We don't talk anymore

26 5 0
                                    

#POV RADIT

We don't talk anymore, we don't talk anymore
We don't talk anymore, like we used to do
We don't love anymore
What was all of it for?
Oh, we don't talk anymore, like we used to do

I just heard you found the one you've been looking
You've been looking for
I wish I would have known that wasn't me
'Cause even after all this time I still wonder
Why I can't move on
Just the way you did so easily

Don't wanna know
What kind of dress you're wearing tonight
If he's holding onto you so tight
The way I did before
I overdosed
Should've known your love was a game
Now I can't get you out of my brain
Oh, it's such a shame

That we don't talk anymore, we don't talk anymore
We don't talk anymore, like we used to do
We don't love anymore
What was all of it for?
Oh, we don't talk anymore, like we used to do

*****

Aku terdiam, melamun sendiri sambil memainkan pulpen dan mencoret-coret kertas kosong yang ada dihadapanku dengan asal.
Entahlah, hari ini fikiranku benar-benar terusik memikirkan kejadian tadi pagi saat aku baru datang ke kantor.

tadi pagi tak sengaja aku mendengar obrolan sekumpulan karyawan wanita di dalam lift tentang Devan si manager produksi yang tengah dekat dengan salah satu karyawan baru bagian keuangan.

Aku bahkan harus mendehem karena merasa terganggu dengan suara mereka. Tidak ada malunya dan bosannya membicarakan orang lain dipagi hari seperti ini bahkan dihadapanku sekalipun yang notabene atasan mereka sendiri. Mereka bahkan bersikap santai dan sesekali menggodaku tanpa malu.
Dasar wanita!

Aku mendiamkan saja mereka dan menebalkan telingaku. Mengabaikan bahkan tidak peduli, toh bukan urusanku juga. Aku hanya berfikir sepertinya itu emang rutinitas khusus dari sebagian wanita yang terkadang juga tidak melihat situasi dan kondisi saat sedang bergosip.

Seperti itu hal yang wajib untuk mereka lakukan, Karena kalau tidak melakukannya, mungkin hari-hari mereka kurang bermakna tanpa aktivitas menggosipkan atau ikut memberi komentar tentang hidup orang lain. Mungkin sih ya.
Bagaimana tidak? Hidup artis pun ikut mereka berikan komentar.
Padahal kenal saja mungkin tidak.
Ah, persetan dengan semua itu!

Mereka bergantian mengeluarkan suara dan pendapatnya, tentu saja masih dengan topik tentang hubungan Devan dan pegawai baru itu. Saat salah satu sudah memberikan pendapat dan penilaiannya yang justru terdengar iri kepada wanita itu ia diinterupsi oleh pertanyaan wanita yang lain tentang siapa nama gadis yang beruntung itu. Wanita itupun menyebutkan nama gadis itu
yang kalau tidak salah aku dengar bernama Keysha saat aku mencoba menajamkan pendengaranku. Kok aku jadi kepo begini? Bodoamat deh ah. Penasaran juga lagian.

Eh wait. Apa tadi mereka bilang? Keysha?
Aku jadi teringat seseorang mendengar nama itu.
Tidak. Tidak mungkin.
Aku berdo'a dalam hati semoga Keysha yang mereka maksud bukanlah Keyshaku.

Aku tau Keysha pernah sangat mencintai dan memuja Devan.
Bahkan butuh waktu lama untukku bisa membantunya menyembuhkan luka patah hati karena cinta tak terbalasnya oleh Devan.
Tapi kenapa harus kebetulan seperti ini?

Aku tau Devan yang dulu Keysha maksud adalah Devan yang sekarang mereka ceritakan.
Aku mengetahui saat dulu Devan mengantar Keysha pulang. Dan seketika membuatku langsung cemburu dan melampiaskan kekesalanku dengan mengatakan kata-kata yang kuakui pasti sangat menyakiti perasaan Keysha saat itu dan malah menjauhkanku darinya. Walaupun dalam hati aku sendiri menyesali tindakan dan cara yang aku ambil. Tapi egoku lebih kuat dibanding kata hatiku, aku lebih memilih meninggalkannya dengan kata-kata yang pasti memberikan goresan atau menambahkan beban luka dihatinya.

My effortsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang