2 - Pria Tanpa Ekspresi

21.8K 1.6K 158
                                    


"Kenapa kamu memilih untuk jujur sekarang?"

"Karena aku memilih untuk membalaskan dendam atas nyawa yang telah kalian hilangkan. Baik itu sengaja atau tidak."

"Lima tahun lalu, ada sebuah ID yang terkenal di kalangan kami. Dia bergerak membantu kelompokmu dalam menghapus jejak, memanipulasi CCTV, bahkan laporan-laporan kasus di kepolisian. Kami mengenalnya sebagai pendamping Phantom. Siapa orang itu? Apakah salah satu dari mereka?"

"Brainkiller."

"Apa?"

"Brainkiller. Itu nama ID nya. Bukan pendamping Phantom. Kami tak melakukan tatap muka dengan orang itu. Selama pekerjaannya baik, tak perlu lagi ada pertemuan yang buang-buang waktu."

"Siapa Brainkiller?"

"Kalian tak akan pernah bisa menangkapnya. Selama aku bekerja sama dengan orang itu. Hanya sekali aku bertemu dengannya. Pertemuan yang tidak menyenangkan karena identitasku terbuka."

"Brainkiller pernah melihat wajahmu?"

"Aku juga melihat wajahnya. Sudah kubilang, kalian tak akan pernah bisa menangkap Brainkiller. Dia orang yang mengerikan. Psikopat lainnya selain Sagara dan kau."

"Kalau begitu foto-"

"Oh, aku pernah bertemu dengan Brainkiller. Mungkin setahun yang lalu? Saranku, lebih baik tidak usah mengejar orang itu kalau tidak mau mati mengenaskan. Karena mungkin saja ia mendengar percakapan ini dan sedang mengincarmu."

"Dia bernama Deo-"

Orang itu menyentuh layar telepon pintarnya dan percakapan yang sedari tadi berputar hilang dari pendengaran. Ia melepaskan earphone kemudian memasukkan ponselnya ke dalam saku jaket dan mendorong punggungnya dari dinding untuk berjalan menjauh dari markas rahasia agen negara tersebut.

Sebelum menyembunyikan tangannya dalam saku, ia menarik kupluk jaket untuk menutupi kepalanya dari hujan ringan yang sedang mengguyur wilayah ini. Ia tidak tersenyum maupun mengeluarkan suara apa pun. Langkahnya ringan dan tidak berbekas.

Ia hanya ingin memastikan tidak ada satu pun informasi mengenai dirinya yang dilontarkan oleh wanita yang sedang diinterogasi tersebut. Wanita itu tidak berbohong, mereka memang pernah bertemu. Ada senyum kecil ketika ia mengingat perkataan Nabila yang ia dengar tadi. Wanita itu sudah memperingatkan para polisi, jadi sebaiknya polisi-polisi itu diam dan tidak mengusiknya.

Orang tersebut tidak ingin mengambil risiko, jika wanita itu berani memberitahu siapa dirinya, ia sendiri yang akan memenggal kepalanya. Tidak peduli suaminya akan memburunya ke ujung dunia.

Karena tidak boleh ada yang tahu siapa Brainkiller.

****

Azuna Lilly Violan

Dua puluh tiga tahun

****

Ini adalah masalah terbesar pertamaku. Ada pria tidak dikenal berdiri di bawah sana bersama keluargaku dan keluarganya, siap untuk bertunangan denganku.

"GILA! Calon laki lo mirip Chris Evans! God! Boleh nggak gue yang gantiin elo?" ucapan Ailena-sepupuku-hanya kutanggapi dengan senyuman miring melalui pantulan kaca.

"Terus, laki lo mau dikemanain, heh. Lagian kok lo bisa tau wajahnya kayak apa?" tuduhku sambil menarik kancing gaun baruku untuk acara pertunangan ini.

Ailena langsung meloncat dari kasur dan membantuku, "Tadi gue sempet ngintip dari jendela."

"Curang!"

Before The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang