17. He Wanted You To Be His Girlfriend

4.1K 66 2
                                    

Author POV

Bel pulang sekolah berbunyi. Tomoe berdiri dari bangkunya sembari berkata dalam hati,"ah, waktunya turnamen melawan SMA Sasuka!" Ia membereskan segala buku yang berserakan di mejanya, kemudian menenteng tas tangan kanannya dan keluar kelas, mendahului teman-teman sekelasnya yang masih berkutat dengan tugas matematika di bangku mereka masing-masing. Di depan pintu kelas, ia hampir bertabrakan dengan seorang pria berambut merah yang membawa-bawa botol minuman. Siapa lagi kalau bukan Takumi? Ia pun mencengkeram pergelangan tangan Tomoe dan menahannya agar tidak pergi.

"Kau mau kemana?"

"Bel pulang sudah berbunyi, kau tidak dengar?"

"Cepat sekali kau pulang? Memangnya tugasmu sudah selesai?"

"Tentu saja."

Takumi menatap sejenak kedua mata Tomoe sebelum ia menyeret Tomoe ke ruang rahasia mereka. Ini sudah pukul 3 sore, 15 menit lagi Tomoe harus berangkat ke lapangan turnamen, tidak ada waktu lagi untuk bermain-main dengan Takumi. Pintu ruang rahasia dikunci, Tomoe meronta-ronta di dalam rangkulan Takumi. Matanya melirik-lirik ke arloji hitam Takumi yang jarum jamnya terus berjalan ke depan.

"Kau!! Sebentar lagi aku harus berkumpul dan berangkat turnamen!!!"

"Tenang, hanya 10 menit, 10 menit..."

Takumi membanting tubuh Tomoe di atas sofa dan menduduki pahanya. Kedua tangannya membuka kancing seragam sekolahnya satu persatu, dari atas sampai bawah hingga dada dan otot perutnya terekspos, kemudian melempar bajunya ke arah sembarang. Tomoe seakan melihat adegan ini diperlambat, terpesona dengan bentuk tubuh Takumi yang makin sempurna. Metamorfosis tubuh Takumi sudah mencapai tahap sempurna, pikirnya. Dalam keadaan masih tidak sadar, bibir Tomoe disambar oleh bibir Takumi, melumatnya, menggigitnya dengan penuh gairah. Kepala Tomoe seakan berputar ketika lidah Takumi menyentuh lidahnya dan bermain-main dengannya. Air mata berkumpul di ekor mata Tomoe. Pikirannya hanya tertuju pada turnamen yang sebentar lagi akan dimulai, juga pada Misaki yang tadi pagi hampir berkata entah apa itu. Yang Tomoe inginkan adalah bertemu dengan Misaki, berbicara tentang hal yang tertunda tadi pagi, berangkat turnamen bersama, kemudian memenangkan turnamen. Bukan bertemu Takumi dan melakukan hal seperti ini di waktu yang sempit. Padahal, sedari tadi ia sudah merasa aman bahwa Takumi tidak ada di sekitarnya. Rasanya ia ingin mencoba menghindar dari Takumi sehari saja.

"Jangan mencoba menghindar dariku lain kali. Atau kau akan merasakan akibatnya."

Mendengar Takumi yang berbicara seakan ia bisa mendengar kata hati Tomoe membuatnya terkejut.

"Aku akan memusnahkanmu."

"Oh ya? Coba saja kalau bisa."

Tangan Takumi mengelus isi rok Tomoe. Jari-jarinya berkeliaran di sekujur daerah sensitif itu. Tubuh Tomoe sedikit terlompat ketika jari Takumi menekan-nekan benda yang paling sensitif di bawah sana, seperti tombol yang dapat membuat gairah seks Tomoe meningkat. Takumi menyudahkan permainan jari-jarinya ketika cairan orgasme Tomoe keluar membanjiri telunjuk dan jari tengahnya.

"S-sialan... Aku mau kau berhenti!"

"Apa? Kau mau lebih? Baiklah."

"Tidak, tidak! Hentikan!!!"

Kepala Takumi mendekat ke selangkangan Tomoe dan mengeluarkan lidahnya untuk menyapu kulit kelaminnya. Tomoe mencoba untuk melepaskan kepala Takumi dari selangkangannya, namun tenaganya luntur karena libido tinggi. Lidah Takumi menyapu bersih cairan orgasm Tomoe dan menelannya. Cukup lama Takumi memakan Tomoe, hingga akhirnya Tomoe mendapat orgasme keduanya.

"C-cukup... Aku akan telat..."

"Belum selesai sampai disini, sayang."

Takumi membuka celananya dan mengeluarkan senjatanya, lalu memasukkan batangnya ke dalam Tomoe. Ia mulai bergerak, seiring dengan desahan-desahan Tomoe yang membuatnya semakin panas, bersemangat.

There,There, My BitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang