Tomoe POV
"Hah!"
Aku baru terbangun dari tidurku dan terkejut melihat tubuhku tanpa pakaian yang hanya ditutupi selimut kasur Takumi dalam keadaan tengkurap. Kedua tanganku mendorong kasur Takumi, mengangkat tubuhku ke atas. Takumi tidak ada di sini. Kulihat banyak tanda merah di sekujur leher dan dadaku, bahkan agak membiru seperti habis dibekam. Kurang ajar sekali laki-laki bangsat itu. Akan kubalas ia nanti dengan menghisap kulitnya hingga ia memekik meminta berhenti.
Hidungku menghirup aroma sedap yang berasal dari luar kamar. Hatiku terasa waswas, takutnya Konatsu-nee dan Naoto sudah terbangun. Aku pun mencari-cari pakaianku dengan mengacak-acak kasur Takumi. Dengan cepat aku memakai pakaianku yang kupungut dari lantai kamar dan keluar dari kamar Takumi. Begitu keluar, terlihat di mataku seorang lelaki telanjang dada tengah berdiri membelakangiku di depan kompor. Aku mulai merasa deja vu, seakan kejadian ini pernah terjadi beberapa hari yang lalu. Kutatap seluruh tubuhnya dari atas ke bawah. Punggungnya yang putih bersih dan berotot terkadang membuatku ingin membelainya dengan lembut—
"Selamat pagi."
Takumi menyapaku dengan tubuh yang masih membelakangiku. Aku hanya diam saja, tidak menjawab apa-apa. Aku berjalan menghampiri Takumi sembari menyilangkan kedua tanganku. Kusandarkan tubuh bagian kananku di kulkas dan memerhatikan bagaimana Takumi memasak. Aku terkagum melihat tubuh Takumi yang makin hari makin terbentuk ototnya. Ia melihat ke arahku, lalu tersenyum miring.
"Nice tits, baby."
Lamunanku pecah ketika mendengar omongan Takumi. Aku langsung menaikkan tanganku yang disilang hingga menutupi dadaku.
"Konatsu-nee dan Naoto belum bangun? Memangnya pukul berapa ini?"
"Masih pukul 3 pagi."
"Kau memasak di pagi buta, apa tidak membangunkan mereka berdua? Aku saja terbangun dengan suara bisingmu."
"Makanlah sarapan buatanku, sehabis itu kembalilah ke rumahmu dan bersihkan tubuhmu."
Takumi tidak menjawab pertanyaanku dan memberiku sepiring omelette yang terlihat sedap. Langsung saja kuhampiri meja makan dan melahap omelette lezat itu dengan cepat, agar kedua saudara Takumi tidak terbangun–juga kedua orang tuaku. Ah, rasa rinduku pada omelette buatan Takumi akhirnya sirna juga.
"Uh, omong-omong, apa yang kita lakukan tadi malam, ya? Mengapa aku tidak ingat?"
"Huh, kita tidak melakukan apa-apa, aku yang melakukannya sendirian."
"Sendirian?"
"Kau pingsan ketika aku mendorong penisku ke dalam lubang pantatmu yang sangat sempit itu."
Aku berhenti mengunyah dan mengernyitkan dahiku.
"Lalu?"
"Aku menjadikanmu sebagai boneka seksku dan aku melakukannya sekitar 5 atau 6 ronde."
"Sialan kau! Seenaknya saja!"
Niatku yang awalnya ingin menggebrak meja, menjadi urung karena takut membangunkan dua makhluk lain di rumah ini.
"Terus terang, aku lebih suka seks seperti semalam. Kau tidak memberontak dan mau saja diperlakukan seperti apapun. Hanya saja kau tidak memberikan respon dengan membunyikan suara-suara."
Kusudahi sarapan pagi buta ini dan pamit pulang ke rumah kepada Takumi. Tak lupa mengucapkan terima kasih karena telah diperbolehkan tidur semalam dan dijadikan boneka seksnya. Takumi tertawa renyah ketika mendengar kalimat yang kedua. Aku-benci-Takumi.
***
Untung saja ayah dan ibu tidak terbangun ketika aku masuk ke rumah secara diam-diam, terutama ayah. Ia tadi tertidur di ruang tamu dengan beralaskan selimut. Sepertinya ia tengah bertengkar dengan ibu tadi malam. Untungnya aku menginap di rumah Takumi, jadinya aku tidak risih mendengar pertengkaran mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/65472506-288-k588574.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
There,There, My Bitch
Romance"Apakah kau bisa membayangkan rasanya jika kita tertarik dengan seseorang,tetapi ada orang lain yang melarang kita untuk suka sama seseorang itu tanpa tujuan? Dan jika kita melanggarnya,hukuman menyakitkan akan menanti kita nantinya." (Beberapa part...