Author's POV
"Ahhh... Aroma tubuhmu sangat segar. Padahal, ini sudah jam 12 siang."
Takumi menelusuri seluruh tubuh Tomoe dengan hidungnya sembari mengendusnya, sementara si empunya tubuh tersebut hanya terdiam memejamkan mata. Menempelkan hidungnya di setiap sisi seragam Tomoe dan menikmatinya, merupakan kesenangan baru baginya. Adapun tidak hanya hidungnya yang bekerja, melainkan tangannya juga ikut mengerjakan sesuatu, mengelus seluruh bagian tubuh Tomoe. Yang punya tubuh tersebut hanya bisa terdiam, memejamkan mata kuat-kuat, meremas rok sekolahnya juga dengan kuat, dan menahan nafasnya hingga dadanya terasa sesak. Rasanya seperti mau mati saja jika diperlakukan seperti ini, pikirnya.
"Heeeii... Mengapa kau tidak memberi reaksi?"
Tomoe menghisap ingusnya. Matanya tidak berani menatap Takumi yang kini tengah menatapnya dengan tatapan yang tidak mengenakkan. Baru diendus tubuhnya dalam keadaan masih berbusana dan masih dalam posisi duduk saja sudah membuat dirinya menangis menjerit-jerit dalam hati. Bagaimana jika Takumi melakukan hal yang lebih? Matanya sudah sangat berair sekarang, meskipun masih belum ada air mata yang menetes.
"Jangan menangis. Ini semua salahmu, kan?"
Tomoe menangis bukan karena takut atau apa. Memang ada sedikit perasaan takut dan khawatir dalam hatinya, namun ia lebih merasa kecewa dan tidak menyangka bahwa sahabat sedari kecilnya ini memberikan perlakuan seperti ini kepada dirinya. Ia sedih mengingat Takumi yang dulu hangat dan menenangkan kini berubah menjadi aneh dan menyeramkan. Ia sedih melihat Takumi yang dulu begitu berbeda dengan yang sekarang. Mungkin itu hanya perasaannya, tapi mungkin saja itu memang benar sesuai dengan fakta.
"Taku-chan..."
"Hmm?"
Ia ingin menyuruh Takumi untuk berhenti, namun lidahnya terasa kelu. Walaupun ia bisa bicara pun pasti Takumi tidak akan menghentikan aksinya. Siapa yang bisa menghentikan Takumi jika ia sedang kumat?
"Arrggh... Berbaring kau!"
Takumi mendorong tubuh lemah Tomoe dengan kedua tangannya untuk menidurkan Tomoe, kemudian ia menindih tubuh Tomoe. Kembali ia melakukan pekerjaannya, kini tidak hanya mengendus, tetapi juga mencumbu kulit lembut Tomoe. Dimulai dari rahang dekat kuping, lalu turun ke leher, kemudian ke tengkuk. Sang korban hanya bisa menggeliat seperti cacing yang menemui ajalnya. Takumi meraih kancing teratas kemeja sekolah Tomoe dan melepasnya, begitu juga dengan kancing dibawahnya. Seluruh keping kancing sudah bebas, namun Takumi tidak membuka kemeja Tomoe. Ia menatap, terus menatap tubuh indah yang terekspos di depan matanya. Tomoe melihat refleksi tubuhnya di bola mata Takumi yang membesar. Tubuhku yang hina, ujarnya dalam hati.
"Aku baru tahu kalau kau tidak memakai pakaian dalam apa-apa lagi selain bra."
"Sialan... Jangan melihat tubuhku terus!"
Seringai aneh kembali terpasang di bibir Takumi. Kali ini ia menuruti perintah Tomoe, ia berhenti memandangi tubuhnya, namun ia malah menunduk dan mencium dadanya. Tomoe sangat terkejut dibuatnya, ia langsung mencengkeram kedua lengan kekar Takumi. Hampir saja kedua matanya melompat keluar ketika bibir lembut Takumi menyentuh kulit dadanya.
"Erggh..."
Erangan tidak jelas keluar dari mulut Tomoe tepat setelah Takumi menggesekkan bibirnya di permukaan kulit Tomoe. Bibir lembutnya menjelajahi seluruh bagian hingga tak ada satu senti pun yang terlewat. Kini lidahnya yang hangat dan basah itu pun ikut menyapu kulit dada Tomoe.
"Aaah! Taku-chan! Itu sangat geli!"
"Shhh... Nanti kita didengar orang lain..."
"Ya makanya hentikan!"

KAMU SEDANG MEMBACA
There,There, My Bitch
Romansa"Apakah kau bisa membayangkan rasanya jika kita tertarik dengan seseorang,tetapi ada orang lain yang melarang kita untuk suka sama seseorang itu tanpa tujuan? Dan jika kita melanggarnya,hukuman menyakitkan akan menanti kita nantinya." (Beberapa part...