Bulan sampai dirumah, setelah berganti baju dia melemparkan diri keatas peristirahatannya.
Teleponnya berdering, telepon dari Via.
"Tumben ni hp ribut biasanya juga sepi kaya kuburan."
"Halo Belo Strobolo mai suiti huani muah muah.."ahra membuka pembicaraan di telepon.
"Apaan sih lo ra? Langsung aja ya. Mana jam tangan gue? Rese lo main bawa-bawa aja." Ahra langsung to the point.
"Jam tangan? Aada tenang aj.." Ahra langsung mengangkat tangannya untuk melihat pergelangan tangannya. Tapi jam itu udah ga ada. Ahra terngangaa selebar-lebarnya.
"Oohh, ada ya? Syukur deh.. besok gue ambil yaa.. okee bye!" Via main nutup telpon aja.
"Gawaattt gawattt.. ommo.. eotteokeo? Duhh klo gini caranya via bakal marah besar.. perasaan tadi masih ada .." ahra mengingat-ingat dimana kira-kira hilangnya jam tangan itu.
2 jam kemudian, tepatnya saat ahra lagi panggilan alam, ahra mengingat wajah febri.
"Gak salah lagi.! Febri.."
Besoknya ahra berangkat paling pagi ke sekolah.
Didepan gerbang ahra seperti hari-hari biasa melewati pa satpam.
"jussi nyong!" Kata seharusnya adalah "ahjussi anyeong" tpi karena Ahra mengatakan itu sambil berlari, maka yang terdengar hanya seperti itu.
Pak satpam yang melihatnya hanya tersenyum.
Anehnya, ahra tidak menuju kekelasnya tapi langsung kekelas febri. Dan menunggu disana sampai febri atau raka datang.
Sekitar 20 menit kemudian, ada seorang anak alay lewat didepan ahra sambil emm, entah membaca buku atau apa, yang jelas buku itu menutupi mukanya.
"Ini pasti febri, mau kemana loo hahh? Balikin jam tangan gue!" Ahra langsung menarik kerah belakang pembaca buku tersebut.
"Aawhh, lepasin lepasin gue ga bisa nafass.."
"Manaa jam tangan gue? Balikiin ga!"
"Iiyyaa lepasin dulu kali .."
Ahra pun melepaskan cengkeramannya.
"Jadi gini.."
"Ga perlu dijelasin, udah sini mana?!!"
"Iyaa dengerin dulu dong.." febri ngeles aja kaya bajaj.
Tapi untungnya
Munculah si raka.
"Raka lo bantuin gue dong." Bisik febri.
"Kenapa muka lo feb? Ancur gitu." Raka cengar-cengir , tpi setelah melihat muka ahra yang udah kaya bom siap meledak, raka pun memilih mundur bersembunyi dibelakang febri.
"Lo apain anak orang feb? Mukanya udah kaya panggangan sate gitu, membara-bara." Bisik raka ke febri.
"Balikiiiiinn! " mata ahra mulai berkaca-kaca, dia ga tau harus bilang apa ke via. Via pasti marah besar.
"Ehh, ko malah nangis sihh.. iyaa, iya gue balikin, nanti yaa pulang sekolah.. jam tangan lo dipinjem pa satpam." Muka febri serius.
"Feb, yang bener aja lo? Serius?" Raka masih berbicara dengan nada berbisik.
"Udah lo diam ah!" Balas febri.
"Siapa yang nangiss! Gua ga pernah nangis cuma gara-gara hal sepele kyagini.!" Airmatanya mulai berjatuhan.
"Ko bisa ke pak satpam sih? Ambilin sekarang ga? Kalo lo ga ambilin, gue pergi aja!" #ancamannya tidak menakutkan sama sekali. Tangisnya semakin keras.
"Ahra..eeem, bulan.." Raka mencoba untuk berbicara.
"Aku benci sama kamu!" Sambil mengusap cairan yang keluar dari hidungnya, Ahra pergi meninggalkan mereka berdua.
"Ahra.. tunggu.." febri memanggil.
Ahra memutar badan, "Apa lagi?"
"Enggak, cuma mau bilang, Lo jelek kalo lagi nangis!" Mungkin maksud kata-kata ini agar ahra berhenti menangis.
"Lo tu jelek!!!" Ahra melepas sebelah sepatunya dan melayangkan kearah febri.
Tapi naas!
Febri menunduk dan akhirnya yang kena adalah.. Raka! "Awwws!"
Pipi raka sukses bercap alas sepatu ahra!
#singkat cerita, setelah kembali kekelas ternyata via sudah memakai jam tangan itu, karena sebelum bertemu ahra, febri sudah lebih dulu menemui via dan memberikan jam tangan itu langsung kepadanya. Melihat ahra kembali ke kelas dengan mata tersedu-sedu, via langsung menyambut temannya itu dengan tertawa sekeras2 nya..
Sedangkan raka sejak kejadian itu, takut bertemu bulan lagi. Lebih tepatnya, takut bertemu sepatu bulan.
#flashback off
"Pipi gue masih merah niih lo ga liat.!" Raka berhenti berjalan.
"Lo Cemen amat sih jadi cowo? Bulan kan ga sengaja, lagian cuma gara-gara masalah itu kenapa kalian jadi gengsian buat ketemu sih? Lo.. kalo ngeliat bulan, kabur. . Bulan juga kalo ada lo suka ngilang-ngilang ga jelas.. udah dehh.. kalian baikan aja. Gue cape tau ngeliat kalian kucing-kucingan kaya gitu. Geliiii tau ga!!" Omel febri .
"Tapi kaann.. hmm." raka masih ragu.
*****
"Bulaann.. lo didalem ya?" Febri memanggil dari luar ruang pasien uks."Enggakk.." jawab bulan dari dalam.
"Keluar bentar dong.." febri berteriak.
"Wooy.. ini uks bukan panggung konser, jangan teriak-teriak!" Sahut seseorang dari ruangan pasien sebelah tentunya dengan berteriak juga.
"Bulaaann,, ahraaa.. bulaan.." febri memanggil dengan berbisik. Hanya sayup-sayup yang terdengar.
Didalam bulan lagi asyik ngotak-ngatik handphone-nya ossa. Main game
"Bulan?" Tanya ossa.
"Nama asli gue."
Ossa mencoba duduk, "Berarti temen kamu manggil tuh, ko ga disamperin?"
"Males ngomong sama dia, ga ada ujungnya tau ga.. biar aja paling juga pergi sendiri.." dari luar masih saja terdengar sayup-sayup bisikan nama bulan..
"Aku temenin deh, kenalin ke aku sekalian dong." Ossa memakai kembali sepatunya.
Sedangkan ahra masih sibuk main. "Oke tapi handphone lo gue pinjem sampai pulang sekolah ya?"
"Iya pakai aja."
"Lo pake aja handphone gue juga" ahra menawarkan
"Ga perlu"
Ahra kehabisan kata-kata.
*****
"Ko baru keluar sih, ditungguiin daritadi juga.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight
HumorFakta membuktikan, 1 hal yang dapat menghentikan kerja otak manusia, adalah CINTA. Seseorang yang waras bisa menjadi gila karenanya. Seseorang yang sehat bisa menjadi sakit karenanya. Bahkan seseorang yang hidup bisa mati karenanya. Hal tersebut bis...