13. You Won The Match, I Won Your Body

6.5K 76 0
                                    

Tomoe POV

"Shio-chan, kita menang!"

Misaki-senpai melempar raketnya ke tanah dan membuka tangannya lebar-lebar, bermaksud untuk memelukku. Merasa enak tidak enak, aku pun menyambutnya dan mengangkat tubuhnya. Kami berteriak kesenangan dan mendekap tubuh pelatih kami, Daisuke-sensei, yang ikut senang melihat kemenangan kami. Aku sangat senang. 25 persen karena kemenangan ini, sementara 75 persen karena melihat Misaki-senpai bahagia. Tak pernah aku melihat senyum Misaki-senpai selebar ini dan itu membuatku ingin tersenyum lebar pula. Senang melihat orang lain senang adalah hal yang tak biasa untukku. Aku merasa masa bodoh saja jika orang terdekatku senang, tetapi kali ini tidak.

Selepas pertandingan pertama selesai, aku dan timku kembali menuju ruang tim kami untuk mendapatkan pengarahan pertandingan selanjutnya. Perkataan yang terlontar dari Daisuke-sensei tidak sepenuhnya kucerna. Terlalu lelah untuk memerhatikan, karena banyaknya stamina yang kuhabiskan selama pertandingan. Apa yang kubutuhkan saat ini hanyalah istirahat hingga esok hari menjelang, lalu kembali bertanding menguras tenaga. Jalannya pertandingan masih panjang, namun badanku sudah pegal dan sakit seperti ini.

"Shio-chan, ayo pulang."

Suara lembut tertangkap di rongga telingaku, menghangatkan seisi rongga telingaku. Aku menganggukkan kepalaku dan beranjak pergi bersama Misaki-senpai dan tim yang lain menuju rumah masing-masing. Baru terpikir olehku bahwa hari ini aku belum bertemu Takumi, bahkan melihat ujung hidungnya saja belum. Aku tidak bilang padanya bahwa aku ada pertandingan hari ini. Tadi pagi aku berangkat lebih pagi dari biasanya, maka dari itu aku tidak bertemu dengannya. Paling Ayah atau Ibu yang bilang padanya kalau aku ada pertandingan hari ini. Masa bodoh dengan lelaki yang merenggut gelar "Wanita Terhormat"ku.

Ketika keluar dari stadiun, angin malam langsung menerpa satu per satu tubuh kami. Sayangnya, aku yang berjalan paling belakang, jadi aku yang mendapat aroma keringat teman-teman setimku. Biarlah, ini aroma kemenangan, meski sedikit masam.

Sekilas aku mendengar suara desis dari semak di sebelah kiriku. Mungkin itu hanya perasaanku saja atau suara jangkrik–atau mungkin suara dari alam lain, jadi aku tidak menghiraukannya. Namun, suara itu berbunyi kembali dengan lebih keras. Aku yang penasaran–saking penasarannya, hingga wajahku berkerut–pun menghampiri area semak-semak  yang gelap. Terlihat sosok dalam kegelapan bersandar di dinding sebelah stadion. Agak merasa terancam, aku memperlambat langkahku. Tiba-tiba sosok dalam kegelapan itu menyalakan senter yang diarahkan ke wajahnya yang menyeramkan.

"Baaaa!!!"

"Waaaaah!!!!"

Karena terkejut dengan adanya penampakan wajah pucat tepat di depan wajahku, dengan reflek aku mengayunkan tinjuku ke wajah itu.

"Taku-chan jangan menakutiku!!!"

"Ahahahaha! Dasar penakutnya tidak hilang-hilang sedari dulu."

Takumi mengelus dagunya dan tersenyum mengejek padaku. Kulihat tubuhnya yang masih mengenakan seragam sekolah. Mungkin karena ia sadar bahwa aku tidak datang ke sekolah hari ini, lalu sepulang sekolah ia langsung pergi ke sini untuk menontonku. Kupikir dia tidak akan menontonku walaupun ia tahu aku sedang bertanding, ternyata sebaliknya.

"Senang sekali ya kau? Memenangkan pertandingan melawan SMA Sho... Sho apalah itu."

"Tentunya."

"Kau menang banyak. Lolos ke babak selanjutnya plus mendapat pelukan dari Misaki-senpai yang manis."

"... Biasa saja..."

"Pelukannya rapat sekali. Hingga dada kecilmu yang imut itu menempel di dadanya."

There,There, My BitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang