan ia jijik terhadapku. Sudahlah, semuanya hanya akan kembali menyakiti perasaanku saat mengingatnya.

Ia mengangkat daguku lagi untuk membalas tatapannya. "Kalo ngomong liat dong orangnya". Gerutu Devan.

Aku pun hanya menatap matanya sekilas dan langsung membuang mukaku dan berniat pergi lagi.

"Gue minta maaf soal sikap gue dulu ke lo Ya Key!" Ucap Devan mengulangi perkataannya lagi. "Sorry banget untuk semuanya, gue tahu gue salah, harusnya gue bisa bersikap sedikit lebih baik ke lo dulu" sambung Devan dengan nada sedikit bersalah.

My effortsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang