SAD

333 19 0
                                    

Klek

Ku tiba di rumah seperti biasa, hari ini berjalan begitu cepat.kurasa.
Saat tiba di rumah, aku langsung menuju kamar ku dan ku ganti pakaian ku. Saat aku berada di ambang pintu kamar ku, aku mendengar suara bising yang berasal dari arah ruang makan. Ku langkah kan kaki ku menuju ruang makan, suara itu semakin jelas. Suara pertengkaran ibu dan ayah semakin jelas ku dengar. Bahkan kata kata yang sangat jelas ku dengar dan membuat ku merasa seperti di tusuk tepat di dadaku.

"Aku ingin bercerai". Kata itu keluar dari mulut ibu ku.
"Oh jadi ini keputusan mu hah?" Bentak ayah ku. Sebelum ibu melanjutkan perkataan nya, lebih tepat nya aku mencegah ibu membuka mulutnya dengan membuat suara aneh dari belakang mereka.
Jangan lupakan mulut menganga ku dan mata bulat ku dengan ekspresi terkejut. Orang tua ku langsung menoleh ke arah ku. Aku mencoba melerai pertengkaran mulut ini.
"Apa kalian tidak malu bertengkar di depan anak kalian" ucap ku. "Oh nak maaf kan kami nak, kami tidak bermaksud bertengkar di depan mu, hanya saja ibu mu yang memulai ini" ucap ayah ku sambil menuduh ibu. "Sebaiknya kau lihat diri mu, kau berdua an bersama wanita lain di depan ku.apa itu juga baik jika anak mu yang melihat nya?" Bantah ibu ku. "Apa kau bilang, kapa....". Belum sempat ayah ku melanjutkan perkataan nya aku langsung membentak orang tua ku.

"Apa kalian akan terus seperti ini, jika ayah dan ibu terus bertengkar, aku akan pergi dari sini sekarang" ucap ku sambil membentak kedua orang tua ku. Tanpa pikir panjang aku langsung melangkah kan kaki ku keluar pintu, dan tidak lupa ku bawa mantel kesayangan ku ini yang berwarna biru muda.

Setelah ku jauh dari rumah, aku memikirkan perkataan yang keluar dari mulut ku tadi. Aku tau kata kata ku itu sedikit kasar. Aku terus melangkah kan kaki ku di pinggir jalan kota.

Setelah beberapa lama aku melangkah. Aku tiba tiba berhenti, dan menyadari bahwa aku sudah berada di bibir hutan. 'Kenapa aku kesini?' Gumamku sambil meneruskan langkah ku ke dalam hutan. Aku menuju rumah Jin ki sekarang.  Hanya itu tempat yang bisa ku fikir kan sekarang.  Ku memantap kan langkah kaki ku hingga akhirnya ku tiba di depan rumah nya. Selama perjalanan ku tadi aku menangis mengingat perkataan orang tua ku yang ingin bercerai.  Entah berapa banyak air mata ku yang keluar di sepanjang jalan ku menuju rumah Jin ki.

"Ada kau kesini malam malam ?" Tanya Jin ki penasaran.  Dengan mata bengkak ku menjawab pertanyaan nya itu."aku - boleh kah aku menginap disini untuk malam ini saja?" Tanya ku memohon. "Untuk Apa? Memangnya kau tidak mau pulang ke rumah mu, apa karena kau sudah tau rumah ku ini kau akan tinggal disini? " tanya nya banyak.  Entah yang mana yang harus ku jawab terlebih dahulu. "Setidaknya kau jawab dulu pertanyaan ku yang tadi, bukan malah balik bertanya" jawab ku sebal. " tidak, pulang lah. Orang tua mu pasti mengkhawatirkan mu"jawab nya singkat. "Ku mohon, izin kan aku menginap disini untuk malam ini saja. Hanya ini satu satu nya tempat yang bisa ku datangi sekarang" jawab ku memohon. "Apa kau tidak punya teman yang bisa menolong mu hah?". Entah kenapa dia menjadikan ku sasaran dari semua pertanyaan nya itu. "Sudah lah jangan banyak bertanya kepada ku.izin kan saja aku menginap di sini hanya untuk malam ini saja" ucap ku sambil menekan kata hanya malam ini. Ku pasang wajah memohon ku dan memelas ku ini pada Jin ki. Entah seperti apa wajah ku sekarang ini dengan mata bengkak ku ini yang habis menangis. "Tidak" hanya itu kata yang keluar dari mulut nya itu.
Jin ki mulai melangkah kan kaki nya menuju rumah nya.

"Ku mohon, orang tua ku ingin bercerai, aku tidak tau harus kemana lagi" teriak ku saat Jin ki mulai menjauh dari ku.
Tiba tiba suara wanita muncul dari belakang ku. "Masuk lah". Aku langsung menoleh ke arah suara itu, ternyata itu suara kakak Jin ki. Oh ya tentang namanya aku lupa ngasih tau kalian,  nama Mi ho. Dengn marga Gu di depan nama nya. Tentu saja marga yang sama seperti nama Jin ki.

"Masuk lah" pintanya sekali lagi. Dia menatap iba kepada ku.
"Terima kasih eonni"  ucap ku. Dia hanya mengangguk pelan merespon ucapan ku. Ku menatap Jin ki setelahnya, ia terlihat sangat marah sekali. Kakak nya mencoba untuk menenangkan nya.
Aku sekarang tidak tau harus bersikap seperti apa.

Ku masuk dalam kamar yang pernah ku tempati sebelum nya. Lebih tepatnya saat aku pingsan. Ku tutup pintu kamar,mulai berjalan menuju kasur yang terletak tak jauh dari pintu.
Ku terhanyut dalam renungan malam ini. Ku buka jendela kamar ku, di sana ku melihat taman belakang rumah ini. Ku tatap langit malam yang sepi tanpa adanya bintang.  Ku rasa akan turun hujan sebentar lagi. Ku tarik nafasku dalam dalam dan mengeluarkan nya dengan kasar. Sekali lagi ku teringat perkataan orang tua ku. Ku kembali terisak dalam tangis di temani hujan turun yang begitu deras.
Bahkan langit pun menangis. Gumamku dalam tangisan.  Aku tak tau aku seperti apa sekarang, aku bahkan tidak berani melihat cermin yang ada di meja hias ini.

"Se mi" panggil suara itu dari depan pintu kamar ku. Kamar ku? Tentu saja aku kan sudah tinggal di sini.
"Ya eonni " jawab ku dari balik pintu.  "Keluar lah untuk makan kau po pasti belum makan ya kan?" Pintanya. Aku ingin berkata tidak, tapi perut ku berkata sebaliknya.
Tanpa jawaban ku keluar dan menatapi kakak Jin ki dengan pakaian hijau melekat di tubuh nya. Tanpa sadar ku bergumam 'waaaww cantik nya'. Ia ternyata mendengar gumaman ku ini. "Terima kasih". "Ayo kita makan" pintanya sambil membawa ku ke ruang makan mereka.

Untuk pertama kalinya aku melihat keluarga besarnya di sini. Saat ku tiba di depan mereka, semuanya melihat ku  tapi tatapan mereka malah biasa saja  dan tersenyum kepada ku. Seperti nya mereka sudah tau tentang ku. Jin ki melihat ku tanpa ekspresi, ku rasa dia masih marah karena aku ada di sini. Tapi kulihat semuanya menerima ku dengan baik.
"Ayo duduk" pinta seorang wanita yang seperti nya itu ibu Jin ki. "Ya" jawab ku pendek.
Ku duduk di sebelah Jin ki.karena hanya itu tempat duduk yang tersisa.

Ku liat rau muka Jin ki yang tidak senang dengan ku. Tapi ku tak peduli dengan nya. Karena ada makanan enak di depan mata ku ini. Aku tidak tau apa se ekor rubah juga memakan makan manusia, tapi mereka setengah manusia kan?! Benar. Yang ku tau makanan rubah itu daging, tapi lain di keluarga ini. Semua makan mereka bisa makan mungkin karena mereka sudah hidup ber abad abad lamanya jadi mereka bisa menyesuaikan kan diri.

Ku santap makan malam ku bersama keluarga rubah, aneh memang tapi aku tidak memperdulikan nya. Setelah ku rasa cukup makan ku. Ku ucapkan terima kasih dan kembali ke kamar.
Ku rasa aku sudah capek, badan ku sakit semua. Tak terasa aku terlelap dalam tidur ku.

Kriiiiiiing ~~
Bel masuk bergema 5 menit yang lalu. Hari ini pelajaran kesukaan ku,bhs inggris. Tapi aku sedang malas untuk mendengar kan penjelasan dari guru pengajar, ku tatap jendela di dekat meja ku. Dan ya... ku terbawa lagi dalam kata kata ibu ku yang berdebat dengan ayah.

Tok tok, seseorang memukul meja ku dengan keras. Dan itu membuat pikiran ku yang mengkhayal buyar seketika. Dan orang yang memukul meja ku itu adalah lee saem.
"Ada apa se mi? Apa kau sakit, wajah mu sangtpucat" ucapnya hawatir. "Tidak pak, saya tidak apa apa" jawab ku enteng.
"Pergilah ke UKS" pintanya. "Dan istirahat lah di sana sampai kau sembuh" lanjut lee saem.
Jujur saja aku menyukai cara mengajar nya ini, karena dia guru pengajar yang perhatian pada semua muridnya.

"Emm Jin ki, antarkan dia ke ruang kesehatan" pinta lee saem sambil menunjuk Jin ki. "Tidak pak, saya bisa sendiri" jawab ku lirih. Tiba tiba saat aku beranjak dari kursi ku, sesorang menjulurkan tangan nya pada ku. Ternyata itu Jin ki. Ku tatap matanya, dan dia menatap ku balik. "Ayo biar kamu  antar" pintanya kepada ku. Tentu saja aku mengiyakan tawaran nya itu. Karena aku sedang lemah jadi aku butuh seseorang membantu ku untuk saat ini. pikirku.

Duuh lama ya...?! Maaf lagi gk sempet buatnya.
Moga ceritanya dapat di terima ya!

Tunggu up date tan selanjutnya ya!

My boyfriend Is A GumihoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang