Saling Memendam Rasa

140 19 0
                                    

"Yaampun.. si lala. . Jadi hilangkan kesempatan gue ngejambak rambutnya juga." Ahra ngomong sendiri, karena teman-temannya belum pada balik kekelas.

Ahra memikirkan perkataan lala tadi, ia bingung harus membela siapa, lala atau ossa.

Tapi, semua orang terlihat berpihak cuma ke lala doang. Walau bagaimana pun, ossa butuh seseorang disampingnya sekarang.

Ahra, berusaha melupakan kejadian yang kemarin, ia bangkit dari kursinya dan pergi mencari ossa.

Tebakan ahra yang mengira ossa ada di toilet ternyata salah.

Ossa sekarang sedang menangis sendiri dibalik sebuah pohon dibelakang gedung seni sekolah.

Ahra tak menyangka ossa juga mengetahui tempat itu, biasanya ahra kesana untuk menulis diary kemudian menguburkan tulisannya kedalam tanah dibawah pohon itu. Tapi sudah beberapa bulan ini ahra tidak pernah kesana lagi.

"Ternyata lo disini sa?" Ahra melangkahkan kaki mendekati ossa.

"Tinggalin aku sendiri. Aku mohon." Ossa menutupi mukanya yang penuh dengan airmata.

Tanpa sepatah kata pun, ahra berbalik dan meninggalkan ossa disana.

Beberapa langkah, ahra kembali melihat kearah ossa.

"Tapi janji ya, lo jangan bunuh diri." Ahra meneruskan jalannya.

"Emm. Bulann!!" Panggil ossa.

Ahra menoleh ke ossa.

"Tolong panggilin Raka." Pintanya.

Ahra yang mendengar permintaan hina itu kembali membara-bara hatinya.

"Iya, tunggu." ahra segera meninggalkan ossa. Tapi ahra langsung ke kelas.

Tentu saja ia tidak benar-benar menemui raka, ia tidak sudi membiarkan raka dan ossa bersama.

*****
Ahra sampai dikelas, ia kembali duduk dikursinya, kelas masih sepii.

"Bulan, ossa mana?" Raka datang kekelas mencari ossa!

"Ga tau!" jawab ahra judes, sungguh kesal nian hati ahra mendengar pertanyaan itu. Ada apa dengan mereka berdua?!!!!!!

Raka senyum-senyum melihat ekspresi ossa yang merajuk,

"Gue suka sama lo bulan!" Raka berkata tulus! Tapi ahra menganggap raka asal ceplas-ceplos aja.

Deg! Jantung ahra sudah tergeletak dilantai.

"Gue juga." Jawab bulan.

Deg! Jantung raka melayang kelangit.

Tapi, sepertinya diantara mereka berdua tidak ada yang tahu bahwa sebenarnya ungkapan itu tulus dari hati masing-masing.

Raka menganggap Ahra cuma bercanda, begitu pula sebaliknya.

("Seandainya lo tau, gue serius!") Mereka mengatakan itu dalam hati masing-masing, dibalik tatapan mata.

Sedetik kemudian.

"Hhahaha! Bisa aja lo bul. Yaudah, gue kekelas ya, febri suka ngamuk kalo ditinggal lama-lama."

"Oke, ati-ati. Gausah nyari-nyari ossa lagi ya!!" Bulan berkata dari hati yang paling dalam.

"Oke cantik." Raka juga berjanji dari hatinya yang paling dalam. "Gue nyari juga bukan buat gue kok," #batin raka.

Tapi dibalik itu, mereka satu sama lain hanya menganggap itu lelucon.

Sungguh tragis cinta mereka. Karena memilih bertahan untuk menutupi perasaan satu sama lain. Bodoh!

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang