12. Very Warm Inside

7.7K 87 0
                                    

Takumi POV

Pelajaran telah dimulai. Sekarang kami sedang belajar matematika. Kohaku-sensei sedang memberi materi di papan tulis. Aku mengikuti pelajaran dengan tertib dan hikmat. Meskipun pandanganku terfokus pada angka-angka di papan tulis, pikiranku fokus pada perempuan yang di belakang sana. Aku bertanya-tanya, bagaimana keadaan Tomoe sekarang? Aku ingin melihat ke belakang, namun aku tidak mau kena sembur Kohaku-sensei. Tidak perlu lah, dia akan baik-baik saja di sana. Sejak tempat duduk kami diubah, aku dan Tomoe tidak lagi duduk berdekatan. Aku pindah di barisan kedua dari depan, sementara Tomoe menetap di barisan paling belakang. Akan sulit untuk berinteraksi dengannya sekarang.

Jam pelajaran matematika yang pertama telah usai. Di jam pelajaran ke dua ini, Kohaku-sensei memberi latihan soal pada kami. Suasana kelas yang awalnya tertib dan tentram berubah menjadi ramai karena siswa yang saling berdiskusi. Akhirnya aku memiliki kesempatan untuk melihat ke arah Tomoe. Aku melihat ke belakang dari bahu kiriku dan mendapati Tomoe yang sedang menelungkupkan kepalanya di atas meja. Jika diperhatikan baik-baik, tubuhnya agak gemetaran. Apa dia kesakitan? Hm, memang enak menentang perintahku?

"Kazuka-kun, kerjakan latihanmu."

Kohaku-sensei berjalan melampauiku menuju meja Tomoe. Aku membalikkan kepalaku dan mencoba menajamkan pendengaranku untuk mendengar apa yang Kohaku-senpai katakan pada Tomoe.

"Shiori, apa kau sakit? Kau terlihat lemas sekali."

Aku kembali melihat ke arah belakang untuk melihat Tomoe. Ia bangkit dari tidurnya dengan lemas. Bisa kulihat wajahnya yang pucat dengan keringat yang mengalir di dahi dan lehernya. Tangannya bergetar. Jika orang lain melihat ekspresinya, mereka akan berpikir bahwa Tomoe sedang sakit. Namun menurutku, itu bukan ekspresi sedang sakit.

"... Izinkan aku ke toilet, Kohaku-sensei..."

"Silahkan."

Tomoe berdiri dan berjalan meninggalkan kelas. Ia berjalan dengan sangat lemas, seperti tidak ada kaki yang menopang tubuhnya. Aku memperhatikan siluet Tomoe yang berjalan di luar jendela. Senyum tipis mengembang di wajahku.

"Kohaku-sensei, saya mau ke toilet."

                                   ***

Tomoe POV

Aku berjalan masuk ke salah satu bilik toilet, kemudian mengempaskan pantatku di atas kloset yang tertutup. Aku membuka rokku dan menarik keluar benda yang bersarang di dalam bokongku.

"Argh! Benda sialan apa ini?!"

Benda kecil berbentuk seperti peluru yang tadi Takumi masukkan di belakangku itu bergetar di tanganku, begitu juga di dalam pantatku sedari tadi. Aku membanting benda biadab itu ke lantai dengan keras. Bagaimana bisa benda sekecil itu, mampu membuatku lemas seperti kehabisan darah. Aku duduk di atas kloset, menenangkan diriku dengan mengatur nafas. Aku menyentuh kemaluanku. Ada cairan hangat yang sangat banyak di bawah sana. Cairan apa ini? Belum pernah aku mengeluarkan cairan sebanyak ini! Tiba-tiba, aku mendrngar seseorang mengetuk pintu bilik toilet tempat aku berdiam.

Tok Tok, Tok Tok Tok

Dari irama ketukannya, aku sudah tahu siapa itu. Perasaan campur aduk menguasaiku saat ini. Ada sedikit rasa takut, juga ada rasa marah dan kesal. Berani sekali dia masuk ke toilet perempuan! Mungkin aku harus membukakan pintu untuknya. Dia harus bertanggung jawab!

Aku membuka kunci pintu bilik toilet. Belum aku mempersilahkan dirinya untuk masuk, ia sudah melenggang masuk dengan seringaian menyeramkannya. Takumi mengunci kembali pintunya dan mendorongku kembali duduk di atas kloset. Ia membuka sabuknya dan memerosotkan celananya hingga sebatas paha di depanku. Ia mengeluarkan pedangnya dan mengarahkan ujungnya ke kemaluanku. Rasa seperti dikoyak kembali terasa di bawah sana ketika Takumi mulai menggerakkan pinggulnya maju dan mundur dengan kasar.

"Ahh... Nnhh..."

"Shhh... Orang lain akan mendengarmu..."

Nafas Takumi terasa sangat hangat di daun telingaku. Ia ikut mendesah meskipun tanpa suara. Aku menyukai suara desahannya. Terdengar sangat manis di telingaku. Ia menghentikan pergerakannya sejenak untuk mengubah posisi. Ia menarik tubuhku bangkit dari dudukku, kemudian kami bergantian posisi. Takumi duduk di atas kloset, sementara aku duduk di atas pahanya. Tidak mengerti apa yang garus kulakukan, Takumi memerintahkanku untuk bergerak sendiri dengan cara menaik-turunkan pinggulku. Aku pun menuruti kemauan Takumi. Agak sulit memang, namun dengan seperti ini, aku tidak akan merasa sakit. Toh aku kan yang bergerak, jadi aku bisa mengontrol kecepatannya. Aku bergerak dengan pelan, tidak seperti Takumi yang bergerak secepat kepakan sayap burung kolibri.

"Bergeraklah lebih cepat, bodoh! Aku ingin mencapai klimaksku!"

Takumi menampar bokongku dengan sangat keras hingga menimbulkan rasa pedas dan panas. Aku pun sedikit mempercepat gerakanku, menuruti keinginan Takumi. Ia pun tidak tinggal diam, ia menggenggam kedua bokongku dan ikut membantu menggerakkan pinggulku. Seluruh tubuhku terasa sangat panas, gairah menggelora di dalamku. Sebentar lagi aku akan mencapai klimaks.

"Taku-chan... Aku... Keluarh..."

Takumi menarik batangnya keluar dariku dan mengeluarkan cairan putih miliknya di pahaku. Ia keluar sangat banyak hingga membentuk sebuah genangan di atas tutup kloset. Sejenak kami beristirahat untuk menenangkan deru nafas kami. Takumi bangkit dari duduknya dan memakai kembali celananya. Ia pergi keluar dari toilet meninggalkanku sendirian yang terkulai lemas di sini. Aku pun memutuskan untuk membersihkan diri dan pergi kembali menuju kelas.

Sebelum meninggalkan toilet, aku membasuh wajahku di wastafel. Aku menatap refleksi wajahku di depan cermin. Melintas sebuah perasaan aneh dalam benakku.

"Mengapa aku menginginkan untuk melakukannya lagi...?"

Aku menggelengkan kepalaku, berusaha menghapus pemikiran aneh itu. Aku pun ambil langkah untuk krluar dari toilet. Sesosok figur laki-laki kecil menyambutku di luar toilet.

"Shio-chan!"

"Misaki-senpai. Kita bertemu di depan toilet lagi, ya. Hahaha."

"Haha. Bagaimana? Hari Sabtu nanti siap?"

Hari Sabtu nanti pertandingan bulutangkis nasional akan dimulai. Ini masih hari Rabu, 3 hari lagi menuju hari Sabtu. Apa aku sudah siap?

"Sudah, tapi aku perlu latihan lagi. Bagaimana denganmu?"

"Siap! Aku selalu siap! Apalagi, aku berpasangan dengan Shio-chan. Senang sekali!"

Senyuman tipis menghiasi wajahku. Sedikit terkejut mendengar ucapan Misaki-senpai. Ia senang karena berpasangan denganku. Apa ini mimpi?

"Ahaha. Ya sudah, aku kembali ke kelas ya, Misaki-senpai!"

"Oh oke. Besok latihan lagi ya! Sampai jumpa nanti!"

Aku tersenyum manis sebelum berjalan meninggalkan Misaki-senpai. Dia sungguh manis, aku makin menyukainya. Masa bodoh dengan Takumi, aku benar-benar menyukai Misaki-senpai.

                                  ***

Terima kasih untuk 14K reads dan vote dan follownya ya! :))) baru ditinggal seminggu, udah 14k lagi haha :v

Ya udah, lanjut yaaa ➡➡➡

There,There, My BitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang