14. Trying To Confess

5.6K 82 1
                                    

Tomoe POV

Langsung kubuka mataku lebar-lebar ketika mendengar suara gaduh dari dapur. Seperti suara alat-alat memasak yang berjatuhan atau membentur satu sama lain. Aku terbangun dalam keadaan tanpa busana dan tali kekang yang masih melingkar di leherku. Aku pun bertanya-tanya dimana Takumi sekarang. Di sebelah kananku terlihat ada bekas cetakan tubuh di seprai kasurku. Dasar bajingan, ternyata ia tidur di sebelahku semalaman. Entah apa yang ia lakukan tadi malam. Mungkin saja ia melakukan itu ketika aku terlelap. Namun, aku tidak menemukan ada bekas pukulan atau tanda kecupan di seluruh tubuhku. Merasakan rasa sakit di bagian manapun juga tidak. Syukurlah kalau begitu.

Hari ini aku dan anggota klub lainnya akan menjalani pertandingan babak perempat final jam sepuluh nanti. Aku harus bersiap-siap berangkat menuju arena pertandingan. Namun, aku mengurungkan niatku–untuk sementara–ketika mendengar kembali suara riuh yang berasal dari dapur. Kali ini tidak hanya suara alat-alat memasak, tetapi juga ada suara seseorang yang mengerang dan mengeluh. Aku pun bergegas menuju ke dapur untuk memastikan keadaan. Tak lupa aku memakai pakaian terlebih dahulu, meski asal-asalan.

"Oh, Tomo-chan sudah bangun."

"Taku-chan! Mengapa kau masih di sini?!"

Aku yakin suaraku berhasil memekakkan telinga Takumi.

"Lihat, aku memasakkan sarapan untukmu agar kau kuat saat tanding nanti. Dan agar kau kuat saat malam nanti."

Aku melempar botol plastik di atas meja makan kepada Takumi dan menyuruhnya untuk pergi. Ia masih tidak mau pergi, aku pun melempar tudung saji kepadanya. Masih tidak mau pergi, aku melempar apapun yang ada di atas meja untuk mengusir Takumi.

"Pergi kau! Pergi!"

"Bagaimana dengan masakannya?!"

"Pergi!!!"

"Hei, hei! Akan kuberi hukuman jika kau bersikap seperti ini!"

"Masa bodoh!! Pergi!!!!"

"Baik, baik, aku akan pergi!"

Aku berhasil membawa Takumi ke pintu depan rumahku ketika aku hendak melempar pisau dapur padanya. Kumohon, hanya untuk kali ini saja, bisakah aku tidak bertemu atau bahkan melihat Takumi? Aku sudah muak melihat batang hidungnya! Aku ingin fokus bertanding dulu, baru aku bisa bermain-main dengannya jika pertandingan telah selesai. Takumi benar-benar tidak mengerti perasaanku, tidak seperti dahulu kala. Dulu, ia begitu perhatian dan pengertian kepadaku, namun sekarang ia sangat kejam.

Pintu depan kembali dibuka oleh Takumi dan aku mengarahkan pisau yang masih kugenggam ke arahnya.

"Mau apa lagi kau?!!"

"Santai, ini aku keluar tidak pakai apa-apa, aku mau mengambil pakaianku di kamarmu."

"Cepat!"

Dasar menyebalkan!

                           ***

"Nah, itu Tomoe!"

Aku berlari menuju Misaki-senpai dan anggota yang lain. Gara-gara Takumi aku jadi telat! Sedari tadi ia terlalu banyak membual, membuatku membatalkan niat mandiku berkali-kali. Lain kali seharusnya langsung aku lemparkan saja pisau kepadanya tanpa pikir panjang.

"Maaf, aku telat! Maaf, maaf!"

"Ya, ya, tak apa. Sekarang kau dan Misaki cepat menuju lapangan. Pertandingan akan segera dimulai! Ayo!"

Baru saja aku berlari jauh, sudah disuruh berlari lagi. Tenagaku terkuras hanya untuk berlari-lari seperti orang bodoh. Awas saja jika aku kalah hari ini, akan kugergaji pedang panjang milik Takumi!

There,There, My BitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang