5 - Bulan Madu

8.3K 949 83
                                        


****

Azuna Lilly Violan

Dua puluh tiga tahun.

****

Tidurku tidak terlalu lama, tapi sepertinya membuka berkas-berkas milik Alan membuatku mendapatkan mimpi buruk. Brainkiller. Nama itu tidak bisa lepas dari pikiranku memang. Ingin bertanya pada Alan tapi takut kalau Alan tiba-tiba bilang 'I'd like to tell you but then I'd have to kill you'.

Nah, aku tidak mau mati muda apalagi ditangan suamiku sendiri.

Ngomong-ngomong suami, ke mana perginya pria misterius itu?

Baru saja aku berpikir begitu, mendadak pintu kamar mandi terbuka. Mungkin aku dan Alan telah menumbuhkan semacam telepati setelah menandatangani surat di KUA. Tapi segala pikiran mendadak lenyap ketika melihat Alan hanya mengenakan jubah mandi berwarna hitam dan satu handuk kecil tersampir di kepala berjalan keluar dari kamar mandi.

Uh oh. No.

"Sudah bangun?" Alan bertanya basa-basi. Uh oh.

Ia melirikku yang sedang bengong, tidak mengatakan apa-apa tapi aku bisa melihat sudut bibirnya yang terangkat penuh humor. "Sana mandi, sudah lewat jam tujuh malam."

Aku tidak memperhatikan apa yang Alan katakan sampai ia menarik lepas tali jubahnya, membuatku membelalakkan mata dan menjerit, "ALAN!"

Ia terhenti, membalikkan badan membuatku dapat menatap tubuh bagian depannya. Perutnya. Dan... ugh, mataku buru-buru naik untuk bertemu dengan mata Alan. Menarik nafas dalam-dalam seolah akan menenggelamkan diri ke dalam air, aku kembali menjerit. Tetapi kali ini suaraku teredam karena detik berikutnya aku menarik selimut ke seluruh tubuh untuk menghalangi pemandangan mengerikan itu.

"PAKAI BAJU DIKAMAR MANDI!" teriakku.

Samar-samar dapat kudengar Alan tertawa. Lelaki itu... benar-benar bipolar!

"Lebih leluasa pakai dikamar," jawab Alan. Suaranya terdengar kecil karena telingaku tertutup oleh selimut tebal.

"BURUAN BALIK KE KAMAR MANDI!"

Selimut yang kugunakan terasa ditarik-tarik, "Kamu mandi dulu sana, keburu terlalu malam."

Suaranya memang tenang, seperti seorang ayah yang memberi tahu putrinya untuk segera mandi lalu tidur. Tapi tetap saja ada nada meledek di sana. Dan aku kesal bukan main. Duh Tuhan, kenapa bisa perutnya rata dan ugh... seharusnya tadi aku menghitung ada berapa kotak di sana, empat? Enam? Delapan??!!

Tarikan pada selimut semakin kuat membuatku panik.

"Lilly," Alan mengancam.

Masa bodo dengan tingkah lakuku yang aneh, aku mendorong Alan menjauh, menjerit keras dan berlari menuju pintu kamar mandi. Dalam hitungan tiga detik aku sudah berada di tempat aman dengan nafas terengah-engah dan pintu kamar mandi yang tertutup rapat.

"MULAI BESOK PAKAI BAJU DI KAMAR MANDI ALAN!!" teriakku.

"NGGAK MAU!"

Mataku membelalak kaget, apakah baru saja Alan membalas teriakanku dengan teriakan lainnya? Wah, sudah mulai berimprovisasi dia!

Setelah memastikan Alan sudah keluar dari kamar, aku baru berani menjauh dari pintu kamar mandi. Serius deh, ini permasalahan penting. Alan memiliki selera humor yang aneh. Bagaimana mungkin ia menganggap menggodaku dengan tubuhnya yang zuuuper mantap itu adalah sesuatu yang lucu. Apa dia ingin aku mimisan kemudian pingsan baru dia akan sadar bahwa menggunakan tubuh untuk menggoda istri sendiri itu berbahaya?

"No! I'm being ridiculous!" gumamku. Aku telah menjadi istrinya. Seharusnya aku acting cool di depan dia. Tidak perlu teriak-teriak seperti wanita gila. Haruskah aku membalas Alan dengan perlakukan yang sama? Godaan yang sama? Keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk misalnya.

Memikirkan hal itu membuatku terkikik sendiri. Masih sambil tertawa dan menggelengkan kepala karena geli, aku berdiri di bawah pancuran, berharap pipiku yang panas bisa ditenangkan sedikit. Tetapi tidak sampai dua detik setelah aku menyalakan air, aku langsung menjerit kaget dan meloncat menjauh mengambil handuk dan melilitkannya ditubuhku.

Holy hell, dingin!

Bagaimana mungkin Alan bisa mandi dengan air sedingin itu?!

Kemudian dalam pergantian detik yang begitu cepat, pintu kamar mandi terlempar terbuka dengan Alan tergesa-gesa masuk. Matanya membulat ketika menatapku, begitu juga mataku yang hampir lepas.

"Kenapa?" tanya Alan dengan alis melengkung seksi. Seolah-olah mengatakan awas kalau kamu cuma bercanda dengan cara yang tidak lucu.

Untuk sekian kalinya hari itu, aku meringis, "Airnya dingin banget," gumamku.

Agak ragu Alan mendengarnya. Tapi kemudian pria itu memutar bola matanya sebal dan menutup pintu dengan membantingnya keras-keras.

"KUNCI PINTUNYA KALAU MANDI!"

Aku mendesis mendengar teriakannya. Benar deh. Serius kali ini. Alan punya banyak kepribadian aneh!

****

Terima kasih sudah mampir dan membaca! Jangan lupa berikan vote dan tinggalkan komentar ya. Versi lengkap bisa ke Karyakarsa.com/Amubamini.

Salam sayang,

Amubamini

PUBLISHED [30/03/2017]

LAST EDITED [16/04/2023]

Before The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang