the kissing

222 12 5
                                    

Kami melanjutkan perjalanan yang sudah tak jauh dari rumah.
Kami tiba pas saat makan malam. Semua orang sudah berkumpul di meja makan.
'Kami pulang' ucap ku seraya menutup pintu dan bergegas ke ruang makan.

"Apa kalian sudah makan malam?" Tanya eonni.
"Belum, apa masih ada sisanya?" Tanya ku balik.
"Duduk lah. Kami baru saja makan" ucap ibu.
Kami pun duduk sesuai perintah ibu tadi.

"Apa semuanya lancar?" Tanya eonni.
"Apa? Ya begitu" ucap ku.
"Kalian pergi kemana?" Tanya ayah Jin ki.
"Hanya ke taman, dan melihat pertunjukan artis" jawab Jin ki.
"Sudah sudah makan dulu baru cerita" lerai ibu.
Kami pun melanjutkan makan kami. Baru setelah makan kami bercerita. Aku dengan bangga bercerita bahwa aku bertemu artis idola ku dan bahkan berfoto bersama.

Semua nya turut ikut senang mendengar cerita ku.
Jin ki tak ikut ambil dalam pembicaraan ini. Dia asyik menonton tv di ruang keluarga, dan kami bercerita dengan ria di belakang nya.
Jangan tanya kenapa ada listrik di sini. Karna ini keluarga gumiho yang istimewa, aku juga tidak tau sejak kapan mereka memasang listrik di sini. Tapi saat aku pertama kali datang ke sini memang sudah ada.

Selesai bercerita aku memutuskan kembali ke kamar karena aku sudah di percaya oleh rasa kantuk ku. Sehingga aku meninggalkan mereka di ruang keluarga.
Ku tiba di depan kamar ku dan mulai membuka pintu kamar yang tertutup.

"Itu..." ucap seseorang di belakang ku.
Ku putar kan badan ku menghapus orang itu.
"Apa?" Ucap ku dengan nada marah.
"Soal tadi aku minta maaf" Ucap Jin ki tiba tiba.
"Lupakan" ucap ku masih ketus.
"Sungguh itu bukan seperti yang kau fikir kan" ucap nya.
"Lalu?" Ucap ku.
"Aku juga tidak tau. Aku tidak sengaja" jelasnya.
"Apa?" Ucap ku tak terima.
"Iya...bagaimana aku harus  menjelaskan nya?!" Gumam nya.
"dasar cabul. Aku lelah" ucap ku memasuki kamar.

Setelah masuk kamar aku meraung frustasi sendiri. Tak terima aa yang telah terjadi pada bibir kesayangan ku.
Siapa yang tak akan marah jika seseorang mencuri ciuman pertama yang sangat spesial tanpa persetujuan.
Benar-benar menyebalkan.
Apa? Tidak sengaja?  Dia pikir dia siapa?  Mulai sekarang aku akan memanggil nya tuan cabul menyebalkan. Aku yakin dia sedang tertawa terbahak-bahak sekarang.
~~~
~~~~

pagi hari tiba. Ku buka mata ku yang masih ngantuk.
Seperti biasa, aku mandi dan bersiap kesekolah. Lalu sarapan dan berangkat sekolah. Kali ini aku berangkat lebih pagi kesekolah karena ada jadwal piket.
"Kau sudah mau berangkat?" Tanya ibu.
"Iya, aku ada piket" ucap ku.
"Kenapa tidak berangkat sama sama saja?" Ucap nya.
"Aku harus datang lebih dulu dari pada murid lain" Ucap ku menjelaskan.
"Baiklah, nanti ibu akan bilang pada Jin ki. Hati hati ya" ucap nya. Aku pergi setelah mengatakan iya.

JIN KI POV
Ku tiba di ruang makan seperti biasa. Ku cari seseorang disana tapi aku tak menemukan nya.
"Se mi sudah berangkat" ucap ibu yang sedang menyiapkan makanan yang kemungkinan mengetahui apa yang aku cari.
"Kenapa?" Tanya ku.
"Katanya ada jadwal piket" jelas ibu.
"Benarkah" aku sedikit mempelankan suara ku.
"Kalian bertengkar?" Tanya nuna yang tiba tiba menyenggol lengan ku.
"Tidak, dia hanya marah saja" ucap ku dengan suara kecil.
"Apa yang terjadi?" Tanya nya khawatir.
"Aku tak sengaja mencium nya saja. Dia marah. Katanya aku mencuri ciuman pertama nya dengan idola nya" jelas ku.
"Kalian sudah sampai sejauh itu?" Katanya.
"Sudah ku bilang aku tak sengaja.
"Bagaimana bisa kau menyakiti gadis sepolos itu" ucap nya.
"Aku tidak bermaksud seperti itu" ucap ku.
"Apa yang kalian bicara kan? Serius sekali" suara ibu tiba tiba terdengar.
"Aku akan mencoba bicara padanya" ucap nuna pada ku.

"Kemana se mi?" Kakek tiba tiba datang dan bertanya keberadaan se mi.
"Dia sudah berangkat" jawab ibu.
"Kenapa berangkat pagi?" Tanya ayah.
"Katanya ada jadwal bersih bersih" ibu menjawab lagi.
"Ayo makan,.aku sudah lapar" ucap ku tiba tiba.

Aku tidak mengerti kenapa semua orang membahas se mi terus.
Selesai makan aku langsung berangkat seperti biasa. Tapi kali ini sendirian. Biasanya ada se mi yang cerewet sepanjang perjalanan. Tapi sekarang terasa sepi. Perjalanan ku pun terasa lebih lama sekarang.
Kenapa aku seperti kehilangan sesuatu, tapi aku tidak tau apa itu.

Se mi POV
Sesampainya di sekolah aku melaksanakan tugas ku. Yaitu mengambil kapur di ruang guru. Tak ada murid yang datang, mungkin hanya segelintir murid yang terlalu rajin hingga datang pagi.
Tak lama ku kembali dari ruang guru dengan kapur tulis di tangan ku. Ku letakkan benda itu di dekat papan tulis.

Selesai dengan tugas ku, aku merapikan kursi kursi yang tak begitu rapi menurut ku.
"Oh jimin-a kau sudah datang" ucap ku pada sahabat karib ku itu.
"Kau berangkat pagi? Kenapa?" Tanya nya.
Aku memang jarang berangkat pagi. Karna malas berada di kelas lama lama.
"Aku ada piket" ucap ku.

"Bagaimana perjalanan pulang kalian?" Tanya nya.
"Bagaimana apa?" Ucap ku.
"Ku yakin dia menyukai mu" ucap nya.
"Apa harus mencium ku.karna menyukai ku?" Ucap ku.
"Kalian berciuman? Secepat itu?" Tanya nya girang.
"Bukan begitu. Dia tidak mengatakan kalau dia menyukai ku. Tapi hanya mencium ku" ucap ku.
"Bagaimana ceritanya kalian bisa berciuman?" Tanya nya.
"Itu, kami lewat jalan kecil dan kami malah di ganggu pemabuk. Dia menarik ku sampai ke gang sempit yang hanya bisa di masuki kita berdua. disana dia mencium ku." Jelas ku panjang lebar.
"Woowaaaa~ seperti drama film aja" ucap Jimin.
"Sudah lah. Aku sedang marah pada nya" ucap ku.
"Sudah  ku bilang dia menyukai mu" Ucap nya.
"Sudah lah. Kau tak tau apa apa" Ucap ku.

"Dia datang" bisik Jimin.
Benar, Jin ki datang bersamaan dengan teman teman yang lainnya.
Jimin berpindah tempat dari tempat duduk Jin ki ke tempat duduk asli nya.
Bertepatan bell masuk aku segera mengeluarkan buku pelajaran di bangku ku.
Dan pelajaran berlangsung cepat. Waktu nya istirahat.

Sesuatu berbunyi dari balik saku rok ku. Ku ambil benda itu, satu pesan.
Jin ki  : atap.
Ku lihat ia sudah tak ada di bangkunya. Ku melangkah keluar menuju atap. Sesuai permintaan Jin ki.

Tak lama ku tiba di atap. Disana ku sudah melihat Jin ki yang sedang menanti ku.
"Apa kau masih marah pada ku?" Tanya nya saat ku sudah di sana.
"Tidak" ucap ku.
"Benar kah" tanya nya senang.
"Benar. Aku sudah melupakan nya kok" ucap ku tiba tiba.
"Kau melupakan nya? Kau bilang itu ciuman pertama mu. Kau melupakan nya begitu saja. Bahkan meski itu bukan aku?" Tanya nya.
"Benar"

'Aku bohong, mana mungkin aku melupakan nya. Itu ciuman pertama ku. Siapa yang akan melupakan begitu saja ciuman pertama nya.
Jujur saja. Aku terkejut dia mencium ku. Tapi aku bersikap seperti ini karena aku tak mau ia tau perasaan ku'.

Guys, akhirnya lanjut chapter 19 nih. Wajah gak nyangka sebentar lagi dah chapter yang ke 20 aja.

Vote ya....
Makasih!

My boyfriend Is A GumihoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang