20. Get Drunk With His Kiss

4.4K 58 5
                                    

Author POV

Mata Tomoe terbuka dengan pelan. Ketika terbuka dengan sempurna, pupilnya bertepatan dengan jam dinding yang telah tertunjuk ke jam 9 lebih 45 menit. 15 menit lagi ia harus bertemu dengan Misaki di stasiun, sementara jarak rumah Takumi ke stasiun memerlukan waktu 30 menit berjalan kaki. Tomoe langsung melompat dari kasur Takumi dan memakai bajunya dengan cepat. Kemudian, ia keluar dari kamar dengan tergesa-gesa. Takumi kebingungan melihat Tomoe berlari-lari di rumahnya.

"Mau pergi sekarang? Tidak berniat untuk bersih-bersih terlebih dahulu?"

"Tidak perlu! Aku sudah terlambat."

"Memangnya kenapa kalau terlambat?"

"Ya aku akan ketinggalan kereta jam 10! Kau ini bagaimana sih?!"

Tomoe membuka pintu rumah Takumi. Ia berjalan menuju teras. Langkahnya terhenti ketika melihat sepeda tergeletak di teras. Tidak akan sempat lagi jika ia harus berjalan kaki. Apa boleh buat, sepertinya ia harus meminjam sepeda milik Takumi. Ia pun mengambil sepeda tersebut dan menaikinya.

"Taku-chan aku pinjam sepedanya selama sehari, ya!"

"Hei, hei! Itu milik Naoto! Nanti dia akan memarahiku!"

"Sudahlah! Kau kakaknya, jangan takut dimarahi oleh adikmu sendiri! Aku pergi dulu ya!"

Kaki Tomoe mengayuh sepedanya dengan sangat cepat, seperti diberi mukjizat. Ia mengendarainya dengan ugal-ugalan dan tanpa mengerem sekalipun. Beberapa kali ia hampir menabrak pejalan kaki dan juga papan reklame pinggir jalan. Dia tidak peduli dengan orang-orang yang terjatuh karena mencoba untuk menghindar dari kecepatan sepedanya. Dia juga tidak peduli dengan orang-orang yang mengingatkannya agar tidak kecelakaan. Yang terpenting ia bisa bertemu Misaki dalam keadaan selamat atau tidak. Pukul 10 lebih 5 menit ia baru sampai di stasiun. Ia memarkirkan sepedanya, lalu berlari memasuki stasiun. Matanya mencari-cari seorang laki-laki mungil pujaan hatinya. Tidak mungkin jika Misaki sudah meninggalkan dirinya. Ia berlari ke sini, lalu berlari lagi ke sana. Sangat sulit untuk menemukan Misaki di kerumunan orang. Tiba-tiba, ada yang menarik-narik kemejanya di bagian belakang. Tomoe membalikkan badannya.

"Halo, aku di sini."

Wajah dan tubuh Tomoe melemas begitu melihat Misaki.

"Ah, Senpai! Kau ini sulit sekali untuk dicari!"

"Hehe. Ayo kita cari tempat dusuk untuk menunggu."

Misaki menarik Tomoe ke suatu kursi kosong. Tomoe mengatur nafasnya dan menenangkan debar jantungnya, betisnya terasa kencang karena habis berlari-lari. Keringat mengalir di pelipis dan lehernya. Tubuhnya sedikit berkedut ketika Misaki mengelap keringat di sekujur wajahnya dengan sebuah sapu tangan. Otomatis saja pipi Tomoe langsung memerah, kemudian rona merah itu menjalar ketika melihat Misaki tersenyum padanya.

Selama beberapa menit mereka tidak saling berbicara satu sama lain. Atmosfirnya berbeda seperti biasanya. Ketika masih menjadi teman biasa, mereka bebas saja mengobrol. Namun sekarang rasanya menjadi canggung untuk membuka percakapan. Tomoe merogoh ponsel di kantung celananya. 6 pesan masuk, dan semuanya dari Misaki.

"Maafkan aku terlambat dan tidak mengecek hpku..."

Tomoe membuka satu-satu pesan yang berisi "kau dimana?".

"Tidak apa-apa. Santai saja lah."

"Jadinya kita mengambil kereta jam berapa? Jam 11 kah?"

"Kereta jam 10 saja belum datang, untuk apa naik yang jam 11?"

"Benarkah? Jadi keretanya datang telat?"

"Iya."

Syukurlah mereka tidak perlu menunggu satu jam lagi untuk menaiki kereta yang lain. Tak lama kemudian, kereta yang dimaksud pun datang. Mereka dan para penumpang lain menaiki kereta tersebut dan langsung duduk di tempat yang mereka dapat. Kereta melaju dengan cepat. Rencananya mereka akan turun di Stasiun G, lalu lanjut berjalan menuju X-Festival. Di awal perjalanan, mereka hanya bercakap sedikit tentang sekolah, selebihnya mereka hanya saling berdiam diri. Mungkin karena kereta penuh penumpang, jadi mereka tidak leluasa berbicara. Biasanya, bila berjalan naik kereta bersama Takumi, Tomoe dan Takumi akan duduk di gerbong paling belakang–gerbong sarat penumpang–agar bisa berbicara dan tertawa sepuasnya. Tapi itu Takumi. Misaki bukanlah Takumi, ujar Tomoe dalam hati. Mereka hanya membutuhkan waktu agar bisa lebih akrab dan bisa bercakap panjang lebar layaknya pasangan kekasih yang sebenarnya.

There,There, My BitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang