Tomoe's POV
"Tomoe! Ayo berangkat!"
Suara Takumi menggema di balik pintu rumahku. Jujur, aku masih merasa takut dengan Takumi. Tapi mau bagaimana lagi? Apa mungkin aku harus menjauhi Takumi sepanjang hari ini? Yang ada, nanti Takumi malah tambah marah, kemudian hukumanku akan bertambah. Padahal, hukumanku saat ini masih belum selesai.
"Ayo."
Takumi merangkul bahuku. Tidak biasanya ia merangkulku seperti ini. Aku bisa mencium aroma tubuh Takumi dalam jarak sedekat ini.
"Naoto dimana?"
"Dia libur hari ini. Guru-gurunya sedang ada pertemuan dengan guru-guru di SMP lain."
"Oooh..."
Takumi agak memberatkan badannya, membuatku sesikit sempoyongan untuk berjalan. Dasar tidak sadar berat badan.
"Hei."
"Hm?"
Takumi mendekatkan wajahnya ke telinga kiriku. Nafasnya yang sejuk menyapu debu yang menempel di kulitku.
"Hari ini hukumanmu dilanjut ya."
Suara Takumi begitu lembut dan dalam di telingaku. Aku merinding mendengar suaranya tang sedekat itu. Seakan gelombang suara yang ia hasilkan menggoncang tubuhku dengan kuat. Ia lalu menempelkan bibur lembutnya di perbatasan antara telinga dan pipiku. Sial, daerah itu adalah salah satu daerah sensitifku! Kemudian aku merasakan sesuatu yang hangat dan basah membelai lembut daerah itu. Takumi menjilatnya. Aku hanya bisa menutup mataku dengan nafas yang berat. Tak lama kemudian, Takumi menghentikan perlakuannya dan menjauhkan wajahnya dariku. Untungnya, saat ini masih jam 6, masih tidak ada orang yang keluar untuk beraktivitas, jadi tidak ada yang melihat perbuatan kami. Ralat, perbuatan Takumi.
"Kutunggu kehadiranmu saat istirahat kedua nanti."
Takumi berjalan mendahuluiku ketika gerbang sekolah kami telah berdiri dengan kokohnya di depan mata. Persiapkan mentalmu, Tomoe!
***
"Shio-chan!"
"Jaaah!"
Lagi-lagi Misaki-senpai muncul dengan tiba-tiba di hadapanku. Mengapa kita selalu bertemu di depan toilet perempuan? Memangnya tidak ada tempat lain yang lebih elite?
"Misaki-senpai membuatku terkejut saja!"
Aku mengusap dadaku, sementara Misaki-senpai tertawa melihat wajahku tadi.
"Bisa tidak munculnya jangan saat aku menunduk?!"
"Hehe. Gomen, gomen. Oi, mau istirahat bersama lagi tidak?"
Aku terdiam sebentar untuk berpikir terlebih dahulu sebelum menyetujui ajakan Misaki-senpai. Jika aku istirahat bersama Misaki-senpai, konsekuensinya adalah Takumi akan marah padaku. Ujung-ujungnya, hukumanku akan bertambah. Namun, jika aku menolak untuk istirahat bersama Misaki-senpai, tidak apa-apa sih, tidak ada konsekuensinya. Tapi sayang sekali jika aku menolak takdir kan? Heh? Apa aku baru saja mengatakan takdir? Ah, apa-apaan yang baru saja kukatakan ini. Hmm... Sepertinya lebih enak menerima ajakannya saja. Masa bodoh apa yang akan terjadi nanti pada Takumi. Masa bodoh apa Takumi akan menambah hukumanku atau tidak. Memangnya hukuman macam apa yang akan ia lakukan padaku? Paling-paling hanya disuruh memijat seluruh tubuhnya, atau mengerjakan PRnya, atau membersihkan kamarnya. Mumpung ini hanya istirahat pertama, sementara Takumi menyuruhku untuk menemuinya di ruangan rahasia saat istirahat kedua nanti. Ah, pokoknya masa bodoh lah, yang penting aku bisa dekat dengan Misaki-senpai hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
There,There, My Bitch
Romance"Apakah kau bisa membayangkan rasanya jika kita tertarik dengan seseorang,tetapi ada orang lain yang melarang kita untuk suka sama seseorang itu tanpa tujuan? Dan jika kita melanggarnya,hukuman menyakitkan akan menanti kita nantinya." (Beberapa part...